Keesokan harinya
16 Agustus 2017
Seperti biasa, aku masuk sekolah
Aku masuk ke kelas, dan ternyata aku duduk di sebelah Natan
Pukul 2 siang, Istirahat kedua, Babat Taufri, seorang perundung, menghampiriku
Dia mengambil p*p-mie yang sedang kumakan
Aku hanya bisa berteriak, tidak bisa berlari mengejar Taufri
Tiba-tiba, Taufri kembali lagi, menaruh p*p-mie nya di mejaku, dan sujud padaku
Aku terkejut. Guru agama pun dipanggil, dan ternyata Taufri kerasukan.
Ia memanggil ustadz dari masjid sebelah, dan kemudian Taufri di-Ruqyah.
Ia akhirnya sadar kembali di UKS, dan sejak itu banyak yang takut padaku.
Aku pulang, dan mencari ponselku
"Pah? Ngeliat HP aku ga?"
Aku melihat pintu kamar Ayah, yang biasanya selalu terkunci terbuka tipis
"Ponselku mungkin ada di sini"
Aku mencari di bawah ranjang, tempat tidur, dan laci.
Di laci, aku menemukan beberapa barang, yang entah untuk apa gunanya.
Aku menemukan sebuah keris dibalut kain batik, kertas yang memiliki gambar aneh, dan sebuah album foto tua.
Aku membuka album tersebut, dan tampak seorang remaja perempuan berusia sekitar 17-an.
Tanganku membalik halaman pada buku tersebut, sedangkan mataku tertuju tajam pada tiap foto. Di halaman terakhir terdapat sebuah tulisan dengan tinta merah
"Untuk Clara, yang kucintai"
Terdengar suara pintu terbuka dari belakang, yang ternyata Ayah.
Aku pun lari sebelum ketahuan.
------------------------
Keesokan harinya
Ada sebuah tugas kelompok, dan aku sekelompok dengan Natan.
Natan datang ke rumahku.
"Permisi" Katanya di depan pintu rumah.
Aku membukakan pintu.
Natan membawa kertas manila, gambar bahan-bahan yang kubutuhkan.
Aku melupakan satu hal, lemku.
"Oh iya, Nat. Tolong ambilin lem di atas meja di kamar gua dong. Tengkyu" Ujarku
Natan pergi ke kamarku, dan kembali dengan wajah penasaran
"Jan, Clara tuh siapa?" Tanya Natan.
"Ga tau, keknya anak Bapak yang udah meninggal. Ga tau sih"
YOU ARE READING
TUMBAL : Mati Untuk Lahir, Lahir Untuk Mati
HorrorSeorang anak perempuan lahir di sebuah keluarga kaya, yang menyimpan rahasia berdarah dibalik kekayaan mereka, dan anak itu akan dihadapkan ranasia yang sama dengan pendahulunya.