Jaemin yang sedang meminum minumannya tersedak mendengar pernyataan Renjun. Pernikahan siapa katanya tadi? Jaemin tiba-tiba kesal mendengarnya. Renjun tidak memberitahunya?

"Apa katamu? Kau mau menikah dan tidak memberitahuku? Kau keterlaluan Renjun, aku sakit hati. Aku sahabatmu satu-satunya, loh." Jawab Jaemin dengan ekspresi didramatisir.

Renjun menghela napas. Dia sudah menduga akan seperti ini, Jaemin ini memang agak-agak, "Semuanya serba mendadak, Jaem. Jangankan kamu, orang tuaku saja baru diberitahu saat aku dan Jaehyun datang berkunjung kemarin. Mereka juga terkejut sama sepertimu."

"Kenapa mendadak? Kau...hamil?" Jaemin menatap Renjun curiga.

"Mana ada? Aku dipegang tangan oleh Jaehyun saja bergetar."

Jaemin percaya. Karena ya tidak mungkin Renjun seperti itu, "Lalu kenapa?"

"Ya, aku tidak tahu, Jaehyunnya ingin cepat menikah."

Jaemin merenung mendengar alasan Renjun. Dia sedikit merasa iri pada sahabatnya ini. Baru patah hati, lalu tiba-tiba bertemu dengan laki-laki tampan dan sialnya ternyata sangat kaya raya, lalu dilamar, dan berakhir menikah. Mulus sekali kisah percintaan Renjun ini. Kenapa dirinya yang dari lahir hidup di kota ini belum mendapatkan satupun laki-laki seperti itu?

Jaemin kemudian tersenyum lembut. Dia bahagia melihat Renjun bahagia, karena dia tahu bagaimana Renjun sangat terpuruk saat kejadian sialan Lucas, "Aku ikut bahagia mendengarnya, semoga kau terus mendapatkan kebahagiaan ya, Renjun."

Renjun tersenyum, "Kau juga. Aku bahagia, kau juga harus bahagia. Mulailah berani berkomitmen, Jaem. Kau harus tahu bahwa setiap orang itu tidak semuanya sama seperti orang tuamu. Aku yakin kau akan lebih bahagia."

Jaemin mendesah pelan. Dia memiliki trauma dalam berkomitmen jika mengingat bagaimana Ayahnya dengan tega mengkhianati ibunya, membuat ibunya depresi dan berakhir meninggalkannya untuk selamanya. Jaemin tidak mau mengingat-ngingat kejadian buruk itu lagi.

"Ya, mungkin. Tapi tidak sekarang."

"Tidak apa-apa, ambil waktumu sebanyak mungkin. Jadi saat kau nanti siap, orang yang menjadi pasanganmu pun nanti tidak ragu." Renjun tersenyum sambil menggenggam tangan Jaemin.

Jaemin menganggukkan kepalanya. Ya, semoga saja.

"Oh iya, aku akan ke kantor penerbit dulu sebentar ya, nanti malam aku kembali lagi ke apartemenmu untuk menagih revisian hari ini. Harus sudah selesai aku tidak mau tahu." Ancam Jaemin.

Renjun merotasikan bola matanya, "Iya iya, sudah sana."

Jaemin beranjak dari tempat duduknya, buru-buru melangkahkan kakinya ke pintu keluar cafe. Saat akan membuka pintu itu, pintu sudah terbuka terlebih dahulu, ada orang masuk. Jaemin menunduk mempersilahkan orang itu masuk duluan tanpa melihat ke arah orang tersebut. Dirinya sedang fokus memesan tumpangan online di ponselnya.

"Oh, hai. Bertemu lagi, manis."

Jaemin terkejut saat mendongakkan kepalanya. Astaga, ini sepupu tampannya Jaehyun yang bertemu di bazaar waktu itu. Lebih terkejut lagi saat dia ternyata masih mengingatnya.

"H-Hai..." Jawab Jaemin gugup.

Mingyu tersenyum melihat Jaemin mencicit karena disapanya, "Sudah mau pulang?"

Jaemin hanya mengangguk, dia masih terkejut dengan situasi ini.

"Okay, silahkan, kapan-kapan kita harus bertemu lebih lama ya." Mingyu tersenyum dan sedikit menyingkirkan tubuhnya untuk mempersilahkan Jaemin keluar.

"Ah, iya terima kasih." Jaemin menganggukkan kepalanya sopan dan segera melangkah melewati jalur yang diberikan oleh Mingyu tadi. Jaemin segera berlari menghampiri tumpangan online yang dipesannya, dia masih gugup.

You've Got Me From Hello [Jaeren Ver.] ✔Where stories live. Discover now