6. Dan Tulang Hatinya Patah

Start from the beginning
                                    

  "Ada apa? Kenapa kau diam kali ini?" Nada sarkas itu bahkan tak sampai ke otak Yunho saking sibuknya dia mengartikan apa yang ayahnya baru katakan.

     Yunho tak mengerti, mengapa manusia jadi seperti ini? Sejak kapan tepatnya manusia menjadi seperti ini? Yunho tiba tiba merasa takut, entah kenapa, dia merasakan keditaknyamanan sekarang. Dia tahu betul betapa ditaktor ayahnya ini, dan dia bisa menerima itu, namun, kali ini, dia merasa aneh. Semakin dia tahu, semakin besar pula rasa yang dia sebut 'ketidaknyamanan' itu.

    Keheningan itu terpecah oleh suara telepon paling modern—pada masa itu—ayah Yunho segera mengangkat gagang logam itu. Wajah cemasnya seketika berubah menjadi sebuah seringai lebar yang sekilas mengingatkan Yunho pada serial killer paling terkenal pada masa ini.

  "SUDAH AKU DUGA! AHAHAHAHA! TAK ADA SEORANGPUN DALAM KECURIGAANKU SELAIN ANAK BRENGSEK ITU!" Teriak Ayahnya sambil melempar kertas kertas dokumen di atas mejanya ke langit. Dia terlihat sangat girang, bahkan bisa Yunho katakan ini adalah pertama kalinya Yunho lihat ayahnya sebahagia itu 10 tahun terkahir.

     Namun bersamaan dengan itu, jantung Yunho berdegup terlampau cepat. Jika ayahnya dan para suruhannya telah menangkap pelaku yang menyeruarakan propaganda itu, maka berarti.. mungkinkah mereka telah menangkap Hongjoong?
 
 
  "Pe-pelakunya telah ditangkap, Ayah?" Tanya Yunho dengan suara bergetar.

  "Benar!" Sang ayah tersenyum makin lebar, "inilah kenapa aku selalu mengingatkanmu untuk berhati hati dalam memilih teman, Yunho. Teman yang kau sangat hormati itu adalah seorang pemberontak."

    Oh, astaga.. Yunho rasanya kehilangan kekuatan di kakinya.

  "Ikutlah bersamaku." Sang ayah berucap sambil mengambil topi tingginya.

    Yunho jelas menyetujuinya, dia harus melihat Hongjoong, dia harus memastikan jika kawannya itu baik baik saja sekarang. Dalam perjalanan menuju daerah Hongjoong tinggal, telinga Yunho mendengarkan ayahnya menghina para kaum rendah seperti Hongjoong dengan lantang, namun otak Yunho justru menyusun kalimat yang bijak untuk membela Hongjoong nanti.

    Hongjoong, dengan wajah yang separuh telah bonyok karena dipukuli hanya diam tak berkutik. Wajahnya datar, dagunya terangkat, dia bahkan tak sekalipun berpikir untuk menunduk agar para prajurit itu tak melulu menghantamkan kepalan tangan mereka ke wajahnya. Dari sudut mata kirinya yang mulai kabur karena terkena pukulan, dia lihat beberapa anak kecil menangis ketakutan, melangkah maju dan mundur dengan ragu, Hongjoong tahu anak anak itu ingin menyelamatkannya, namun mereka cukup pintar untuk tidak ikut campur dan berakhir dipukuli juga.

    Melihat anak anak itu mengiris hati Hongjoong. Jika saja Hongjoong bisa mengadukan hal ini di hadapan Tuhan seperti seorang korban yang mengemis keadilan kepada jaksa agung. Maka anak anak itu akan dia bawa sebagai bukti dashyatnya penindasan, ketidakadilan, kemelaratan yang telah manusia lakukan di atas bumi ciptaan-Nya.
 
 
  "Kumohon berhenti memukulinya!"
 
 
    Sebuah suara keras tak jadi membiarkan Hongjoong menutup mata dan menyambut alam bawah sadarnya. Hongjoong membuka matanya dan dia temukan kawannya—yang kadang benar benar membuatnya risih setengah mati itu sedang menahan tangan salah seorang prajurit yang sedari tadi memukulinya.

  "Melindungi pemberontak adalah pelanggaran hukum, Yunho!" Teriak pemimpin keluarga bangsawan Elsworth itu.

  "Main hakim sendiri dan menyuruh bawahan untuk memukuli seseorang di luar wewenang Anda, Ayah." Yunho dengan suara nyaring menjawab dan itu membuat ayahnya seketika naik pitam, ditariknya lengan baju Yunho hingga robek lalu ditamparnya berkali kali kedua pipi Yunho hingga mengalir darah dari salah satu lubang hidungnya.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)Where stories live. Discover now