"Renza lega Kakak baik-baik aja." Renza kembali berucap, membuat sang kakak terisak.

"Zoy, Dar.."

Kedua orang pemilik nama itu lantas mendekat, membuat Dion dan Juan memberi tempat pada mereka.

"Nona Tinkerbell ku jangan nangis lagi ya, jelek." Ucapnya pada sang kekasih lalu terkekeh pelan.

Renza mengusap air mata gadisnya yang mengalir sedari tadi. Tangannya lantas menggenggam tangan Zoya, seolah memberi tahu bahwa ia baik-baik saja.

Kini matanya mengarah pada sang sahabat yang sudah menahan air mata agar tidak tumpah. Renza malah terkekeh kecil melihat wajah Haidar yang ekspresinya baru pertama kali ia lihat selama bertahun-tahun bersama.

"Lo mewek? Cemen."

"Papan sih Lo." Ketus Haidar lalu dibalas senyuman oleh sahabatnya.

"Beliin gue permen kapas, gue mau makan bareng kalian." Tuturnya membuat Haidar menatap Renza penuh tanya.

"Kamu mau apa lagi? Biar aku beliin." Tanya Zoya seraya mengusap kepala Renza.

"Aku mau melukis. Aku juga mau pinjam kamera kamu. Boleh?"

Zoya lantas mengangguk mantap. Ia dan Haidar langsung pergi untuk membawakan segala yang Renza inginkan.

Dion dan Juan masih setia menemaninya. Ayah dan kakaknya memperlakukan Renza dengan baik kali ini. Mereka saling berebut untuk melayani Renza. Membuat Renza terkekeh melihatnya.

"Yah, mama di mana?" Pertanyaan yang tak ingin Dion dengar akhirnya ke luar saat Renza tak melihat keberadaan sang mama sejak ia membuka mata.

"Mama sedang dalam perjalanan ke sini. Sebentar lagi pasti sampai." Balas Dion dengan senyum simpulnya. Anaknya lantas mengangguk.

Renza sudah minta duduk sejak tadi, namun baru diizinkan oleh Dion saat Zoya dan Haidar telah kembali. Pintu terbuka menampilkan Zoya dengan tas berisi peralatan melukis dan kamera yang sudah menggantung di leher. Haidar juga sudah membawa enam plastik permen kapas.

"Lo mau jualan?" Tanya Renza lalu tergelak kecil. Membuat Haidar menghela napas panjang.

Dion dan Juan lantas membantu Renza untuk duduk. Pria itu kini sudah antusias untuk mencicipi makanan manis itu.

Renza tersenyum bahagia saat melihat Dion, Juan, Haidar, dan Zoya makan permen kapas bersamanya. Tapi ada sedikit kesedihan di hatinya, masih ada satu permen kapas yang belum dimakan pemiliknya-mama. Ia masih setia menunggu kedatangan Riana, Dion dan Juan juga masih berusaha untuk menghubungi perempuan itu.

Kini Renza, Haidar, dan Juan sedang asyik berfoto bersama Zoya. Mereka saling bergantian mengambil gambar.

"Zoya." Panggil Renza membuat gadis itu mendekatinya.

"Aku boleh lukis kamu? Kamu cantik sekali hari ini, jadi pasti kamu mau kan aku lukis?"

Zoya terisak lantas segera mengiyakan permintaan sang kekasih. Juan menggeser satu kursi ke dekat jendela yang menampilkan pemandangan gedung-gedung tinggi. Perempuan itu duduk menghadap jendela di mana cahaya matahari menyinarinya dengan begitu cantik.

Haidar dan Juan membantu Renza untuk menyiapkan peralatan melukisnya. Hari ini kedua pria itu menjadi asisten pribadi sang pelukis muda.

Masih dengan peralatan medis dan selang oksigen yang terpasang di tubuhnya, Renza melukis seorang gadis cantik yang sangat ia cintai. Seorang perempuan yang selalu menemani dan menyembuhkan tiap luka yang di terima.

Di tengah-tengah fokusnya melukis, Renza terbatuk-batuk. Tangannya yang ia gunakan untuk menutup mulut terasa basah. Ia lantas meraih tisu yang ada di samping nakasnya.

Dear Renza [TERBIT]Where stories live. Discover now