(31) Hati-hati

Mulai dari awal
                                    

"Christ, diem nggak!" Peringat Aldebaran dengan kesal. Hal itu membuat Darwin akhirnya mengakhiri keusilannya dengan tertawa.

Setengah jam berlalu. Selama itu, Aldebaran hanya bisa memandangi kekasihnya dari kejauhan di meja yang terpisah, sebab Andin bersama Darwin sedang mengadakan meeting dengan tiga orang client mereka. Sambil menikmati sarapannya, pikirannya masih bertanya-tanya tentang penyebab perubahan sikap Andin. Apakah ia benar-benar sudah melakukan sebuah kesalahan?

//Drrtt.. Drrtt!//

Pikiran pria itu lantas buyar saat getaran ponselnya terasa pada saku celananya. Panggilan dari Roy. Dengan setengah malas, Aldebaran menerima telepon tersebut.

"Ya, Roy?" Sambut Aldebaran, langsung.

"Al, lo masih di Bandung?"

"Iya, masih. Mungkin agak sorean gue baru balik ke Jakarta." Jawab Aldebaran.

"Eumm, itu..." Roy terdengar menimbang-nimbang untuk mengatakan sesuatu.

"Kenapa?"

"Masih sama Andin?" Tanya Roy, lagi.

"Iya, masih."

"Andin aman, kan?" Kening Aldebaran mengerut, bingung.

"Ya aman, lah. Kenapa sih?" Pria itu tidak suka berbasa-basi, sehingga ia tampak mulai kesal dengan perkataan Roy yang berbelit-belit.

"Gue yakin lo belum tahu ini sih."

"Apaan?" Desak Aldebaran.

"Lo mending cek instagram lo sekarang, atau browsing portal berita yang memuat nama lo."

"Ngapain?" Aldebaran masih tak mengerti.

"Nggak usah banyak tanya. Buruan cek!" Seru Roy, dan seketika memutuskan sambungannya.

Aldebaran menatap ponselnya seperti orang bingung dengan Roy yang tiba-tiba mematikan panggilannya. Daripada semakin penasaran, Aldebaran segera melakukan apa yang disuruh oleh adiknya tadi. Ia membuka akun instagramnya yang entah sudah berapa lama tidak ia buka. Ternyata banyak sekali notifikasi yang masuk. Entah itu notifikasi dari siapa saja, Aldebaran tidak tahu sama sekali.

"Ini apa?" Gumamnya.

Aldebaran melihat deretan foto yang sama pada notifikasi tersebut. Beberapa detik kemudian, ia baru menyadari bahwa sosok di dalam foto tersebut, salah satunya adalah dirinya, dan juga ada Aurel yang sedang memeluk buket bunga berukuran cukup besar.

"Astaga, ada-ada aja gosipnya." Kata Aldebaran, menggeleng-gelengkan kepalanya.

Deretan foto identik itu cukup membuat Aldebaran pusing. Ia lantas berlanjut membuka portal berita di internet dengan mengetikkan namanya, sesuai intruksi Roy. Aldebaran terperangah begitu membaca judul-judul berita tersebut yang amat sangat diada-ada. Bagaimana bisa media-media sekarang mendapatkan satu foto amatir kemudian menyimpulkannya dengan sesuka hati? Pikir Aldebaran.

Oh Tuhan! Aldebaran baru sadar sekarang. Jangan-jangan itu semua yang menjadi penyebab perubahan sikap Andin padanya pagi ini. Tidak salah lagi. Pasti berita-berita konyol itu yang sudah membuat Andin terus menghindarinya.

Ia melirik Andin yang masih saling berdiskusi dengan tim kerja mereka. Aldebaran mengusap wajahnya, kasar, dengan kedua tangannya. Soal begini saja, lo nggak peka, Al. Payah! Aldebaran menghela nafas beratnya seraya merutuki dirinya sendiri.

Lantas tak sengaja itu melihat notifikasi whatsapp-nya yang terdapat nama Aurel disana. Keningnya kembali mengerut sambil buru-buru membuka pesan tersebut dan membacanya. Ia kembali teringat bahwa tadi pagi Tommy mengatakan bahwa ia menyampaikan pesannya pada Andin, yang mana itu berarti Andin membuka ponselnya dan kemungkinan besar kekasihnya sudah membaca chat dari Aurel.

Forever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang