Aku Jelek dan Aku Bangga

9 0 0
                                    

Sakit...
masih terasa kenangan dulu saat di tinggal seseorang karena harus berpisah, rasa itu sudah selesai tapi undangan menghampiri. entah pertanda apa ini, tadi malam babang ojol menghampiri kost ku mengantarkan undangan pernikahan, aku terdiam melihat undangan coklat itu bertuliskan MENIKAH ALDI & ZIYA.
"Bodoh...," Aku cengar cengir sendirian di kamar ku sembari memandangi langit-langit. Masih lekat kenangan kebodohan ku saat SMA bersama seorang perempuan yang pernah yang ku sukai namun aku tak berani mengutarakan hingga ia pergi.
Dia seorang perempuan pemalu, namun lincah saat mulai mengenal pemuda bernama Aldi, aku menyukainya tapi cukup sadar diri dengan keadaanku saat itu.
masih memandang langit-langit ingatanku  semakin menjurus jauh kedalam masalalu. Saat melihat Aldi duduk dengan banyak orang disampingnya di dalam kelas selama jam istirahat, entah dari mana aku mengenalinya, mungkin saking nama Aldi di gembor-gemborkan atas prestasinya menjadi juara dalam lomba matematika tingkat provinsi kemarin. Ia seorang bintang yang di kagumi banyak orang, sedang aku siapa? waktu itu aku hanya anak 17 tahun yang tak mengenal siapapun, sendiri, di antara keramaian para siswa siswi SMK yang amat pekat. Terbesit kembali kenangan saat bersamanya, saat kami berdua di ruang kelas pada jam istirahat Ziya menceritakan keluh kesahnya tentang Aldi sambil menangis tersedu-sedu. Sedang aku hanya terdiam hatiku berseru
"mengapa kau mau bertahan dengan orang itu sedang aku disini mencintaimu setulus hati"
Kenangan itu tak pernah bisa ku lupakan. Saat mereka hanya saling menatap, tanpa tegur sapa dan bersama namun saling menjaga pandangan, aku menjadi saksi jalannya kisah romantis mereka berdua sambil menyimpan perasaan. Mungkin aku berlebihan sampai hal itu ku anggap sebagai cinta. Ziya sangat mencintai Aldi, bahkan ketika pemuda itu tak memperhatikannya, entah karena alasan apa, yang jelas Ziya nyaman bersama Pemuda itu.
tahun 2017 usia ku masih 17 tahun, aku masih kelas 2 SMA. Aku melihat kisah cinta macam apa yang terjadi antara dua sejoli itu, cinta monyet. tak ada kejelasan hubungan mereka, hanya menyapa di whatsaap tapi Ziya menganggap itu istimewa, beda dengan Aldi yang Apatis dengan hubungan itu. mereka menjalin cinta yang terbungkus tanpa ada orang yang tahu. Ziya memandangi Aldi juga tidak jelas dengan komitmennya, sikap dan prilaku mereka setiap hari juga jauh masih ke kanak-kanakan. Apakah Ziya sanggup menjalin hubungan sampai jenjang yang serius rasanya mustahil. Tapi taqdir tak ada yang tahu.
terakhir pemandangan yang ku lihat, siang itu di belakang gedung SMA  Aldi dan Ziya mendapat kesempatan bersama di jam istirahat mereka berdua pergi ke taman belakang sekolah. mengobrol riang, sedang aku mengintip dari jendela sekolah Ziya menceritakan pengalaman sehari-harinya. ada seorang cowok yang mendekatinya, ia meminta pendapat aldi tentang lelaki itu.
"dia cuma nge chat kan?... yaudah biarin aja apa salahnya ngechat?" Aldi menjawab dengan enteng, tanpa rasa bersalah.
"kamu gak peduli...?"
"bukannya gak peduli, tapi aku gabisa menuduh sebelum kelihatan dia beneran suka sama kamu atau nggak" sahut aldi cuek
"tapi ini pacarmu di chat orang lain, kamu biasa-biasa saja"
"ia sayang, bukannya ga peduli, tapi aku percaya kamu gak mungkin segampang itu ninggalin aku"
"kata siapa? aku bisa aja ninggalin kamu dengan mudah"
"berarti kamunya mulai kepincut"
"loh kok gitu, kenapa sih kamu gapernah bisa dewasa"
"maksudmu...?"
"Ah sudahlah... aku males ngomong sama kamu" Ziya langsung beranjak pergi meninggalkan pemuda itu.
yah begitulah saat-saat mereka bertemu setiap perbincangan hanya menjadi pertengkaran, dan setiap komunikasi hanya berujung debat kusir, padahal jelas Ziya sangat menyayangi Aldi, tapi entah mengapa Aldi tak mampu merubah sikapnya yang begitu dingin. Aku tak mengerti apa itu cinta dan bagaimana harus nya aku bersikap dengan cinta mereka berdua itu. Ziya begitu tulus menemani Aldi,  ia tetap bersabar dengan keadaan Aldi yang tiap hari begitu dingin. dan sampai hari ini datanglah undangan Pernikahan ini.
"tok tok tok" pagi ini kembali ada yang mengetuk pintu kamarku. saat ku buka ternyata itu adalah Arya kali ini penampilannya seperti anak muda. Aku memandangi penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki, ia mirip artis reza rahardian.
"kenapa lu liatin gue sampek segitu bre?" tanya Arya heran.
"baru nyadar gue, ternyata lu ganteng breee"
"sialan lu bre, emang dari dulu gue jelek gitu"
"ganteng si tapi orang pada gak sadar aja"
"sialan lu" Arya cemberut saat aku mengejeknya " eh bre jalan-jalan yok mumpung week end.
"Mau jalan-jalan kemana?"
"jalan-jalan ke pernikahan mantan eaaa"
"Apaan si..."
"sorry-sorry garing ya" Arya cengar cengir. " jalan-jalan ke taman ayoo, biar gak sumpek dirumah terus. sambil kita garap tugas bareng"
"tugas apa'an bre"
"itu kemarin tugasnya pak joko yang suruh presentasi lu mau dimarahin pak joko lagi?"
"okelah bentar ya gue mandi dulu".
Setelah mandi dan ganti baju beberapa menit kemudian aku sudah berada di atas jok sepeda motor Arya. pikiran ku masih mendalami keadaan Ziya, aku rindu mungkin, tapi bukan cinta sudah lama aku tidak berjumpa dan tidak tahu kabarnya. Kita bersahabat aku hanya sekedar ingin tahu bagaimana ia bisa bertahan bersama Aldi, atau apakah Aldi sudah berubah dan dia mampu memahami perasaan Ziya, sudahlah intinya jodoh siapa yang tahu.
" lu kenapa bre kok diem aja, kesambet ya" suara Arya mengagetkanku.
" oh eh gak apa-apa bre"
" lu kepikiran mantan ya"
" sotoi lu bre, udah di bilang gue gak apa-apa, tapi gue ada pembahasan menarik nih bre, soal cinta"
"tuh kan beneran lu kngen mantan kan"
"ya nggak gitu juga bre"
"terus kenapa bahas cinta hayo, lu jatuh cinta?"
"enggak si"
"alhamdulillah berarti lu masih nyadar diri bre"
"maksud lu apa'an bogel"
" hahahahaha udah-udah nanti kita bincangin di taman aja" ujar Arya sambil menarik gas lebih kuat.
beberapa menit kemudian kita berdua sudah sampai di sebuah taman di tengah-tengah kota. Arya dan aku duduk di tanah berdua, ia mengeluarkan rokok dan menghisapnya kemudian membuka perbincangan yang tadi.
"ayo-ayo mau bahas cinta gimana bre"
"menurut lu orang kayak gue berhak jatuh cinta ga si"
"wkwkwkwk" arya tertawa lebar "alhamdulillah sohib gue sadar diri ternyata"
"seriusan ini bre"
"emang kejadiannya gimana kok tiba-tiba lu nyeletuk rendah diri gitu"
Aku menceritakan kejadian tadi pagi ke Arya sekaligus mengutarakan rasa rinduku, dan insecure yang aku rasakan saat aku SMA.
" lu insecure kenapa?"
"yah gue kan ini, gabisa ngomong, pendiem,    gak punya kelebihan apa-apa"
"Patrick pernah ngasih motivasi lucu ke Spongebob bre, pas Spongebob gak pede dengan dirinya, patrick suruh dia teriak AKU JELEK DAN AKU BANGGA"
"yah patrick lagi lu suruh gue teriak di depan umum Aku jelek dan aku banggaaa gtu"
"ya nggak lah bre"
"maksud gue itu, lu harus bersyukur breee, dari kemarin lu ngeluh mulu kerjaannya"
"gue tuh bersyukur bre, cuma nanya doang"
"gini deh, lu tahu kan di dunia ini tidak ada yang dilahirkan sia-sia?"
"ia gue juga pasti punya kelebihan"
"lah itu yang perlu lu gali, lu kembangin bakat lu, sampek jadi sebuah skill yang bisa di hargai oleh orang lain" kata-kata Arya begitu mantap "kalo lu udah punya kelebihan gua jamin cewek-cewek bakal klepek-klepek deh"
"hahaha dasar buaya" dengusku pelan "oiya, emang cinta menurut lu itu gimana si?"
"apa yang lu rasain itu cinta bre, cinta itu gak harus terbalaskan, gak harus memiliki, dan gak harus dicintai balik. Cinta itu adalah saat kita bahagia melihat senyumannya dalam situasi dan kondisi apapun"
"eh lihat tuh ada cewek kesini, dia pengen kenal lu bre"
aku melihat dua gadis yang satu berwajah arab dengan mata merekah dan hidung mancung memakai hem putih dan kerudung biru, ia teman sekelasku namanya Hani, sedangkan yang satunya berwajah natural memakai jaket hitam dan kerudung hitam aku tidak kenal.
"Hai.. kal..." Hani menyapaku seketika bikin aku gugup.
"Hai sayang...."ucapannya mengarah ke Arya.
"ia sayang..." arya juga membalas
"Haaaaaaaaaaa, Sayang... Jadi kalian?" aku kaget mendengar sapaan itu.
" iiiihhhh telat gatau berita, mangkanya jangan dirumah terus" Arya menertawakan ku.
"ia kal... kami jadian kemarin" sambung Hani.
"oia sayang katanya mau jalan-jalan ayo berangkat" Haikal mengajak hani jalan-jalan.
"eh bre.. jadi lu ke taman mau jalan-jalan sama Hani, terus gue mau di tinggal? gila lu"
"sorry ya bre gak kabar-kabaran dulu, maksud gue bawa lu itu, nih... zahra biar ada yang nemenin"
"tapi bre"
"udah dulu ya bree, lu bebas kemana aja nanti siang kita ketemuan disini". ucapan terakhir Arya sambil menarik menarik lengan Hani meninggalkanku.

aku bodoh dan aku banggaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora