🦆 Sepuluh

Mulai dari awal
                                    

Yuuka kembali membalik badannya, mengembangkan senyumnya menatap sang putri yang sebentar lagi menjadi istri orang.

"Anak Bubu pasti bisa jadi istri dan ibu yang baik. Kalau ada masalah bicarakan dengan kepala dingin. Jangan saling mendiamkan, karena kunci sebuah hubungan itu adalah komunikasi. Mengerti, nak?"

(Name) mengangguk paham, Yuuka langsung menariknya ke dalam pelukan. Tak menyangka, putrinya yang Yuuka rasa baru kemarin dia melahirkannya, memandikannya, menyusuinya, menimang nya, mengajarkannya merangkak, berjalan, berbicara, berlari, belajar, kini beberapa saat lagi akan menjadi seorang istri. Secepat itu putrinya beranjak dewasa.

"Bubu sayaaanggg banget sama kakak. Maafin Bubu yang belum bisa jadi ibu yang baik buat kamu."

(Name) menggeleng kuat, tangannya yang sedari tadi membalas pelukan Yuuka semakin ia eratkan.

"Hikkss...enggak, Bu...Bubu udah jadi ibu yang baik buat aku...buat Airin...Bubu adalah wonder woman nya aku...maafin (Name) yang belum bisa bahagiain Bubu sama Papa, maafin (Name) yang suka buat Bubu marah, kesel, dan susah...hikss...ma--maafin (Name), Bu..."

Airin yang berdiri tidak jauh dari keduanya, ikut menitikkan mata melihat kakaknya yang menangis sesegukan di pelukan sang ibu.

Suatu saat ia juga pasti akan ada di titik ini. Dan ia belum siap. Airin belum siap meninggalkan Yuuka dan Ryota karena harus mengikuti suaminya. Airin belum siap. Ia menundukkan kepalanya dalam membiarkan air matanya yang berlomba-lomba berjatuhan.

Airin tertegun kala seseorang mendekapnya, ia mendongak sejenak melihat siapa yang memeluknya. Tanpa berkata apapun, Airin membalas pelukan tersebut menyembunyikan isakannya di dada bidang cinta pertamanya.

Ryota--sosok yang memeluk Airin itu mengelus punggung putri bungsunya. Senyumnya mengembang, ia memang tidak menangis, namun matanya juga berkaca-kaca melihat putri sulungnya yang sebentar lagi akan menjadi milik laki-laki lain. Bukan lagi miliknya.

"Usshh... usshh...udah dong nangisnya. Nanti Keiji nya gak jadi nikah sama kamu gimana? Kamu kalau nangis tuh jelek." canda Yuuka.

(Name) yang mendengar itu langsung merengek kesal membuat Yuuka tertawa, menepuk punggung (Name) beberapa kali lalu melepaskan pelukan mereka.

Yuuka mengedarkan pandangannya, meraih beberapa lembar tissue yang ada di atas nakas lalu menghapus air mata putrinya.

"Udah jangan nangis lagi, harus senyum dong, bahagia...ini 'kan hari pernikahan kamu. Suami kamu ganteng banget lohh."

Kedua pipi (Name) langsung dikuasai oleh semburat pink. Yuuka yang melihat itu sontak terkekeh geli. Tidak pernah melihat putrinya yang bersemu seperti ini.

"Masih calon, Bu." koreksi (Name).

"Yaa gak papa, bentar lagi juga udah resmi."

"Kakak."

(Name) dan Yuuka sontak menoleh, saking asiknya dengan dunia mereka sampai tidak sadar Ryota juga ada di dalam ruangan tersebut. Pria paruh baya itu tersenyum setelah melepaskan pelukannya dengan Airin. Ia mendekati sang putri yang kembali berkaca-kaca melihat Papa nya yang terlihat sangat tampan dengan toxedo hitam yang ia kenakan.

"Papa..." lirih (Name) kemudian masuk ke dalam dekapan Ryota yang langsung di balas oleh pria paruh baya itu.

Padahal (Name) masih sangat ingin bergelayut manja pada cinta pertamanya itu. (Name) masih ingin di manjakan, masih ingin ditemani jika sedang sedih, bimbang atau sedang ada masalah. Masih ingin ditemani jalan-jalan kalau lagi badmood, masih ingin di bela kalau cekcok sama Bubu. Namun sebentar lagi, akan ada yang mengganti posisi Papa di kehidupan (Name). Walaupun begitu, Papa tetaplah laki-laki nomor satu di hati (Name).

PERFECT HUSBAND || AKAASHI KEIJI X READERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang