"Minta jemput laki lo aja" saran Jaemin

"Lah? Gue kan bawa mobil sendiri. Maksud gue tuh habis ini gue jalan sendirian dong? Kan biasanya habis pre-school kita nongkrong bareng"

"Iya nih, gapapa kan?"

Renjun mengangguk. "Iya, santai aja. Ke dokter kan lebih penting. Eh apa gue sekalian aja ya?" Renjun berfikir sejenak, "tapi kalau gue ke dokter gak ngajak Guanlin, bisa ngamuk tuh bapak bapak"

"Udah, lo mending jalan jalan aja. Itung itung quality time sama anak lo" ucap Haechan

"Ye! Itu mah tiap hari"

Setelah jadwal pre-school selesai, Renjun, Jaemin dan Haechan serta anak anak mereka pun memilih berpisah. Lebih tepatnya Renjun yang memilih pergi lebih dulu ke restoran sebelah karena Ayden yang sudah merengek minta makan.

Setelah Renjun dan Ayden mengisi perut, Renjun memilih untuk berjalan ke toko perlengkapan bayi sebentar, hanya untuk melihat lihat. Iya hanya untuk melihat lihat saja kok, tapi pulang dengan membawa beberapa kantong berisi keperluan bayi.

Renjun tau mengenai pantangan dilarang membeli keperluan bayi sebelum tujuh bulan, namun melihat pernak Pernik di toko tadi, membuat Renjun gelap mata.

Dua kantong belanja yang ia dapatkan dari toko keperluan bayi itu langsung ia masukan lemari ketika sampai di rumah. Renjun akan diam diam saja, tidak memberitahu Guanlin. Usia kehamilannya kini menginjak usia empat bulan, masih ada lima bulan lagi sebelum adiknya Ayden ini lahir.

"Pintu depan udah lu kunci?" tanya Renjun ketika Guanlin memasuki kamar

"Udah"

"Pintu belakang?"

"Udah"

Guanlin merebahkan dirinya di samping Renjun. "Pagar udah?" tanya Renjun sekali lagi

"Udah semua, yang. Lampu juga udah gue matiin"

Renjun mengangguk, ia kembali memfokuskan dirinya dengan film yang sedang ia tonton.

"Lo hari ini kemana aja?" tanya Guanlin

"Ya kayak biasa, nganter kakak preschool, terus makan siang, terus pulang"

"Habis belanja keperluan dedek?"

Renjun menoleh, "Hm?"

"Lo abis belanja keperluan dedek?"

Renjun tersenyum, "hehehe"

"Lo marah?" tanya Renjun ketika Guanlin hanya mengangguk

"Enggak. Kenapa harus marah?"

"Ya barangkali lo marah"

Guanlin diam sejenak. "Iya gue marah. Marah banget"

Renjun terdiam. "Kok marah?"

"Karena lo gak bilang bilang ke gue kalau mau belanja"

"Maaf, gue kirain boleh"

"Gue maafin lo, tapi ada syaratnya"

Renjun mencebik, "Aneh aneh nih pasti"

Guanlin terlihat berfikir sejenak. "Sini yang deketan" ucapnya sembari menepuk space kosong disampingnya

"Gak mau ah, lo suka aneh aneh soalnya"

Guanlin terkekeh, ia langsung mendekat dan mendekap tubuh mungil Renjun. "Orang gue Cuma mau peluk aja"

Renjun mendengus, menyunggingkan senyumnya kemudian mengusap kepala Guanlin. Guanlin menyamankan dekapannya sembari mengelus perut Renjun yang sudah mulai terlihat membesar.

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now