dua puluh dua.

Mulai dari awal
                                    

"Makan dulu"

Renjun menggeleng, kemudian kembali memunggungi Guanlin membuat Guanlin menghela nafas pelan.

"Renjun, makan"

"Gak mau!"

"Makan, Ren"

"Gak"

"Lo jangan egois gini kenapa sih. Pikirin dedek juga"

Renjun sontak berbalik, tidak terima mendengar ucapan Guanlin barsan. "Lo ngatain gue egois? Lalu gimana sama lo yang ngabain gue hari ini?!"

Guanlin mengusap kasar wajahnya dan kembali menatap Renjun. "Makan"

"Gak!"

"Huang Renjun, makan"

"Jangan ngatur gue!"

Guanlin memejam, mencoba mengatur nafasnya. "Renjun, makan. Jangan sampai gue maksa lo"

"Gue gak mau makan!"

Guanlin menarik mangkok bubur, ia menyendokan satu sendok bubur dan mengarahkannya ke depan mulut Renjun. "Duduk, ayo makan"

Renjun menggeleng membuat Guanlin menghela nafas frustasi. "Mau kamu apa sih? Di suruh makan susah banget! Kamu jadi orang jangan egois. Liat, kamu sakit kan sekarang. Di tubuh kamu itu juga ada anak kita, dia butuh nutrisi biar bisa berkembang. Kamu mau dia kenapa kenapa?"

"Kok lo nyalahin gue?!"

"Aku gak ada nyalahin kamu sama sekali. Cuma bisa kan, kali ini aja nurut sama aku? Gak susah loh buat kamu nurut sama suami kamu. Aku Cuma nyuruh kamu makan, engga nyuruh kamu aneh aneh"

Renjun menghela nafas kasar, ia mendudukan dirinya, menyibakan selimutnya dan langsung berdiri meninggalkan Guanlin. Di ambang pintu, kepala Renjun tiba tiba semakin pening, nafasnya memburu, pandangannya meremang, dan..

Brakkk

"Renjun!" Guanlin buru buru menuju ke arah pintu kamar ketika melihat suaminya itu ambruk

"Yang, bangunn"

Guanlin mencoba membangunkan Renjun, namun tidak berhasil. Tanpa pikir panjang, Guanlin akhirnya membopong Renjun kembali ke ranjang. Setelahnya Guanlin menelfon salah satu tetangganya yang berprofesi sebagai dokter.

Tidak lama, dokter yang sekaligus tetangga satu kompleknya itu pun datang.

"Maaf ya bang, gue jadi repotin lo harus kesini malam malam"

"Gapapa kali, lin. namanya juga dokter, harus bisa siap 24 jam nolongin orang"

Dokter pun langsung memeriksa keadaan Renjun, kurang lebih sekitar lima menit, sang dokter telah selesai memeriksa keadaan Renjun.

"Gimana bang? Renjun baik baik aja kan?" tanya Guanlin yang di angguki bang Aga.

"Tenang, dia kayaknya kecapekan sama sedikit stress. Lo kan tau kalau orang hamil harus menghindari dua hal itu"

Guanlin menghela nafas pelan dan mengangguk. "Gue gak bakal ngasih obat, orang hamil sebisa mungkin harus menghindari obat obatan. Dari dokter kandungannya dikasih vitamin tambahan kan?"

"Di kasih bang"

"Nah, itu aja di rutinin. Makanan juga yang sehat sehat, jangan kecapekan. Terus sebisa mungkin jangan bikin Renjun stress"

Guanlin kembali mengangguk. "Tapi beneran Renjun gapapa kan bang? Untuk demamnya?"

"Di kompres aja, terus nanti kalau udah bangun kasih teh hangat. Kalau sampai besok gak mendingan, bawa aja ke rumah sakit ya"

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang