Chapter 45- Hukum I Kirchhoff?

Mulai dari awal
                                    

Dari yang Sagi pelajari. Zombie-zombie ini hanya akan bereaksi pada suara-suara dan bau amis darah. Selama mereka bisa menghindari hal ini. Itu artinya mereka aman.

Namun, dia tetap mewaspadai keberadaan Haggins yang bisa mengacaukan apa pun.

"Lihat, ada becak motor!" Haggins menunjuk ke arah sebuah tiang listrik.

Alis Sagi bertaut bingung. Itu adalah becak yang biasanya menggunakan sepeda. Namun telah dimodifikasi menjadi motor.

Sagi sendiri tidak biasa melihat kendaraan seperti itu. Izar pun berlari mendekati dan memeriksanya.

"Bigbos, sepertinya ini bisa digunakan." Izar menarik kendaraan itu keluar di antara balok-balok kayu yang menimpa atapnya.

"Gue tidak mau mengendarai kendaraan itu," tukas Sagi yang merasa tidak cocok mengendarainya.

"Bigbos dan Haggins bisa duduk di dalamnya. Biar gue yang mengendarai benda ini. Asal Bigbos mengisinya dengan kekuatan listrik Bigbos."

"Hah? Memangnya bisa?" sela Haggins.  "Ini becak pakai motor. Artinya harus diisi bahan bakar bensin. Ini bukan motor listrik. Gila nih, Baginda Kaisar Sihir dan Izar."

"Ck. Lo enggak tahu hukum Hukum I Kirchhoff?" tanya Sagi. Dialirkan listrik dari telapak tangannya sebagai daya penggerak. Sembari tetap menjawab argumen Haggins.

"Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita sendiri harus memasang lampu-lampu secara seri, tetapi dalam keadaan yang lain kita harus memasang lampu secara paralel. Kuat arus listrik dalam suatu rangkaian tak bercabang, besarnya
selalu sama. Lampu-lampu di rumah, pada umumnya terpasang secara paralel. Pada kenyataannya rangkaian listrik biasanya terdiri banyak hubungan sehingga akan terdapat
banyak cabang maupun titik simpul. Titik simpul adalah titik pertemuan dua cabang atau lebih. Penyelesaian dalam masalah rangkaian listrik yang terdapat banyak cabang atau
simpul itu digunakan Hukum I dan II Kirchhoff."

Haggins rasa, ini bukan saat yang tepat mendengar Sagi ceramah. Dia tidak mengerti dan tidak mau tahu.
Sementara itu di kejauhan, seorang zombie sedang berjalan terseok-seok mendekati mereka dengan penuh minat.

Deru mesin motor berbunyi nyaring. Cahaya lampunya bersinar terang memecah kegelapan malam. Izar terlambat menyadari, suara bising tersebut memancing puluhan zombie untuk mendekat.

"GASSS!!!" Haggins melompat duduk di dalam becak. "Tancap gas, Izar! Buruann!! Gue gak mau mati jadi zombie!!"

Sagi pun menghempaskan tangannya ke arah sisi bagian kanan. Percikan listrik dan petir menyambar zombie-zombie terdekat. Setelahnya, ia pun segera duduk di dalam becak.

Izar pun memainkan gas dengan bunyi mesin yang meraung-raung. Mengendarai sesuatu yang tidak pernah dicoba membuat Izar cukup kesulitan. Puluhan zombie mulai berkumpul.

Setir pun diputar ke kanan. Sagi sendiri masih sempat memanggil petir menyambar zombie yang terdeteksi mendekat. Haggins berkomat-kamit merapalkan sesuatu yang mirip mantra.

Sementara itu, lautan zombie kian banyak. Mereka bergerak bagai kumpulan serangga dalam satu koloni. Izar tetap menancapkan gas. Pikirannya cuma satu, yaitu sebisa mungkin menabrak apa pun yang menghalangi.

Menyadari bahwa eksistensi dengan duduk manis dalam becak tidak akan menguntungkan. Sagi berusaha berdiri dan memutar badan naik ke atas atap becak.

"Bigbos!" seru Izar yang arah pandangannya tertutup.

"Terus jalan ke depan," titah Sagi, "kita akan mati konyol."

Tangan-tangan kotor dan kuku jari tangan yang penuh sisa-sisa daging manusia bercampur tanah, mulai menggapai-gapai  tiga pria ini. Haggins terus saja berteriak, memaki dan memarahi Izar agar bertindak sesuatu.

Petir terus menyambar tanpa henti. Namun, semakin Sagi membunuh mereka. Zombie-zombie ini semakin beringas dan terus bertambah.

"Sial!" Sagi mulai berdiri secara tegap di atas atas becak. Izar punya firasat buruk tentang ini.

Di telapak tangan kiri Sagi, mengalir sebuah api berwarna merah yang menari-nari. Dia lalu melemparkan api itu bagai sedang menyiram tanaman. Petir, listrik dan api menjadi satu.

Malam itu penuh cahaya berwarna-warni yang sangat-sangat menarik atensi siapa pun dari kejauhan.

Haruto yang melihat titik cahaya tersebut dari perkampuan A1. Mulai memerintahkan seluruh pasukannya untuk pergi memeriksa.

"Cepat! Cepat! Petir dan cahaya itu mencurigakan!" 

Haruto mengambil beberapa senjata laras panjang dan segera melompat je dalam mobil jeep.

Dia akan bergerak mencari tahu dan membalaskan dendamnya pada Libra dan Fisika atas insiden tempo hari. Tujuan Haruto hanya satu, dia akan merebut Fisika dari Libra bagaimana pun caranya.

___///_/___
Tbc


Kuanta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang