37 - Haidar Lagi

Começar do início
                                    

"Pergi Lo atau gue panggil polisi!"

"Panggil kalau Lo berani! Gue nggak takut!" Final Renza kemudian mendobrak pintu, membuat Juan terperanjat.

"GILA YA LO DAR?!"

Haidar tak menggubris ucapan Juan. Ia tetap bersikeras mendobrak pintu itu. Hingga akhirnya pintu itu terbuka, menampilkan banyak barang tak berguna.

Juan mengusap wajah frustrasi lalu menyusul Haidar masuk. Betapa terkejutnya ia melihat Renza sudah terbaring di lantai dengan wajah yang sangat pucat.

"TERNYATA LO YANG GILA KAK!" Bentak Haidar lalu mendekati tubuh sahabatnya.

"Ren bangun Ren. Renza!" Haidar menggoyang-goyangkan tubuh kecil Renza. Tak ada respon, Haidar langsung membopong tubuh Renza di punggungnya.

Juan masih mematung di sana. Ia tak tahu harus berbuat apa. Detik berikutnya ia menyusul Haidar ke luar. Pria itu sudah berdiri di samping mobil Juan.

"Kak cepet! Bangsat!"

Juan lantas berlari untuk membukakan pintu mobil lalu membawanya ke rumah sakit. Juan melihat dari spion tengah mobil, Haidar begitu khawatir dengan Renza. Juan juga merasakan hal yang sama, namun tidak sekhawatir Haidar.

Sesampainya di UGD Haidar tanpa aba-aba,  tanpa meminta bantuan pada Juan langsung membopong kembali tubuh Renza. Ia bahkan juga masih mampu berlari. Sepeduli itu Haidar pada Renza.

Saat Juan hendak menyusul Haidar, kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing. Perutnya juga mual dan ingin segera muntah. Ia lantas berlari menuju toilet terdekat.

Di sana pria yang sudah keringat dingin itu memuntahkan isi lambungnya di wastafel. Betapa terkejutnya ia saat melihat yang ia keluarkan adalah darah. Tangannya praktis gemetar, ia segera membersihkan darah itu dan membasuh wajahnya.

Juan terdiam. Ia tahu kondisinya sudah semakin memburuk.

Jarum infus sudah terpasang di tangan Renza. Haidar dan Zoya masih setia menemani di sisi brankar. Gadis itu langsung ke rumah sakit setelah Haidar memberi kabar lewat telepon bahwa Renza sakit.

Juan sudah tak terlihat lagi. Pria itu pergi entah ke mana. Membuat Haidar semakin kesal saja.

"Renza.." Lirih Zoya saat melihat mata kekasihnya terbuka.

"Ini aku Zoya. Syukurlah kamu udah sadar. Aku khawatir banget sama kamu." Zoya memegang tangan Renza, pria itu lantas menggenggamnya.

"Aku gapapa kok." Balas Renza dengan senyuman yang lemah. Pria itu lalu melihat ke arah sahabatnya.

"Lo udah bikin jantung gue hampir copot tau nggak." Ketus Haidar saat menyadari Renza melihat ke arahnya. Sahabatnya itu malah terkekeh pelan, membuat Haidar memutar bola matanya jengah.

"Makasih ya Dar." Renza berucap. Haidar mengangguk sambil menepuk pelan bahu sang sahabat.

Haidar menyandarkan punggungnya ke kursi. Sedangkan Zoya meletakkan kepala di tangan kiri Renza seraya memainkan selimut. Renza mengusap kepala itu pelan, gadisnya yang tak pernah mengeluh padahal selalu direpotkan.

Renza memandang wajah lelah Haidar, ah lagi-lagi dia yang sudah menolongnya. Sudah berapa banyak hutang kebaikan yang Renza tanggung terhadap Haidar? Banyak sekali.

Laki-laki itu selalu tulus membantu Renza. Bagaimanapun caranya pasti akan Haidar lakukan jika itu menyangkut sahabatnya. Renza tersenyum simpul melihat Haidar yang sudah lari ke alam mimpi.

Gimana caranya gue bales kebaikan lo, Dar?
Lo selalu ada buat gue, bahkan di setiap ujung keselamatan gue cuma lo yang bisa bantu.

Gue akan berusaha buat bahagia biar nggak ngerepotin Lo terus. Gue janji.

Gue sayang banget sama Lo. Lo Sahabat satu-satunya yang gue punya.

Nanti, gue cariin temen ceweknya Zoya yang pas buat Lo deh. Haha.

Batin Renza.

___________________
___________________

______________________________________

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Aku adalah manusia paling beruntung. Aku memiliki seorang sahabat bak dewa pelindung dan aku juga punya seorang gadis cantik nan setia bak dewi cinta. Namun, aku seperti manusia tak berdaya untuk mereka. Hanya bisa bergantung dan menyusahkan."

- Renza -

"Gue adalah orang yang paling nunggu moment kebahagiaan Lo, Ren

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Gue adalah orang yang paling nunggu moment kebahagiaan Lo, Ren. Karena di saat itu gue bisa lihat dua cahaya favorit gue bersinar bersamaan. Cahaya dari senyum cinta pertama gue yang terbit karena senyuman Lo."

- Haidar -

Dear Renza [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora