Bagian Dua Puluh Sembilan : Past

5.3K 684 51
                                    

Aku seperti melihat mimpi ketika mataku mulai terpejam. Mimpi yang buruk, mimpi yang tidak menyenangkan.

Sebuah fakta yang aku benci.

Itu adalah sebuah cerita di garis waktu lain yang tidak aku ketahui.

Garis kehidupan pertamaku yang aku benci.

******

"Yang Mulia, situasinya tidak begitu baik. Saya sarankan anda untuk berbicara mengenai ini kepada Lady Blumaz."

"Diam"

"Yang Mulia!"

Sean memilih untuk menutup telinga. Masuk kedalam ruang kerjanya, dan menutup pintu kayu itu rapat-rapat, meninggalkan Benjamin Orca yang masih sibuk berteriak dari luar, menggedor pintu dengan teramat tidak santai.

Ini masalah besar. Batinnya menyerukan hal yang sama berulang kali dengan wajah cemas.

Tubuh Sean terduduk di kursi Meja Kerja dengan wajah lelah. Rambutnya acak-acakan, dan raut wajahnya bersimbah peluh. Kantong mata dibawah matanya menandakan bahwa ia tidak tidur dengan benar selama berhari-hari. Wajahnya bahkan pucat pasi. Tekanan yang Sean alami akhir-akhir ini membuat energinya merosot jatuh. Ada banyak hal yang mengganggunya hingga ia bahkan tidak dapat tidur dengan nyenyak. Dan itu semua dikarenakan seorang Wanita berambut merah muda yang semakin hari semakin mengganggunya.

Benar, ini semua perkara Clara Yuvel, anak haram count yang sudah setengah tahun ini menunjukkan jati dirinya di hadapan publik.

Sean bahkan ingat benar bagaimana Evelyn bereaksi menjadi bringas begitu perempuan itu datang. Finalnya adalah perempuan itu semakin gila ingin membunuh Clara dengan cara meracuninya. Itu benar-benar tidak pernah dapat Sean bayangkan.

Faktanya, ini semua adalah salahnya. Benar, Sean adalah faktor dimana hal-hal gila itu dapat terjadi.

Sean tahu bahwa Evelyn membenci Clara, tetapi, Sean memilih mendekat ke arah Clara.

Itu adalah fakta yang semua orang ketahui bahwa, Sean Len Erhad jatuh cinta kepada Clara Yuvel dan mencampakkan Evelyn Blumaz.

"Apakah Yang Mulia tidak lelah bertindak seperti bajingan?!" Benjamin menyahut dari luar dan Sean hanya tertawa mendengarnya.

"Evelyn akan mendapatkan masalah jika aku tidak bertindak demikian."

"Tapi, bukankah Lady sama saja diincar?! Mengapa Yang Mulia tidak berhenti saja bertindak seperti ini?! Kau gila!"

Benjamin berteriak seolah lupa jati diri. Ia bahkan seolah tak takut untuk tidak digaji akhir bulan nanti karena terbukti mengumpatiku Tuannya di depannya langsung. Yah, bagi Benjamin ini lebih baik daripada membiarkan Sean lagi-lagi bertindak bodoh yang hanya akan membuatnya rugi dan rugi.

"Itu adalah masalahnya, Benjamin bodoh."

Sean kemudian mencengkram tangannya erat-erat dengan wajah masam.

Masalahnya adalah jika Evelyn tahu, ia akan mengorbankan dirinya sendiri karena tidak ingin aku terlibat. Jika ia tahu, ia akan benar-benar terjun dalam bahaya tanpa pikir panjang.

Male lead, Get away from me!Where stories live. Discover now