Episode 49 : Datang Menjemputmu

95 15 3
                                    

Selanjutnya Emily tidak ingat bagaimana ia mencapai kamarnya di tengah pikirannya yang kalut.
Hal pertama yang terbesit ialah segera menceritakan apa yang baru saja dia dengar kepada Matthias.

"Ah," Emily merosot di sofa.
Ia lupa kakeknya telah menyimpan ponselnya ketika mereka meninggalkan rumah sakit.

Kabar pernikahan dengan Matthias benar-benar membuatnya murka.
Ia praktis langsung memblokir semua akses komunikasi Emily.

Ini kacau.
Emily memejamkan mata.
Sekarang bagaimana caranya dia bisa memberitahu Matthias jika kakeknya bersekongkol dengan Leonard Beverly dalam kasus MidlandCare?

Tok. Tok.

"Nona, ayah anda memanggil untuk turun makan malam."

Raut wajah Emily berbinar cerah melihat pelayan wanita yang muncul di ambang pintu.
"Bisa kupinjam ponselmu?"

"Ini... "

Pelayan itu teringat perintah tuan tua Hawthorne kepada seluruh pegawai di rumah agar tidak mengijinkan nona muda menggunakan alat komunikasi.

"Tolonglah, aku harus mengabari soal rapat proyek klien kami, ini akan menjadi masalah jika kami tidak hadir."
Emily berbohong dengan lancar.

Pelayan itu sedikit ragu namun ia perlahan mengulurkan ponselnya kepada Emily.
"Tuan tua Hawthorne berpesan tidak membiarkan anda menghubungi siapapun untuk sementara waktu."

Emily menunduk mengetikkan pesan pada layar ponsel.
"Jangan khawatir dia tidak akan tahu," gumamnya.
"Lagipula, itu konyol, berpikir mengisolasiku seolah bisa membuat orang-orang berhenti membicarakan keluarga kami."

Setelah mengirim pesan singkat ia menyerahkan kembali ponsel kepada pelayan dan menyuruhnya pergi.
"Katakan pada ayahku aku akan segera turun," pesannya.

Setelah berada di luar pelayan itu melihat sekeliling dan memastikan tak ada seorangpun di sana yang melihatnya sebelum dengan hati-hati ia menuju ke balik pilar besar di ujung lorong.

Pelayan itu memeriksa ponsel lalu memulihkan penyimpanan pesan yang sebelumnya telah dihapus oleh Emily.
Ia tersenyum setelah membaca isi pesan itu kemudian buru-buru menghubungi sebuah nomor panggilan cepat pada ponselnya.

"Nona Anastasia, ini saya.
Ada informasi ..."

***

Anastasia tersenyum menatap layar ponsel.
Tidak percuma dia membayar wanita pelayan itu untuk memata-matai kediaman Hawthorne.
Bayangan Emily yang putus asa karena dikurung membuatnya sangat senang.

Namun senyumnya langsung menghilang saat ia teringat bila Emily mengajak Matthias untuk bertemu karena ingin menyampaikan sesuatu yang penting.

Memangnya apa yang dia tahu?
Paling-paling itu cuma alasan supaya Matthias mau menemui dia.
Dasar perempuan licik!

Tapi ini tidak bisa dibiarkan.
Anastasia berjalan mondar-mandir dengan gusar.
Tiba-tiba sebuah gagasan cemerlang muncul di kepalanya.
Ia tertawa lalu buru-buru membuat panggilan.

"Halo Niki?" dengkurnya manis.

"Apa maumu." suara suaminya terdengar enggan.

"Ketus sekali, dengar, ada seorang gadis yang sedang dalam kesulitan dan butuh diselamatkan, bukankah kau menyukai hal-hal semacam ini?"

Terdengar gerutuan samar dari seberang.
"Akan kututup teleponnya, aku tak punya waktu untuk omong kosong—"

"Tunggu," Anastasia buru-buru berkata. "Kudengar Robert Hawthorne telah menarik dananya dari bursa hingga membuat Huckleberry Contractions mulai ditinggalkan oleh para investor lain."
"Robert dengan sengaja ingin membuat perusahaanmu bangkrut dan tidak punya nilai jual. Itu terlalu keji, bahkan untukmu."
"Tidakkah kau ingin membalasnya?"

Beauty and The Beast : "Dark Fortress"Where stories live. Discover now