Mingyu tersenyum melihat kegugupan Jaemin. Itu tipeku, pikirnya. Dirinya melangkah masuk ke dalam cafe masih dengan senyuman, membayangkan Jaemin yang salah tingkah tadi. Lucu sekali.

"Hai, Renjun." Sapanya pada Renjun saat melihatnya duduk di kursi favoritnya.

Renjun menoleh, "Oh, hai Mingyu, dari mana?"

"Sedikit urusan, aku orang bebas, ingat" Canda Mingyu membuat Renjun terkekeh.

"Oh kupikir menemui Jungwoo lagi." Goda Renjun.

Mingyu terbahak, "Hei! Jangan menyebut lelaki itu lagi, aku muak. Oh ya ngomong-ngomong, Renjun. Temanmu...boleh aku mendekatinya?"

Renjun mengenyit. Teman? "Siapa? Jaemin?"

Mingyu mengangguk ringan, "Si manis yang baru keluar dari cafe ini tadi."

Renjun tersedak air liurnya sendiri. Takdir macam apa ini? Baru tadi dia membicarakan soal pasangan dengan Jaemin, dan tiba-tiba sudah ada saja lelaki yang mengincar sahabatnya itu. Meskipun Mingyu sedikit urakan dan tidak terlihat serius, tapi entah kenapa dirinya bisa mempercayai sepupu tunangannya ini.

"Aku tidak punya hak. Kalau kau tertarik padanya dekati saja, tapi aku tidak mau mendengar sahabatku menangis karenamu. Kalau dia terluka, aku tidak segan-segan memutuskan Jaehyun saat itu juga."

Mingyu tergelak mendengar ancaman Renjun. Mentang-mentang dia sepupunya Jaehyun jadi ancamannya menggunakan Jaehyun.

"Tenang saja, aku sudah mengikuti pelatihan pada Jaehyun, kau bisa percaya padaku." Ucapnya tegas. Mingyu merasa tidak pernah seyakin ini untuk mendekati seseorang.

***

Saat ini Jaehyun sedang duduk didepan renjun yang sedang mengetik, menggantikan kursi Jaemin tadi. Renjun sedang menatap laptopnya dengan serius. Lelaki itu mengernyit dengan serius ketika mengetikkan kata-kata disana. Membuat Jaehyun yang sedari tadi hanya menatap Renjun sambil menopang tangan di dagu terkekeh geli.

"Apakah kau selalu seperti itu ketika mengetik cerita? Lupa pada semuanya?"

Renjun mengalihkan pandangan dari laptopnya dan menatap Jaehyun dengan pandangan terkejut, "Oh, astaga, Jaehyun maafkan aku, aku lupa, aku mengabaikanmu ya?"

Jaehyun menggelengkan kepalanya, tersenyum lembut, "Tidak apa-apa, aku senang duduk disini dan menatapmu yang sedang serius seperti itu. Kau lucu jika dahimu sedang berkerut."

Renjun cemberut mendengar jawaban Jaehyun, "Memangnya kau tidak punya pekerjaan lain apa?"

"Pekerjaan yang paling nikmat saat ini adalah mengamatimu." Ekspresi lelaki itu berubah merenung, "Aku ingin mengakui sesuatu padamu."

Ada rahasia lagi? Tiba-tiba jantung Renjun berdebar, dia berharap sesuatu yang akan disampaikan Jaehyun kali ini adalah sesuatu yang baik.

"Tentang Lucas." Jaehyun menatapnya dengan menyesal.

Ada apa dengan Lucas? Renjun merenung, nama itu sudah dilupakannya, bahkan tidak pernah terbesit satu kalipun dalam benaknya kali ini. Dia sudah bisa menganggap Lucas sebagai kesalahan di masa lalunya, yang membuatnya belajar untuk mengobati diri dan menjadi pribadi yang lebih dewasa.

Jaehyun menghela napas panjang, "Kau pasti ingat kan bahwa Lucas dipindahkan pekerjaannya ke tempat yang jauh sehingga dia bisa mengganggumu lagi?"

Renjun mengangguk dan mengernyitkan keningnya. Dia memang pernah bercerita pada Jaehyun bahwa Lucas sudah tidak pernah mengganggunya lagi.

"Well." Jaehyun menatapnya penuh penyesalan, "Semua terjadi atas campur tanganku. Aku mendapatkan informasi bahwa Lucas itu bekerja di salah satu kantor cabang perusahaanku. Jadi aku memanggil GM-ku disana dan memintanya memberikan Lucas promosi yang bagus sehingga dia tidak sadar bahwa dia dibuang menjauh dengan halus."

Renjun menganga terkejut. Jaehyun dibalik semua itu?

"Kau melakukan semua itu?" Renjun menatap Jaehyun dan menyadari lelaki itu sedang menunduk dengan telinga memerah karena malu. Ah manis sekali lelaki dominan ini. Renjun terkekeh kemudian tertawa geli, "Terima kasih Jaehyun."

"Kau tidak marah padaku?" Tanya Jaehyun pelan.

Renjun menggelengkan kepalanya, "Kenapa aku harus marah padamu? Kau membuat hidupku jadi lebih mudah dengan menyingkirkan Lucas jauh dari sini. Sungguh Jaehyun, kau adalah penyelamat hidupku. Terima kasih, ya."

Jaehyun terkekeh pelan merasa senang, kemudian dia menatap Renjun dengan mesra, "Dan kau juga penyelamat hidupku, Renjun." Jemarinya meraih jari Renjun yang mengenakan cincin di jari manisnya dan mengecupnya dengan lembut, "Aku tidak sabar menunggu sebulan lagi hari pernikahan kita."

Renjun tertawa mendengarnya, "Kau melakukan semuanya terburu-buru, Jaehyun. Kau tidak lihat bagaimana orang tuaku terkejut bukan main saat kita tiba-tiba datang dan kau bilang ingin melamarku." Renjun tersenyum malu, "Ibu bahkan menemuiku diam-diam di kamar saat malam hari, dia bertanya apakah aku hamil atau kita sudah bertindak terlalu jauh."

Jaehyun tertawa terbahak-bahak, "Kenapa pernikahan terburu-buru itu selalu dikonotasikan dengan kehamilan sih?"

"Ya, karena biasanya itu yang terjadi di masyarakat sekarang." Renjun tersenyum malu-malu. Dia malu membicarakan ini dengan Jaehyun.

Jaehyun mengangkat bahunya, "Aku hanya ingin cepat memilikimu, secara resmi. Kau menjadi milikku dan aku jadi milikmu. Itu saja keinginanku."

"Dan itu akan terjadi sebulan lagi." Renjun menatap Jaehyun sambil tersenyum, "Lalu kita bisa berakhir happy ending, kan?"

Jaehyun menggelengkan kepalanya pelan, "Bukan berakhir, sayang. Kita baru memulai segalanya dengan penuh kebahagiaan. Aku, kamu, dan mungkin calon anak-anak kita nanti."

Calon anak-anak kita nanti...

Astaga Renjun malu. Dia sudah membayangkan kehidupan rumah tangganya bersama Jaehyun akan dipenuhi celotehan, teriakan, dan tangisan makhluk-makhluk mungil. Dia suka sekali dengan anak kecil. Membayangkan bagaimana dia membuat sarapan di pagi hari ditemani oleh Jaehyun yang menggendong anak mereka yang sedang menangis minta susu. Dia tidak sabar menantikan hal itu.

Mereka sudah saling memiliki sejak mereka saling bertatapan dan saling menyapa. Dan segala sesuatu yang terjadi setelah itu semakin menyatukan mereka berdua. Karena mereka memang sudah ditakdirkan bersama.

END

Terima kasih buat yang udah ngikutin cerita ini. See u on another Jaeren's stories👋❤

You've Got Me From Hello [Jaeren Ver.] ✔Where stories live. Discover now