keadaan pagi kali ini sangat rusuh dimana sang menantu dari Bety tengah dilanda mual dan juga sakit
sebagai seorang mertua dia dengan telaten memberikan nasihat pada sang anak agar merawat istrinya,namun Jesen berbeda, anaknya berhati dingin bahkan pada istrinya yang tengah sakit sekalipun
Bety kini memasuki usia empat puluh delapan tahun, dirinya tengah hamil empat bulan diusia yang tidak muda lagi Bety tau resiko yang akan terjadi di kehamilan kedua nya ini
Jesen sang anak nya pun sempat marah karena usia tua sang ibu seharusnya tidak usah kembali mengandung,namun apakah saya saat itu Wiryo kebobolan
"De,kamu minum anget dulu ya " ujar Bety pada Dea sang mantu
"makasih mah" dia menerima air yang di bawakan sang mertua
"Kamu udah coba tes kehamilan ?" ujar Bety
"belum mah" cicit Dea
"coba ya, soalnya gejala kamu seperti orang hamil sayang "
Dea hanya mengangguk mengiyakan,dan setelah pengecekan menggunakan tespeck Dea dinyatakan hamil
Keluarga Wiryo anti sekali dengan hal hal modern,bukan karena mereka tidak mampu tapi mereka lebih memilih hidup simpel
Makannya Wiryo dan Bety walaupun orang kaya mereka sangat sederhana, tinggal di daerah yang minim penduduk untuk kenyamanannya
***
kini kandungan Bety sudah memasuki usia sembilan bulan lebih,Wiryo selalu berada di sisi Bety kelahiran penerus Wiryo tidak akan dilahirkan bersama dokter ataupun bidan
Saat melahirkan Jesen pun mereka hanya melakukannya berdua,Bety sedari tadi sudah merasakan kontraksi yang intens
Desahan sakit dan banjir keringat sudah sedari tadi Bety rasakan, perutnya sudah menggantung anaknya yang kedua akan segera lahir
Di kasur,Bety mengusap perut nya yang amat keras, tinggal menunggu ketubannya pecah untuk melahirkan anak keduanya
Wiryo berada di antara kedua kaki Bety melihat bagaimana istrinya kesakitan mengeluarkan bayi hasil hubungan nya dari lubang sempit
"enggggggghhhhh"
"dorong sayang, lagi lagi "
"sesak,panassss engh"
hingga akhirnya anak laki laki mungil kembali hadir dari rahim Bety,Dea dan Jesen turut berbahagia dengan kehadiran bayi tersebut
Namun lain dengan pikiran Dea dia takut,takut membuat kecewa Jesen karena selama ini dia bersikap kasar dan acuh terhadap nya
usia kandungan nya sudah memasuki lima bulan,hari berganti menjadi minggu berganti lagi menjadi bulan kini masa kehamilan Dea sudah sepuluh bulan lamanya
Bety sempat khawatir menantu nya belum juga melahirkan,dia menyarankan Jesen dan Dea berhubungan untuk memancing anaknya lahir
Perut Dea sudah mendoyot kebawah,malam ini karena Bety dan Wiryo tengah diundang untuk menghadiri acara tinggallah Jesen dan Dea dirumah tak lupa si bayi kecil Batu yang tak diajak karena hari sudah malam berakhir dititipkan pada anak dan menantu nya
sudah pukul sembilan malam,Anak Baty menangis dengan sigap Dea menggendong nya walaupun perut nya sudah merasakan kontraksi
Jesen hanya diam,masa bodoh dengan keadaan adiknya yang menangis dan istrinya yang sedang hamil
"cup cup tidur ya baby " ujar Dea
Keringat dingin mengucur, perutnya mulas bayinya mencari jalan keluar dengan brutal,baru saja akan menaruh baby di ranjang dia kembali menangis tidak ingin dilepas gendongan nya namun Dea tidak kuat kontraksi nya semakin sakit
sekitar sejam jam berlalu,baby masih digendong Dea ketubannya pecah Dea gemetar bukan main nafasnya memburu ia ingin mengejan namun karena kondisi nya panik dia seketika lupa dengan petuah sang mertua saat mengatasi kondisi seperti ini
Dea mengerang,mengejan berulangkali namun nafasnya tidak teratur Dea merasakan sesak nafas hebat, bayinya belum juga lahir,anak Bety juga sekarang tengah menangis karena di baringkan di ranjang
Jesen yang mendengar suara tersebut, mendatangi kamar baby dia cukup syok dengan darah segar yang sekarang berserakan dimana-mana, adiknya yang tengah menangis dan perempuan di sisinya yang tengah berbaring terlentang dengan kaki mengangkang menampilkan bahwa bibit miliknya akan segera lahir
Namun yang lebih memprihatinkan karena kondisi istrinya itu, seperti tengah sekarat wajahnya sudah pucat keringat nya pun mengucur deras, darah pun terus mengalir dari liang lahirnya,belum lagi sesak nafas karena sakit yang terus menyerang
"engh" bahkan sekarang sepertinya tenaga Dea sudah terkuras,untuk mengejan saja lengkuhan kecil yang terdengar
"DEA SADAR !" Namun terlambat Jesen berucap saat istrinya sudah menutup mata, tubuhnya terbujur kaku, meninggal bersama sang anak yang belum lahir
Jesen amat menyesal karena tindakannya itu Dea terlambat diselamatkan,dan panggilan ayah tidak jadi diberikan kepada nya karena dibawa pergi oleh sang istri yang kini terbujur kaku