Chapter 1

37 9 1
                                    

Warning !
Banyak typo bertebaran, nn marga tokoh kerajaan wilayah saya ngarang sendiri jd maaf kalo cocok





Cus Enjoy!

Drrt!

"Apaan Abang? Gue tuh telat pake segala ditelpon lagi, gue lagi lari melewati segala rintangan kehidupan yg harus gue tempuh nih, ganggu aj!"seorang gadis tengah melewati beberapa tembok kecil warga yg menghadang dengan membawa ponselnya yg diselipkan ditelinga.

"Heh lo gausah lompatin tembok warga! Mau dikira maling hah?!"

"Hmm, barusan gue lewatin tuh."seolah tak peduli gadis ini terus saja berlari dengan wajah santainya.

"Ga niat bolos kan lo awas aja kalo bolos!"

Sret!

Gadis itu berhenti dan memperbiasakan langkahnya, kala melihat tempat ia bersekolah nampak sudah terlihat.

"Haaaah?? Emangnya gue mau dicap apa sama dosen kalo hari pertama ngampus udh bolos."

"Yaa syukurlah lo gada niatan bolos, kan di SMA udh jd langganan BK tpi gue juga heran kenapa otak lo itu ga sesuai sama sikap lo."

"Cie yg ngaku kalah pinter sama adeknya ya~"seraya menggoda sang kakak ditelepon, gadis ini berjalan hendak menuju zebra cross untuk menyebrang.

"Iyadeh sipaling pinter, moga aja lo ga buat abang dateng kekampus lo sambil bawa golok."

"Hmm~ itu.. bisa kita bicarakan~, ah bentar bang."ia berhenti tepat pada zebra cross kala melihat seorang nenek tua yg ingin menyebrang, ia pun memasukkan ponselnya dan menghampiri Nenek tersebut.

"Nek, mau nyebrang? Kita barengan aja ya?"seraya tersenyum lembut pada Nenek tua tersebut. gadis itu mulai menuntun perlahan sang Nenek. Hendak menyebrang bersamaan.

"Maaf ya nak, Nenek tua ini jadi nyusahin"Nenek tersebut berjalan tertatih tatih dengan tongkat ditangan kanannya dan tangan kirinya yg menerima uluran gadis itu.

"Tidak apa, saya juga akan menyebrang kok!"gadis tersebut masih saja tersenyum lembut, tanpa tahu bahwa Nenek yang dituntunnya itu menyeringai.

Setelah dirasa sampai ke seberang jalan, gadis itu melepas pegangan tangannya.

"Sudah sampai! Kalau gitu Nenek hati hati ya!"ujarnya.

Ia kembali merogoh tasnya mencari ponselnya, "oh iya bang tadi telfon gue ada apa?", Ia pun kembali pada panggilan kakaknya, tanpa tahu bahwa Nenek yang tadi ia tolong belum juga beranjak.

"Oh itu, abang mau bilangin. Lo gausah jalan kaki nanti pas pulang ngampus, abang bakal jemput sekalian ziarah ke makam ayah sama ibu"

Raut wajah sedihnya mulai terlihat jelas. Hatinya terasa terkoyak kala mengingat fakta bahwa kedua orang tuanya telah meninggalkan mereka, namun ia masih bisa tersenyum walaupun itu senyuman yang menandakan kesedihan.

"Begitu ya? Waktunya jenguk ternyata.."

"Gausah sedih.. kan ada abang yang nemenin."

𝐈 𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐖𝐚𝐧𝐭 𝐓𝐨 𝐋𝐢𝐯𝐞! Where stories live. Discover now