BT (1)

36 29 28
                                    

New Zealand.

Sekarang musim dingin. Di sini terkenal akan memiliki tempat yang pemandangannya indah, juga ada tempat ski tersendiri.

Bagi yang ingin bermain di sana, boleh-boleh saja, asalkan mematuhi aturan-aturan dan syaratnya. Salah satu faktanya ada warga Indonesia.

Tempat tinggal mereka berdekatan dengan jalan raya. Jadi jika mereka menatap keluar dari jendela, maka netra mereka bertatapan dengan lalu-lalang mobil-mobil mewah.

Namun walau seberapa banyaknya mereka di sini, salah satu anak Indonesia ini tidak ingin bergaul dengan mereka. Dia hanya mau bergaul dengan yang dia kenali saja.

Apakah dia memiliki alasan? Mungkin ada, hanya saja ... dia tidak ingin memberitahukannya kepada siapa pun. Seperti sekarang, dia masih enak-enakan di bawah selimut tebal ice bear-nya.

"Aunt Renty, have the kitchen ingredients run out?" tanya seorang wanita lebih muda dari wanita yang dia panggil sebutan 'Aunt' tersebut.
("Bibi Renty, bahan dapurnya sudah habis?")

"Ah, you forgot something, My Sweet?"
jawabnya lembut sambil menuangkan teh hangat ke cangkir favoritnya.
("Ah, kamu lupa sesuatu, Manisku?")

Erina Rewanda Pandawa—adik dari Toni Pandawa.  Dia adalah Tante dan ayah dari gadis yang terlelap di bawah selimut tebal tadi.

Erina terkekeh kecil, "good grief! I seem senile, Aunt Renty. I'm sorry, Aunt Renty."
("Astaga! Aku terlihat pikun, Bibi Renty. Aku minta maaf, Bibi Renty.")

Wanita yang dia panggil 'Aunt Renty' tersenyum tipis. Dia sangat menyayangi kedua orang yang berasal Indonesia ini. Baginya, mereka berdua adalah keluarga kecilnya.

Dia sudah tidak memiliki siapa-siapa di negara kelahirannya itu, dia hanya punya dua orang tersebut. "ah, yes, Erin. Apparently your girl is still comfortable with the silk wrap you gave her on her birthday yesterday. Right?"
("Ah, ya, Erin. Rupanya gadismu masih nyaman dengan selimut sutra yang kamu berikan padanya di hari ulang tahunnya kemarin. Benar?"

"That's right, Aunt Renty. I'll go upstairs, then wake him up to have breakfast with us."
("Itu benar, Bibi Renty. Aku akan naik ke atas, lalu membangunkannya untuk sarapan bersama kita.")

Aunt Renty tertawa kecil, "oh, My Sweet. She won't wake up. Trust me."
("Oh, Manisku. Dia tidak akan bangun. Percayalah padaku.")

Erina menghela napas dan mengangguk pelan. "i know it. She hasn't changed since he was a kid. I don't know, what the future will be."
("Aku tahu itu. Dia tidak berubah sejak dia masih kecil. Aku tidak tahu, apa yang akan terjadi di masa depan.")

Aunt Renty hanya tersenyum menanggapinya, dan Erina pun langsung ke atas dengan pakaian santainya. Erina tiba di depan pintu kamar milik dari gadis yang begitu dia sayangi.

 Erina tiba di depan pintu kamar milik dari gadis yang begitu dia sayangi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BROKEN TRUST (HIATUS)Where stories live. Discover now