"Aku…" Taeyong sudah mati, dia tidak perlu bernapas, tetapi entah kenapa kali ini dia menarik napas panjang. "Aku hanya ingin berterima kasih. Terima kasih telah mencintaiku."
Jaehyun tertegun. Dia menatap manik merah Taeyong sebelum memalingkan muka dan membalikkan badan.
"Jaehyun," Taeyong terkesiap. Sama sekali tidak menyangka dengan sikap Jaehyun yang diberikan kepada dirinya.
Taeyong bisa melihat punggung bidang Jaehyun yang terangkat, sebelum turun lagi. Tanpa menoleh, Jaehyun pada akhirnya berbicara.
"Harusnya aku yang meminta maaf kepadamu." Jaehyun berujar. "Aku tahu jika keluargamu hanya difitnah, dan dalang sebenarnya adalah keluarga Kim yang menginginkan posisi senior keluarga kerajaan. Aku tahu, tetapi aku dulu hanya diam."
Jaehyun tidak berbohong, dia sebenarnya sudah tahu semuanya. Kunjungannya ke kuil setiap sehabis perang tanpa sengaja membuatnya mendengar percakapan konspirasi di antara seluruh keluarga bangsawan yang ingin menumbangkan keluarga Taeyong. Sangat licik, namun juga cerdik. Tidak akan ada orang yang curiga dengan orang yang ke kuil. Semua orang pasti berpikir jika mereka akan berdoa, dan mereka memanfaatkan kenaifan orang-orang tersebut untuk menyusun strategi keji mereka.
"Ketika aku baru memiliki keberanian untuk mengungkap yang sebenarnya…semuanya…sudah terlambat. Aku yang meminum racun untukmu adalah murni karena rasa bersalahku, tetapi aku masih terlalu pengecut untuk mengungkapkan semua itu kepadamu. Aku bahkan tidak berani mencari kabarmu selama seratus tahun."
Jaehyun membalikkan badan dan memberikan senyuman sendu kepada Taeyong. "Jika saja…seandainya saja aku lebih berani dan mencari kabarmu setelah pengangkatanku, kau tidak perlu menderita selama ini, bukan?" Ia tersenyum pahit.
Taeyong tertegun.
Jaehyun kembali menghela napas, kemudian menundukkan kepala sembari berjalan menjauh, lantas mengambil mawar kering dengan titik hitam yang ada di sana. "Ini…mawar yang itu, bukan?"
Taeyong yang mendekat dan kini berdiri di samping Jaehyun mengangguk.
"Kita berdua saling bersalah." Ungkap Jaehyun. "Tetapi salahku tetap lebih banyak." Ia berujar. "Aku adalah alasan penderitaanmu. Aku yang membuatmu mati dengan menyimpan rasa sakit dan tanpa rasa tenang."
Taeyong tergelak. "Lupakan saja," ia mengungkap. "Lagipula, selama seratus tahun kau sudah menebusnya dengan membantu para petani, bukan? Sedangkan aku? Malah membuat kekacauan di dunia hanya untuk menarik perhatianmu."
Jaehyun jadi ikut tergelak. "Kau masih tidak berubah. Masih sangat keras kepala jika menginginkan sesuatu sampai kau mendapatkannya." Lantas menggeleng. "Tetapi bukannya kau sudah menebusnya juga? Kulihat, sepertinya kau merawat makhluk-makhluk di sini dengan baik? Apa kau rajanya? Mereka bahkan memanggilmu dengan sebutan 'Yang Mulia'."
Taeyong menggeleng. "Aku tidak tahu, mungkin karena aku yang paling banyak membuat keonaran sehingga mereka memanggilku begitu. Apapun alasannya, itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan."
Keduanya kembali terbahak, sebelum keningan menyapa keduanya.
"Taeyong."
"Hm?"
"Jika aku mengatakan, aku mau bersamamu lagi, bagaimana? Kita bisa pergi ke puncak gunung di mana hanya ada kau dan aku. Kita tidak perlu lagi peduli dengan hal lain. Lagipula, setelah seratus tahun berpisah satu sama lain…bukankah kita berdua menyadari jika yang kita butuhkan hanyalah keberadaan kau dan aku? Aku mungkin tidak pernah mengatakannya dengan keras, tetapi selama seratus tahun aku membangun dinding dan menulikan telinga, aku…aku kesepian tanpamu."
YOU ARE READING
Devovere || JaeYong
FanfictionSudah seratus tahun semenjak Jaehyun diangkat menjadi dewa, tetapi dia sama sekali tidak pernah berhubungan dengan dunia hantu hingga suatu hari Kaisar Surga memintanya untuk menghadapi seorang iblis yang diberi julukan Iblis Mawar Hitam. TGCF x Jae...
devovere.
Start from the beginning
