38 - Tuhan, Dengarkanlah Ketiganya

Start from the beginning
                                    

Sesampainya di pantai, Zoya langsung menarik tangan Renza dan Haidar bersamaan. Kedua pria itu menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahnya.

"Guysss, aaaa ada permen kapas! Mauuu." Pinta Zoya sambil menunjuk penjual arum manis di area khusus pedagang.

Ketiganya lantas membeli permen kapas sebelum bermain di pantai. Setelah berhasil memegang makanan yang ia mau, Zoya malah menyuruh Haidar dan Renza untuk berfoto. Beruntunglah makanan manis itu dibungkus rapat dengan plastik, jadi bisa di makan nanti.

Mereka terlihat asyik bermain air seperti anak kecil. Haidar memukul air menggunakan kayu, membuat air asin itu terciprat hingga mengenai Renza dan Zoya. Kedua sahabatnya yang tidak terima lantas bekerja sama untuk balas dendam.

Haidar lari ketika Zoya sudah mengambil air dengan kedua telapak tangannya dan hendak disiramkan ke arah Haidar. Renza meraih tempurung kelapa yang tergeletak di tepi pantai dan memberikannya pada Zoya. Perempuan itu lantas mengambil air dan lari mengejar Haidar. Renza tergelak melihatnya.

Haidar berlari cukup kencang membuat Zoya tertinggal.

"Sini Lo Zoy, kalo bisa kejar gue!" Teriak Haidar pada perempuan dengan celana kulot hitam dan jaket jeans crop.

Haidar memandang dua wajah sahabatnya dari kejauhan. Keduanya nampak tersenyum lebar. Binar di wajah mereka tak bisa bohong bahwa mereka sedang bahagia.

Senyum dari bibir Haidar pun berkembang meski ada cairan bening yang sudah jatuh ke pasir putih. Tangannya segera mengusap jejak air itu saat Zoya sudah semakin dekat dengannya.

Haidar lantas berlari kembali ke titik awalnya. Ia bersembunyi di balik tubuh Renza, sedangkan Zoya masih berusaha menyiram Haidar dengan air laut.

"Woi...Aduh, kalian kayak anak kecil tau. Dar Dar geli, jangan pegang pinggang gue."

"Sini Dar, jangan sembunyi. Payah Lo."

"Wlee, gak bisa wlee. Ntar Renza yang kesiram haha."

Wajah Zoya praktis tertekuk saat dirinya lelah karena gagal membalas cipratan dari Haidar. Pria itu terkekeh melihatnya, lantas ke luar dari balik tubuh Renza. Sengaja agar Zoya bisa menyiramnya, tak tega karena gadis itu sudah berusaha sekali balas dendam.

"Kena wlee." Seru Zoya saat satu siraman air mengenai tubuh Haidar.

"Curang, pake tempurung kelapa."

"Biarin wlee." Ledek Zoya. Renza hanya terkekeh kecil melihat keributan itu.

Matahari semakin turun, membuat langit yang tadinya biru cerah menjadi jingga keunguan. Cahaya senja yang temaram di tengah gemerisiknya angin membuat ketiga orang itu hanyut dengan suasana.

Zoya melirik permen kapas putih yang dibiarkan sedari tadi. Tangannya meraih tiga tangkai gula itu lalu memberikannya masing-masing pada Renza dan Haidar.

Gadis itu merogoh ponsel dari sakunya lantas mengajak dua pria itu foto. Setelahnya mereka kembali saling diam seraya menikmati manisnya gula dan indahnya pemandangan.

Ketika benda langit bewarna oranye itu menyentuh garis pantai, mereka lantas memejamkan mata dan merapalkan bait-bait doa.

Tuhan, hari ini aku bahagia. Sangat bahagia.
Sehari ini kegiatanku lancar, tak ada luka baru maupun air mata.

Dear Renza [TERBIT]Where stories live. Discover now