1

73 1 0
                                    

Y/N (POV)

Y/N: Oppa... Oppa!!!! Bangun!!!!
Aku mengguncang-guncang tubuhnya dengan keras.

Ten bergumam dengan tidak jelas dan membalikkan tubuhnya. Dia menutupi kepalanya dengan bantal.

Y/N: Yeah! Jangan bilang kau akan bolos lagi.
Aku menarik bantal yang menutupi kepalanya.

Ten: 15 menit lagi, oke? Aku akan bangun.
Dia berbicara dengan malas dengan mata yang masih tertutup.

Y/N: Aku akan masak telur orak-arik di bawah untuk sarapan. Kalau oppa masih belum bangun, aku akan menghabiskan semuanya.

Ten tidak menggubris, dia malah memeluk bantal guling dengan erat.

Yup, aku tinggal di apartemen ini dengan kakak lelaki ku, Ten. Kedua orang tua kami sudah meninggal dunia. Daddy mengidap penyakit stroke ringan semenjak 8 tahun yang lalu dan penyakitnya semakin parah seiring berjalannya waktu yang mengakibatkan sebagian tubuhnya tidak bisa di gerakkan. Dengan bertambah parahnya penyakit stroke daddy membuat kondisi ekonomi keluarga kami juga menurun. Daddy meninggal di saat kami sedang merayakan hari pernikahan orangtua kami yang ke 18 tahun. Hal tersebut memberikan pukulan yang sangat besar untuk keluarga kami, terutama untuk mum. Beliau mengalami stres dan depresi berat sehingga mengganggu kesehatannya namun saat itu kami masih sangat muda untuk memahami kondisi sulit yang di alami mummy. Mum tidak memberikan dirinya kesempatan untuk berlama-lama dalam lubang kesedihan karena dia harus menggantikan posisi daddy dalam memimpin bisnis keluarga. Tanpa mengetahui semua itu kami hidup layaknya anak remaja lain, careless and free. Sampai semuanya sudah sangat terlambat. Dua tahun setelah dad meninggal, mum menyusul daddy ke surga. Kita baru mengetahui bahwa ternyata mummy merupakan penderita penyakit jantung. Mum menutupi semua ini dari kami. Tanpa menunjukkan kesedihan dan penderitaan, mum menjalani hari-harinya dengan tegar. Kadang kala aku melihat terdapat sorot kekhawatiran dari matanya yang dahulu tidak aku pahami. Ada saat di mana mum terlihat sibuk dengan pikirannya di saat kami sedang bersama di meja makan, namun aku masih terlalu dini untuk bisa memahami bahwa yang mum butuhkan saat itu adalah seseorang yang bisa dia ajak bicara. Yah... kami masih sangat muda untuk memahami rumit nya kehidupan yang dihadapi oleh orang dewasa. Jika saja aku bisa memutar waktu.. Jika saja aku tidak terlalu naif dan polos.. Jika saja aku bisa bersifat lebih dewasa.. jika saja... jika saja... banyak sekali penyesalan yang aku rasakan setelah semuanya sudah terlalu terlambat; ketika mereka sudah pergi dari dunia ini dan tidak akan mungkin pernah kembali.

Kami pindah ke apartemen ini sekitar 4 tahun yang lalu, karena bisnis keluarga kami di akuisisi dan kami harus bisa bertahan dengan uang tabungan dan warisan orangtua kami yang masih tersisa. Kami mengambil keputusan untuk menjual rumah utama dan beberapa aset villa keluarga dan hanya menyisakan apartemen ini. Itu semua cukup agar kami bisa bertahan hidup dengan layak setidaknya sampai kami berdua lulus kuliah. Berat rasanya hati ini ketika memutuskan untuk menjual rumah utama kami. Di mana kita menghabiskan banyak waktu dan kenangan bersama, namun apalah daya ini. Aku hanya bisa bersyukur, setidaknya di apartemen ini juga terdapat beberapa memori yang pernah kita habiskan bersama dengan keluarga walaupun hanya sedikit.

Lamunan ku terpecahkan oleh seretan langkah kaki Ten yang bergerak dengan sangat lambat.

Ten: Apakah kamu menghabiskan semua telurnya?
Dia berkata sambil mengusap-usap matanya.

Y/N: Just in time, hampir saja aku habiskan semuanya.
Ucap ku sambil nyengir.

Y/N: Aku berangkat dulu, kelas ku akan dimulai 30 menit lagi.
Aku berjalan menuju wastafel dan menaruh piring kotor di sana.

Ten: Yeah! Cuci dulu piringnya.
Dia berteriak; nampaknya dia sudah sadar dari kantuknya.

Y/N: Itu kan tugas mu. Aku sudah masak. Bye oppa.. Jangan sampai telat ke kampus!
Aku mengambil tas dari atas meja dan mengacak-acak rambutnya sebelum pergi ke kampus.



*That's a glimpse of Y/N and Ten's family background story, just so you all know that they live by themselves. Itu juga menjelaskan kenapa Y/N sangat ambisius dalam karir dan studinya, karena dia harus mengandalkan diri sendiri untuk bertahan hidup sebagai orang dewasa nantinya. Hope you all enjoy the first chapter 😉
There's more to go!!

Beggin' || Lucas NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang