Ia semakin menjadi merasa bersalah terhadap lelaki didepannya karena kejadian kemarin.

Lichan berjalan dan duduk di samping Marka yang melihatnya bingung.

Tangannya sibuk membuka totebag yang ia bawa tadi dan mengeluarkan semua beberapa tupperware kehadapan Marka.

“Pasti kau belum makan bukan. Aku memasak ini tadi pagi, semoga kau menyukainya.” ujar Lichan dengan membuka semua tutup makanan itu dan memberikan sendok pada tangan Marka.

Marka hanya diam tidak bergeming. Ia masih terkejut mencerna semuanya. Kenapa Lichan bisa bersikap seperti ini, setelah kejadian kemarin malam yang sangat marah padanya?

“Kenapa hanya diam saja. Apa kau tidak suka sama makanan yang aku buat?” tanyanya sekali. “Kalau kau tidak suka, tidak apa biar aku yang akan—”

Dengan cepat Marka menggeleng dan membawa satu misting tupperware kepangkuannya.

“Tidak, saya akan memakannya.” ucapnya dengan begitu cepat.

Lichan tersenyum tipis. Maniknya menatap Marka menunggu lelakinya ini menyendokkan satu makanan kedalam mulutnya.

Dengan perasaan ragu, Marka memasukkan suapan besar kedalam mulutnya. Setelah semuanya masuk kedalam mulut. Entah kenapa ia merasakan sesak dan hatinya begitu berdebar saat merasakan masakan Lichan.

Ini begitu enak dan lezat! Marka begitu merindukan masakan Lichan yang sudah bertahun-tahun ini ia tidak pernah mengicipnya lagi.

“Bagaimana rasanya, apakah enak?” tanya Lichan dengan mata yang berbinar. Marka menoleh dengan pelan ia mengangguk. “Ini enak, Terimakasih.” jawabnya dengan pelan.

“Makanlah yang banyak, kalau bisa habiskan semuanya.” ucapnya dengan begitu senang.

Lichan senang, ternyata Marka begitu menyukai masakannya. Lichan kira rasanya tidak akan cocok dengan lidah Marka.

Setelah itu hening tidak ada pembicaraan lagi yang keluar dari mulut mereka berdua, Marka yang sibuk dengan makanannya juga Lichan yang tengah memikirkan bagaimana caranya ia bisa meminta maaf pada Marka.

Tapi setelah itu Lichan berdeham pelan. “nggh itu..”

Marka menoleh pada Lichan, menatapnya bingung karena lelaki manis di depannya ini tidak meneruskan kalimatnya.

Lichan menunduk, tangannya meremat kedua tangannya yang  terlihat gugup.
“Tentang kejadian semalam aku minta maaf karena sudah menamparmu tiba-tiba. Aku sudah kelewat batas.”

“Sudahlah lagian kamu benar, saya memang tidak becus menjaga Leander. Jadi saya rasa, saya berhak mendapatkan semua itu.”

Lichan menoleh dengan cepat dan menggeleng bahwa ia tidak setuju dengan perkataan Marka. “Bu-bukan itu maksudku..”

“Saya paham kok, jadi sudahlah lupakan.”

Bibirnya maju cemberut, maksudnya kan bukan begitu! Perkataan Lichan kemarin kan hanya semata-mata ia sedang emosi saja!

Perlahan bibir Marka terangkat saat melihat ekspresi wajah Lichan yang begitu menggemaskan; cemberut disampingnya!

Ya lagian kenapa dia harus minta maaf, bukankah sebaliknya yang harus meminta maaf adalah dirinya? Marka benar-benar sudah memikirkan kesalahannya semalaman sampai ia tidak tertidur karena merasa bersalah. Sudah dua kali Leander sakit karenanya, masih pantaskah dirinya disebut sebagai Daddy Leander?

Tapi ada satu hal yang ia pikirkan sekarang.

Mina benar, ternyata bertemu dengan Lichan tidak seburuk itu, selama ini ia selalu mensugesti semuanya sehingga ia takut akan Lichan yang mengambil Leander darinya.

Sunshine, Marknohyuck.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang