Setelah menyelesaikan urusannya, ia kembali ke ruang tengah. Ia mendapati sosok Clara yang bersantai di sofa, menyusui Cleo yang setengah tertidur.

"Udah?" tanya Clara ketika menyadari kehadiran Jeremy.

"Udah. Wuih, ada yang lagi nenen nih."

"Mau?"

Baru saja Jeremy membatin di kamar mandi. Asal orang lain tahu saja, bukan sekali dua kali Clara menggodanya seperti ini. Walaupun nadanya bercanda, ia tahu Clara tidak akan menarik ucapannya jika Jeremy benar-benar menginginkannya.

Seperti sebelum insiden mobil bergoyang tadi.

"Waduh, Clar. Kamu nih jangan frontal dong. Bahaya tau. Aku jadi udah ga perjaka lagi kan."

Clara menoleh cepat ke arah Jeremy yang duduk di sampingnya. Kedua matanya membulat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Loh, Jer? Itu tadi yang pertama?" tanyanya dengan mata yang mengedip cepat.

Ia pikir Jeremy sudah tak lagi perjaka, karena itu ia selalu memberikan candaan-candaan dewasa padanya. Seketika itu, ia merasa bahwa ia telah merebut harta berharga Jeremy.

"Iya. Akward banget ya cara mainnya? Aku cuman praktekin yang pernah aku liat," jawab Jeremy kikuk seraya menggaruk lehernya.

Akward apanya? Permainan akward seperti apa yang membuat Clara tak mampu menahan desahannya jika Jeremy tidak membungkamnya? Permainan akward apa yang membuat Clara mengalami orgasme hebat hingga jok belakang mobil Jeremy basah?

Permainan Jeremy sangat andal. Tidak cocok jika disandingkan dengan first timer. Apalagi dengan wajah setampan Jeremy. Ditambah pengakuan Mbak Kinan tentang banyaknya wanita yang Jeremy kencani membuatnya sempat berpikir jika Jeremy memang bukan lagi perjaka.

Merasa diperhatikan sebegitu dalamya, Jeremy semakin canggung. "Kenapa liatnya gitu?"

"Kok bisa sih?"

"Gatau, ikutin naluri, Clar." Jeremy menyembunyikan wajahnya yang memerah di pundak Clara. Ia kecupi pundak itu berulang kali. "Tapi kayaknya di sini kamu yang lebih jago dari aku. Kapan-kapan ajarin aku, okey?"

"Nikah dulu."

"Beneran ga? Aku nikahin kamu sekarang juga."

"Iya bener, tapi ga sekarang juga. Emang Ibu dah kasih restu?"

Jeremy mendesah kecil. Benar juga. PR-nya masih belum selesai. Restu Helena belum ia raih sepenuhnya.

Pria itu meraih wajah Clara untuk ia tatap. Ia tersenyum kecil, mengusap pipi yang menjadi sasaran seribu ciumnya tadi. "Clar, that was amazing, tau ga? My first was so amazing with you," bisiknya.

"Our first was amazing, Jer. Walaupun sempit banget."

"Tapi adrenalinnya bikin nagih, kan?" Jeremy menyeringai usil, membuat Clara sontak memukul dadanya pelan.

"Husss. Udah, ah. Ngomong kaya gini kok di depan Cleo."

Clara bangkit dari duduknya setelah memastikan Cleo tertidur dan selesai minum. Dengan hati-hati, ia pindahkan gadis kecilnya ke dalam box di kamarnya. Menaruh boneka gajah kesayangan Cleo dalam pelukan sebelum kembali ke ruang tengah.

Ketika ia menutup pintu kamar, ia bisa mendengar suara pisau yang beradu dengan telenan. Ia segera pergi ke dapur. Ia menaikkan dua alisnya saat melihat Jeremy sedang mencincang bawang putih.

"Kamu laper ga? Aku mau masakin kamu."

Clara tersenyum mendengar penuturan itu. Ia duduk di kursi meja makan yang menghadap langsung ke Jeremy. "Masak apa?"

By The Irony Of FateWhere stories live. Discover now