Belphegor

586 71 7
                                    

Lisa duduk di kursi kebesarannya dengan anggun. Jackson berada di sisi kanan nya, sementara Seulgi berada di sisi kirinya. Di ruangan besar itu hanya ada mereka bertiga.

"Aku tidak ingin membuang waktu. Kau pasti mengetahui apa tujuanku kemari. Iblis dan mereka penguasa dunia bawah berbeda, kau baru saja melanggar batas wilayahmu saat menyelamatkan gadis manusia itu dari jalan yang Azrael buat. Kau memang seorang ratu disini, tapi kami masih memiliki kuasa atas dirimu terlebih kau adalah suadari tiri Lucifer pangeran agung kami. Untuk itu kami hanya menjatuhkan masa percobaan selama 50 tahun ke depan terhadapmu." Jackson bicara tanpa basa-basi.

Dari ketujuh pangeran neraka Jackson di kenal paling bijaksana di antara yang lainnya. Namun dia juga terkenal pangeran yang paling malas mengurus wilayah kekauasaannya.

Seulgi melirik Lisa dengan ekor matanya. Suhu ruangan mendadak turun drastis hingga nafas mengeluarkan uap. Sekejap mata Jackson telah mencengkeram leher Seulgi, pria itu mengangkat tubuh Seulgi hanya dengan satu tangan. Suhu ruangan terus turun hingga bunga es tercipta di segala penjuru ruangan, Seulgi sama sekali tidak bicara saat tangan Jackson yang mencengkeramnya perlahan membeku.

Lisa menyilangkan kakinya dengan santai. Detik berikutnya Seulgi sudah berdiri di sisi Lisa meninggalkan Jackson yang menatap sebelah tangan bekunya dengan takjub.

"Kau Veela?" Jackson berbicara setelah berhasil mengembalikan kondisi tangannya.

Seulgi membungkukkan tubuhnya kemudian menatap Jackson tanpa gentar.

"Bukan, yang di hadapan anda adalah putri Veela yang tidak diinginkan karena merupakan hasil hubungan terlarangnya dengan seorang nimfa." Jawab Seulgi dingin.

Lisa menangkap ketakjuban di mata Jackson, seringai sinisnya muncul melihat kilat takjub itu.

"Aku akan menerima hukumanku, tapi jika salah satu dari penguasa dunia bawah kembali berulah dengan mengganggu bangsaku aku tidak akan segan membuat perhitungan dengan mereka." Lisa mengulurkan sebelah tangannya pada Seulgi. Hanya sekejap suhu kembali normal.


***

Jennie mengamati Rosè dari atas ke bawah tanpa henti. Hanbin sudah berkali-kali menyenggol lengan adiknya itu tapi tampaknya sang adik memiliki pikiran lain.

"Bisakah kau hentikan adikmu? lihat gadis itu sudah hampir pingsan karena terus di pelototi." Bobby berkata jengah.

Jennie menoleh cepat karena ucapan Bobby, sebelah tangannya mengarah pada sebuah tiang lampu yang berada di seberang ruangan. Hanbin menepuk lengan Jennie ringan dan memberikan isyarat untuk menghentikan apapun niatnya. Jennie menurunkan tangannya saat melihat Rosè tampak ketakutan.

Melihat gadis di hadapannya hampir menangis Jennie memeluknya dengan segera hanya atas dorongan yang dia rasakan. Rosè sempat kaget tapi merasakan usapan di punggung membuatnya lebih nyaman, tadinya dia berpikir telah di culik oleh komplotan gengster atau apapun itu.

Ruangan seketika senyap saat Lisa masuk dengan menggandeng tangan Seulgi. Bobby berdiri dari tempat duduknya dan mengerutkan kening mendapati gadis es disana lebih diam dari yang seharusnya.

"Apa belpegh- maksudku Jackson mengatakan sesuatu yang salah?" Bobby meralat panggilannya saat tak sengaja melirik Rosè yang menatap mereka.

"Tidak, kita bicarakan nanti saja." Lisa menjawab singkat.

Dia memiringkan kepalanya saat mendapati Rosè duduk di samping Jennie. Hanya sesaat sebelum dia pergi bersama Seulgi.

***

Lisa POV

Hal yang paling aku benci adalah ketika Seulgi harus membuka asal-usulnya. Veela adalah ibunya, kaum iblis yang justru jatuh hati pada seorang nimfa es. Seulgi tidak di terima hampir di kedua pihak. Hubungan terlarang orang tuanya membuat Seulgi harus mendapat kecaman dari banyak pihak, kecuali dari bangsaku. Tidak ada yang menyadari potensi diri Seulgi yang begitu besar, dia sanggup mengendalikan badai yang mana itu merupakan bakat murni yang di turunkan dari ibunya. Namun disisi lain Seulgi sanggup mengendalikan suhu dan cuaca bakat dari ayahnya.

Seulgi akan membuat semua makhluk membeku jika semakin kuat dia memblokir siapapun untuk membaca dirinya. Itu tidak berlaku padaku, makanya aku bisa dengan mudah membaca apa yang dia pikirkan pun apa yang dia rasakan.

Aku menatap Seulgi yang berbaring di tempat tidur. Wajah tenangnya memberitahuku bahwa semua kalimatku tadi dia terima dengan mudah. Dengan sekejap mata aku kembali ke ruang tengah.

Aku berjalan ke arah Jennie dan Rosè si gadis manusia itu. Keduanya sedang menonton sebuah serial tv di netflix sambil memakan ramyeon instan. Dari apa yang ku dengan Bobby dan Hanbin sedang berlatih di bawah tanah.

Aku duduk di ujung sofa tempat kedua gadis berbeda dunia itu menikmati  waktu mereka. Seketika suara pikiran mengusikku, sesuatu tentang apartemen dan telpon.

Lisa POV end.


****

Rosè POV

Jennie adalah orang yang baik. Mungkin aku terlalu banyak menonton film tentang iblis pemakan manusia hingga aku hampir saja menyangka keluarga ini adalah keluarga iblis yang sedang mencari mangsa. Saat menonton aku teringat tentang manager unnie dan telpon terakhirnya untukku, aku bahkan sama sekali tidak memiliki ide dimana letak ponselku saat ini. Aku harus menelpon manager unnie dan mengabari keberadaanku sekarang, tapi bagaimana caranya.

"Ayo ku antarkan kau pulang, aku yakin ada orang yang khawatir jika kau tak juga kembali." Suara serak itu membuatku tersentak kaget.

Aku sama sekali tidak mendengar langkah kaki. Sejujurnya aku hampir sama sekali tidak mendengar langkah kaki mereka yang tinggal disini, entah aku yang memang tidak mendengarnya atau aku yang berhalusinasi jika mereka tidak memiliki suara langkah kaki.

"Hei, Rosie. Lihat? melamun lagi." Jennie menggoyangkan lenganku.

Aku tersadar dan segera tersenyum.

"Maaf unnie, tapi aku mendengarmu tentang ramyeon enak ini." Aku tertawa melihat wajah cemberut yang di buat-buat oleh gadis di hadapanku.

Hari ini tidak akan aku lupakan seumur hidupku.

Rosè POV end









___________________*>

hei tayo hei tayo

Sweet Lust (i love her)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang