3. Eunha-Sowon

521 18 1
                                    


Eunha baru mengatahui jika tangan kanan Ayahanya merupakan Ayah dari Kim Sowon, Adik kelasnya disekolah yang memang srringkali bergaul bersama Yerin dan Yuju.

Namun saat mengrtahui bahwa Ayah Sowon memiliki hutang yang banyak, Eunha terfikirkan cara untuk memanfaatkan situasi saat ini. Ia bahkan dengan terang"an mengatakan ingin membawa Sowon keapartement pribadinya dan tinggal bersamanya disana.

Kini tinggal tugasnya untuk menjemput Sowon untuk diantar kepadanya. Sedangkan Orangtua Sowon juga tidak bisa mengelak, ini demi pekerjaan dan kelangsungan hidup mereka. Lagipula hidup Sowon juga akan lebih terjamin disana, dan Eunha juga seorang perempuan. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan oleh mereka.

"Eomma, apa aku harus benar-benar pergi?" tanya Sowon dengan nada sedih, bahkan koper yang berisi kebutuhan sekolah sudah disiapkan sejak malam.

"Nak, ini demi kebaikam keluarga ini. Kau tahu kita hampir tak bisa melunasi hutang dan kehilangan rumah ini. Kehidupanmu disana akan lebih baik nantinya. Kau tak akan kekurangan apapun. Eomma bahkan sudah mengajarimu banyak hal untuk hidup mandiri. Eomma dan Appa benar-benar telah memikirkan hal ini secara matang. Kami sudah yakin bahwa kamu nantinya akan lebih bahagia daripada disini."

Tiba-tiba keduanya terkejut saat mendengar ketokan pintu yang cukup tegas dari luar sana.

Sowon bahkan tak bisa mengedipkan matanya saat mengetahui bahwa Sunbae yang selama ini ia idolakan akan datang kerumahnya. Tapi ada keperluan apakah?

"Anyeonghaseyo Ahjumaa, Sowon apa kau sudah siap?"

"I-ini Eunha Aggashi?" tanya Ibu Sowon terkejut.

"Ahjumma, sudah lama kita tidak bertemu!" Eunha ingat sekali, dulu saat kecil ia sering diurus oleh Ibunya Sowon, sedangkan Sowon sendiri masih tinggal didesa bersama dengan Kakek dan Neneknya.


Setelah beberapa sapaan dan  dan nasehat baik dari Ibunya Sowon yang bahkan sudah percaya sepenuhnya pada Eunha, mereka akhinya berpamitan dengan senyuman.

Sowon bahkan tak pernah mrnyangka banhwa dirinya akan menjadi seberuntung ini, ia sendiri juga setuju akan apa yang ibunya bicarakan sebelumnya. Ia sudah cukup dewasa sekarang, walau memang dirinya masih sangat polos didepan kedua orangtuanya, karena ia jarang bergaul dengan kebanyakan anak diluar sana, pergaulannya juga dibatasi, oleh karena itu hanya Yerin dan Yuju yang menjadi temannya disekolah.

Tapi untuk mencapai sejajaran Eunha, Sinb dan Umji. Adalah hal yang mustahil, namun diimpikan oleh banyak siswa disekolahnya. Ia paham benar bagaimana popularitas mereka bertiga.

JuJur Sowon sangat gugup, apalagi ia duduk dimobil bersebelahan dengan Eunha.

Ketika mereka sampai diApartemen, hanya tinggal dirinya dan Eunha. Benar, Sowon akan tinggal bersama Eunha mulai hari ini. Ah, sepertinya Sowon akan terkena serangan jantung setiap saat, ia bahkan berfikir dirinya normal atau tidak karena benar-benar hanya mengidolakan Eunha seorang.

"Sowon, ini kamarmu. Dan disebelah ini kamarku, kau bisa menata barang-barangmu terlebih dulu. Jika perlu sesuatu panggil saja aku."

"B-baik Sunbae, t-terimakasih."

"Eum, khusus disini panggil saja namaku. Jaika diluar, kau bisa memanggil dengan sebutan Sunbae. Paham kan?"

"Nee,"

"Aku kekamar dulu,"

Sowon membungkukkan badannya Sopan, seperti yang diajarkan orangtuanya dan ia benar-benar mendengarkan arahan mereka dengan baik.

Disisi lain, Eunha terus saja tersenyum. Tidak sulit juga mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, padahal baru kemarin Sore idenya muncul. Ia benar-benar butuh seseorang untuk menjadi pelampiasan nafsunya. Dan Sowon yang polos adalah orang yang tepat, ia sangat yakin karena Yerin dan Yuju juga seperti itu. Ia mendengar cerita dari Sinb dan Umji.

Bahkan Eunha sudah tak memikirkan apapun. Ia selalu mengenakan celana pendek dan kaos tanpa bra dirumahnya, tak peduli jika Sowon akan menganggapnya aneh, ia sendiri akan mengajari keanehan yang sesungguhnya dan tentunya memanfaatkan sifat polos yang dimiliki Sowon, sama seperti yang trlah Sinb Umji lakukan sebelumnya. Bisa-bisanya mereka mengejek dirinya kemarin!

Hari sudah malam, Sowon bingung harus melakukan apa. Semuanya sudah ia tata dengan baik. Ia ingin mekanggil Eunha tapi, ia takut melanggar privasi Kakak kelasnya itu. Bahkan bisa dikatakan bahwa Eunha adalah Bos, sedangkan ia hanyalah pelayan. Benar bahwa kedudukan mereka tidaklah sama, Sowon juga tidak bisa menolak apapun keinginan Eunha, ia harus bisa menjadi teman yang baik bagi Eunha sendiri.

Sowon tiba-tiba terkejut saat mendapati Eunha mengetok pintu kamarnya. Hingga akhirnya ia kemudian beranjak dan mempersilahkan Eunha masuk.

"Sunbae?"

"Apa kamar ini terasa nyaman? katakan saja jika ada sesuatu yang ingin kau sampaikan."

"Ah, tidak. Semua baik-baik saja."

"Ah syukurlah, Sowon aku ingin mengajakmu berbicara serius, bisakah kita berbicara disini saja?"

"Aa, tentu S-sunb-"

"Panggil Eunha saja, coba panggil namaku saja. EUNHA"

"E-emm....Eunha? maaf Sunbae, seharusnya aku bersikap sopan."

"Aniya, disini saja kau bisa memanggil namaku dengan leluasa. Em bisa tolong tutup Tirainya?"

"Aa? Yeee, sebentar." Sowon bergerak dengan cepat menutup tirai di kamarnya.

"Eumm, Sowon-ah. Aku bingung harus mulai dari mana. Mungkin ini akan memalukan, namun aku juga ingin meminta Solusi darimu."

"Katakan saja...Eunha,"

"Emm ini tentang pubertas wanita, sepertinya kamu juga merasakannya. Aku tidak memakai dalaman ketika dirumah, asal kau tahu. Panyudaraku juga seringkali gatal, begitu juga dengan kewanitaanku. Ibuku bilang ini hal yang wajar, karena proses pertumbuhan."

"Emm, aku juga merasakannya. Tapi aku masih tetap memakai dalaman. Kupikir memang sudah seharusnya untuk selalu mengenakannya." balas Sowon menyetujui ucapan Eunha.

"Tapi itu akan semakin gatal jika tidak dilepas, mungkin bisa kau lepas saat malam saja untuk meringankannya. Tapi aku melepas setelah Sekolah selesai dan saat tiba disini. Karena memang tidak ada siapapun."

"Aa, aku baru mendengarnya. Tapi ada cara lain kah yg bisa mengatasi ini?" tanya Sowon.

"Tentu ada, tapi kita tidak bisa melakukannya sendiri. Apa kau memiliki ruam didadamu?"

"Untungnya tidak, tapi aku selalu tidak nyaman."

"Baiklah, karena hanya kita berdua. Kau bisa melepas kaosmu, aku yakin kita bisa saling membantu. Tak apa, kau tak perlu malu, aku juga terbuka disini padamu." sembari mengucapkan hal itu, Eunha tak berhenti memandangi panyudara Sowon yang kelihatan besar didepan matanya. Mungkin ini keberuntungn baginya?





next?

Who Are You? [VIVIZ GFRIEND NC]Where stories live. Discover now