Verina Agriette

2.7K 29 5
                                    

Chapter 1


"Sa, aku pulang duluan ya", pamitku pada Sasha.


Sasha adalah sahabatku sekaligus rekan kerjaku di toko roti tempatku bekerja. Sudah 2 tahun aku bekerja disini sebagai waitress. Desakan ekonomi yang terus menuntut memaksaku bekerja di toko roti ini.


"Iya Ve, Hati-hati..Hujan didepan masih sangat lebat", sahut Sasha sambil memperingati.


Aku tersenyum tipis padanya lalu meraih mantel coklatku. Ternyata peringatan Sasha benar. Hujan memang turun sangat lebat aku mengetatkan mantel yang kupakai berharap tubuhku tidak basah kuyup. Orang-orang yang berlalu lalang semakin sedikit mungkin mereka lebih memilih untuk tetap diam di rumah daripada harus berhujan-hujanan seperti ini.


Aku tersenyum miris mengingat keadaan rumah kecil yang kusewa. Dengan jerih payahku selama ini akhirnya aku berhasil menyewa sebuah rumah kecil dengan harga murah. Setidaknya rumah yang kusewa masih cukup layak dihuni.


Semua karena kedua orangtuaku. Mereka meninggalkanku didepan panti asuhan ketika aku masih berusia 2 tahun. Bahkan aku tidak bisa mengingat wajah mereka walau hanya samar-samar. Mungkin aku adalah hasil dari hubungan terlarang mereka sehingga mereka membuangku ke panti asuhan.


Panti asuhan yang selama ini mendanaiku pun tidak mampu menyekolahkanku sampai ke jenjang kuliah. Pendidikanku terbatas hanya sampai jenjang SMA. Pihak universitas pun tidak ada yang ingin memberikan beasiswa kepadaku, walaupun aku termasuk sebagai salah satu siswa yang berprestasi. Mereka tetap menolak memberikan beasiswa-nya kepada siswa yatim piatu sepertiku.



oooOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOooo



"Verina, cepat lunasi tunggakan kontrakanmu!!", suara Bu Rose pemilik rumah kontrakan kecilku kembali menggema.


Aku sudah terlambat membayar uang sewa selama nyari setengah bulan. Akhir-akhir ini penyakit maagku sering kambuh tanpa alasan. Aku juga bukan orang berada yang bisa langsung berobat jika sakit. Selama ini aku tidak pernah mengecek keadaan lambungku. Biasanya aku hanya mengkonsumsi obat warung. Namun bulan lalu, aku mencoba berkonsultasi dengan dokter. Ternyata biaya yang diperlukan melebihi perkiraanku. Aku menyesal sudah berkonsultasi ke dokter. Lebih baik aku mengkonsumsi obat warung yang harganya lebih murah. Toh, aku juga tidak ingin hidup lama-lama.


"Maaf bu, saya berjanji akan melunasinya besok", aku berusaha mengulur-ngulur waktu memohon belas kasihan Bu Rose.


Aku bukan tipe wanita yang suka memohon-mohon belas kasihan seseorang, Namun di kehidupanku yang seperti ini, aku terpaksa melakukannya demi bertahan hidup.


"Malam ini, pemilik baru rumah ini akan menempati rumah ini. Kamu bisa membereskan barang-barangmu sekarang", Bu Rose menatapku tajam lalu pergi meninggalkanku.


Aku berjalan gontai meraih tasku dan membereskan pakaian-pakaianku, Tidak ada gunanya lagi memohon-mohon padanya, hanya akan menambah sakit harga diriku.


oooOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOooo



Aku menyusuri etalase-etalase toko berusaha berlindung dari lebatnya hujan lalu memutuskan untuk tidur disitu hanya untuk malam ini. Mungkin besok aku harus mencari pekerjaan tambahan untuk mencari tempat tinggal yang baru.


"Hei nona, Apa yang kau lakukan disitu?", segerombol preman datang menghampiriku.


Aku langsung meraih tasku dan pergi dari etalase toko itu namun salah satu dari mereka menahan tanganku.


"Kau bisa bergabung dengan kami jika kau mau"


Aku berusaha melepaskan diri dari preman-preman itu. Mereka mulai mencoba melepas kancing bajuku dengan brutal. Aku menendang, memukul dan berusaha berteriak namun tidak ada yang datang menolong. Mereka malah menertawakanku didalam ketidak berdayaanku. Aku mulai menangis. Tuhan, jika kau memang tidak memberikanku kehidupan yang baik, setidaknya jangan mendatangkan masalah yang lebih besar untukku. Aku bisa bertahan jika hanya tidak memiliki keluarga dan uang namun aku tidak akan sanggup lagi jika harus kehilangan 'hartaku' satu-satunya yang masih tersisa.



BRUK!


Satu persatu preman-preman itu tumbang. Aku tidak berani membuka mataku untuk melihat keadaan yang sedang terjadi. Sebuah tangan yang kokoh meraih lenganku dan menarikku kedekapannya. Lebih dalam dan lebih dalam lagi, sampai mataku bersatu dengan pekatnya gelap.


oooOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOooo


Hai, aku masih newbie disini. Sebenernya sudah lama jadi silent reader. Baru-baru ini baru kepikiran utk bikin cerita(?) Jadi ini adalah cerita pertamaku. Mohon vomentnya ya^^






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Beloved SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang