Lagi-lagi, Jaehyun tertegun.

Kenapa…

Jaehyun memiliki beberapa pemikiran tentang ini semua, tetapi dia memilih untuk mengindahkannya. Lagi pula, itu semua tidak mungkin. 

"Kau datang,"

Tubuh Jaehyun membeku, ia menolehkan wajah dan di sana, dia melihat dengan jelas tubuh yang terbungkus jubah hitam dengan pernik mawar di kanan kirinya. Rautnya pucat, namun tetap memesona. Rambutnya terhelai panjang dan bergerak perlahan karena semilir angin yang masuk seiring dengan kedatangannya. Senyumnya begitu indah, manikya merahnya memandang Jaehyun dengan begitu sendu. Menghantarkan sebuah kerinduan yang sudah lama terpendam hingga tanpa mampu lagi dia tahan.

Jaehyun masih membeku ketika Mawar Hitam mendekat untuk memeluknya. Ia merasakan bahunya basah. Apakah Mawar Hitam menangis? Tidak, pertanyaan dasarnya adalah apakah iblis masih memiliki kemampuan untuk menangis? Tetapi itu tidak penting untuk saat ini. Apa yang terpenting adalah, pelukan Mawar Hitam membuatnya mengingat kisah seratus tahun lalu.

"Taeyong…"

***

Seratus tahun lalu.

"Taeyong, berhenti bermalas-malasan. Aku tahu kau memang anak bangsawan dan kau tidak ada urusannya dengan perang. Tetapi bisakah setidaknya kau memberikan sedikit simpati?"

Taeyong mendengus. Dia yang awalnya merebahkan diri kini menjadi duduk dan menepuk ranjangnya, mengisyaratkan Jaehyun untuk di samping. 

Jaehyun bergeming, tangannya melingkar di depan dada dengan kepala yang menggeleng. Taeyong jadi mengerucutkan bibir.

"Apa kau takut jika aku memintamu duduk di sampingku, selanjutnya aku akan memintamu untuk menyetubuhiku lagi?"

"Lee Taeyong!!!"

Taeyong terbahak keras hingga tubuhnya kembali terlentang di ranjang. Air matanya keluar, rupanya sangat puas menggoda Jaehyun yang telinganya kini memerah.

Keduanya saling mengenal sedari kecil. Taeyong adalah anak salah satu bangsawan anggota kerajaan, dan Jaehyun adalah anak seorang jenderal militer. Secara alami, mereka tahu akan satu sama lain. Namun, keakraban mereka baru terjalin ketika mereka menimba ilmu di tempat yang sama. Berawal dari Jaehyun yang dianggap tidak pantas untuk menimba ilmu oleh anak-anak anggota kerajaan yang lain dan mengalami perundungan, Taeyong memasang badan untuk melindunginya.

Pada saat itu, Taeyong masih lebih tinggi dari pada Jaehyun.

Karena Taeyong adalah anggota kerajaan senior, secara alami tidak ada yang berani untuk melawannya. Dan semenjak saat itu, perundungan yang dialami Jaehyun sudah tidak ada lagi. Keduanya, sekalipun dengan sifat yang sama sekali berbeda, rupanya bisa sangat akrab dan mengisi satu sama lain. Jaehyun secara alami adalah orang yang lembut dan santun, sedangkan Taeyong, karena sudah biasa dibesarkan dengan segala hal yang tidak pernah tidak dia dapat, adalah seseorang yang keras kepala dengan watak yang arogan.

Keduanya semakin dekat ketika mereka berdua rupanya memiliki kemampuan bela diri yang setara. Namun, sudah pasti Taeyong tidak perlu menggunakannya untuk ikut perang. Berbeda dengan Jaehyun, semenjak dia lahir ke dunia, garis hidupnya sudah dituliskan untuk menghunus pedang menentang lawan.

Rupanya, tidak hanya mahir dalam berperang, karena sudah disekolahkan di sekolah yang sama dengan anggota kerajaan, maka otomatis Jaehyun juga mendapatkan pelajaran tentang strategi. Tentu saja hal tersebut juga membuatnya cerdik untuk mengatur siasat perang. Tidak heran kemudian, jika di usia muda, dia sudah ditunjuk untuk menjadi jenderal.

Devovere || JaeYongWo Geschichten leben. Entdecke jetzt