34 - Sedikit Tentang Haidar

Mulai dari awal
                                    

Haidar selalu diam dan memilih memendam perasaan itu meskipun mereka menjadi lebih dekat semenjak Zoya mengenal Renza. Dia tahu Renza menganggumi gadis itu, pun sebaliknya. Keduanya seperti sedang sama-sama mencari makna bahagia.

Siapa yang tak cemburu jika gadis pujaannya bersama dengan pria lain?

Siapa yang tak nyeri hatinya melihat orang yang dicintai mencintai yang lain?

Kadang sebuah kejujuran dapat merusak segala yang sudah dijaga. Ada kalanya berpura-pura tidak ada apa-apa itu lebih baik. Sakit tapi tak apa, daripada nanti menyesal karena sudah mengungkap sebuah rasa yang belum tentu ada balasannya.

Haidar menghela napas panjang. Pria itu mengusap wajahnya kasar lalu menyandarkan punggung ke kursi.

"Munafik, kalau gue bilang ini nggak sakit. Bahagia terus, Zoy." Lirih Haidar disusul dengan senyuman sumir.

Pria berkaos putih dengan jaket jeans itu beranjak meninggalkan tempatnya. Saat akan menuju ruang tunggu langkahnya dihentikan oleh perempuan yang baru saja ia pikirkan.

"Haidar!" Seru Zoya yang berlari kecil ke arahnya.

"Lah, Renza mana?" Tanya Haidar saat tak melihat keberadaan sang sahabat.

"Tadi habis ganti baju langsung ke ballroom duluan bareng yang kain, dipanggil panitia soalnya. Lo kemana aja coba?"

"Dari motret-motret di sana. Ya udah kita susul ke ballroom." Ajak Haidar, kemudian keduanya segera berlalu.

Baru saja mereka menginjakkan kaki di ruangan luas ini, seorang pembawa acara sudah meminta beberapa panitia untuk mematikan lampu. Seketika ruangan menjadi remang-remang karena cahaya lilin.

Zoya berjinjit-jinjit mencari keberadaan Renza di tengah kerumunan. Haidar menghela napas pelan, lalu meraih tangan Zoya. Ia menggandeng perempuan itu menyela penonton yang hadir di dalam ruangan agar bisa mendapat tempat yang lebih dekat dengan para pelukis.

Zoya lantas mengangkat kamera yang ia gantungkan di leher, melepas genggaman Haidar begitu saja saat menangkap keberadaan Renza. Haidar menatap nanar tangannya sendiri.

Di sana Renza tengah fokus melukis di sebuah kanvas besar. Di iringi lagu-lagu yang dibawakan langsung oleh beberapa penyanyi kondang. Para tamu dan pengunjung umum begitu menikmatinya.

Ini adalah kali pertama Renza melukis dengan kondisi pencahayaan yang sangat minim. Ia berusaha untuk memaksimalkan lukisannya kali ini. Ia tidak ingin membuat orang-orang kecewa, terutama sang ayah.

 Ia tidak ingin membuat orang-orang kecewa, terutama sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haidar memandang gadis di sampingnya. Perempuan itu tersenyum bangga pada Renza. Lengkungan di wajahnya bahkan tak hilang saat beberapa orang mendesaknya hingga hampir terhimpit.

"Haidar," panggil Zoya. Pria itu lantas menundukkan kepala memandang orang yang menyebut namanya.

"Kenapa? Panas ya? Atau Pegel?" tanya Haidar yang dibalas gelengan kepala oleh Zoya.

"Renza keren banget ya. Gue terharu deh," balas Zoya. Binar mata Haidar langsung padam seketika.

"Iya, dia kan sohib Gue. Jelas keren lah, Gue nya aja keren gini." Ucap Haidar dengan cara bicaranya yang khas. Gadis itu tersenyum dan mengangguk kuat.

"Lo adalah cowok paling beruntung, Ren. Gue yakin Lo pasti bahagia punya Zoya." Batin Haidar seraya memandang binar mata Zoya.

Sekitar satu jam berada di depan kanvas, Renza akhirnya bisa menghela napas lega saat lukisannya berhasil ia selesaikan dengan baik. Para tamu dan pengunjung langsung terkagum-kagum dengan karya-karya para pelukis saat lampu dihidupkan kembali.

Haidar dan Zoya juga langsung membelalakkan matanya saat lukisan-lukisan indah itu berjejer dengan pesonanya masing-masing. Luar biasa.

Setelah acara berakhir Renza dan Haidar segera mengantar Zoya pulang karena malam sudah semakin larut. Keduanya juga langsung melesatkan motor ke jalanan setelah memastikan gadis itu masuk ke dalam rumah.

________________
________________

"Aku jatuh cinta pada langit yang saat itu ku kagumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku jatuh cinta pada langit yang saat itu ku kagumi. Ia begitu tinggi, bahkan ribuan anak tangga tak mampu membuatku lebih dekat dengannya. Harusnya aku berhenti, bukan terus diam memandang hingga menyakiti diri. Tapi, bagaimana bisa aku tak jatuh cinta pada langit? Bahkan hanya memandang saja bisa membuat hatiku tenang."

- Haidar -

"Tuhan, izinkan aku untuk bisa lebih lama memandang wanita hebat yang telah kau hadirkan di hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuhan, izinkan aku untuk bisa lebih lama memandang wanita hebat yang telah kau hadirkan di hidupku. Biarkan aku merekam segala keindahannya sampai lupa bahwa aku sedang terluka."

- Renza -

Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang