24 - Secuil Masa Lalu

Mulai dari awal
                                    

Beberapa bulan setelah itu, Dion dan Riana gelisah karena Renza tak kunjung bisa berjalan. Padahal Juan sudah bisa berlari-larian. Mereka membawa kembali Renza ke rumah sakit dan pada akhirnya dokter menyatakan bahwa anak terkecilnya mengalami trauma di sumsum tulang belakang.

Saat ini Renza bingung harus menanggapi kebenaran ini dengan bagaimana. Ia sangat sedih karena ternyata dia bukanlah anak kandung Dion. Tapi, di satu sisi ada sedikit rasa lega karena semua yang terjadi di hidupnya selama ini seolah seperti sudah menemukan jawaban.

Seperti apa rupa ayah dan bundanya?
Bagaimana perangai mereka?
Apakah Renza cerminan mereka saat masih ada di dunia?

Renza sangat ingin tahu.

Dion membawa secangkir kopi menuju kolam renang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dion membawa secangkir kopi menuju kolam renang. Duduk di pinggir dan memasukkan kedua kakinya ke dalam air. Pikirannya terasa sangat kalut.

Ia merogoh ponsel dari saku celana, membaca beberapa pesan penting yang masuk. Matanya menangkap ikon galeri yang sudah lama sekali tidak ia buka.

Ibu jarinya lantas menyentuh layar dengan pelan. Praktis benda pipih canggih itu menampilkan ribuan gambar yang ia abadikan sejak bertahun-tahun yang lalu.

Ia menggulir foto satu per satu. Sesekali tersenyum melihat wajah ayu Riana. Istrinya itu cantik sekali saat remaja, bahkan sampai saat ini parasnya masih sama.

Hampir tiga puluh menit Dion memandangi foto satu demi satu hingga pada akhirnya berhenti di sebuah foto lama. Senyum yang tadinya sehangat mentari tiba-tiba luntur menjadi senyum sumir. Sebuah foto yang ia dapat dari sebuah flashdisk belasan tahun yang lalu.

Foto yang memperlihatkan dirinya dengan pria yang sosoknya sama seperti putra bungsunya. Gambar itu diambil saat mereka sedang study tour ke Bali. Dion dan Reza ber-selfie di dalam bus. Keduanya nampak tersenyum lebar. Bahkan senyum yang Reza tampilkan terasa persis seperti senyum putra terkecilnya.

Dion menghela napas panjang. Berusaha untuk tidak mengingat lebih dalam kebersamaannya dengan Reza. Semakin dia ingat, semakin sesak dadanya. Ia rindu sekali dengan Reza.

Andai saja malam itu Airin tidak melahirkan, mungkin mereka masih ada sampai detik ini. Mungkin ia akan bermain golf tiap pekan dengan Reza. Mungkin sampai sekarang mereka masih bisa melakukan double date bersama seperti dulu.

Mungkin hingga kini, ia masih bisa melihat senyum sahabatnya.

Setiap kali Dion melihat Renza, ia selalu teringat dengan Reza. Semua yang ada pada diri Reza kini ada pada diri Renza. Senyumnya, sifatnya, gestur tubuh, semuanya ada pada diri Renza.

Sejujurnya Dion selalu menyimpan kesedihan karena kehilangan Reza hingga sekarang. Dion belum ikhlas sepenuhnya atas kepergian Reza. Seringkali Dion juga diam-diam menyalahkan Renza atas meninggalnya Reza.

Dion selama ini hidup dengan perasaan yang  sulit dimengerti. Perasaan kehilangan, marah, juga rasa kasihan pada Renza. Dirinya seolah tidak ingin melepaskan Renza, tapi segala perlakuannya membuat Renza terluka.

Pria itu mematikan ponselnya saat dadanya ingin terisak. Ia mendongakkan kepala, menatap langit gelap tanpa dihiasi oleh sebuah bintang. Memejamkan matanya, ia berusaha untuk menahan agar matanya tidak basah.

"Anakmu sudah besar, Fahreza." Batin Dion lantas menundukkan kepalanya.

_________________
_________________

"Kamu pergi tiba-tiba dengan meninggalkan seorang putra yang membuatku selalu terluka saat melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu pergi tiba-tiba dengan meninggalkan seorang putra yang membuatku selalu terluka saat melihatnya."

- Dion Wistara -

"Kamu dulu pernah bilang ingin punya anak yang banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu dulu pernah bilang ingin punya anak yang banyak. Kalau begitu, nanti ku titipkan saja anakku padamu. Aku akan pergi bulan madu lagi bersama istriku."

- Fahreza Sagara -

Dear Renza [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang