Persiapan pesta sudah dilakukan, dalam kurun waktu satu bulan ini, di tanggal yang sudah ditetapkan, semua akan siap dan sudah sembilan puluh persen mendekati sempurna.

"Aku selalu berusaha mencari bahagia sepertimu di dalam diriku, tapi yang kurasakan hanya kehampaan." Mingyu mencetuskan pikirannya, membuat Jaehyun yang tadi melamun akhirnya sadar kembali.

Jaehyun menatap Mingyu dengan serius, "Kau hanya perlu menemukan seseorang dan jatuh cinta padanya untuk bisa seperti aku."

"Sayangnya aku belum seberuntung dirimu, Jae." Mingyu mengangkat bahunya.

"Mau ku kenalkan dengan seseorang? Siapa tahu cocok" Jaehyun bertanya menggoda.

Mingyu mencibir, "Ck seperti kau punya teman saja, hidupmu hanya berputar di kantor, lapangan, apartemen, cafe, begitu saja terus. Kau mau mendekatkanku dengan Johnny?"

Jaehyun tergelak mendengar cibiran Mingyu, "Kalau kau mau, ya boleh saja, lagipula dia masih single kan siapa tahu cocok."

"Tidak, terima kasih. Johnny sudah kuanggap seperti  kakakku bahkan Ayahku sendiri. Dia terlalu dewasa untukku. Tipeku itu yang manis menggemaskan seperti Renjun, tapi agak lebih ceria, Renjun terlalu kaku untukku." Ucap Mingyu dengan lirikan bercanda pada Jaehyun.

Jaehyun mendelik, "Lagipula siapa yang mengizinkanmu membayangkan bersama dengan Renjun."

Mingyu terbahak melihat wajah muram Jaehyun saat dirinya berkata yang tidak-tidak tentang Renjun.

"Ah, Jae. Atau mungkin Renjun punya teman yang sama-sama manis seperti dia? Aku mau kalau itu teman Renjun."

"Akan aku tanyakan pada Renjun, kalau ada kau harus mau!" Jawab Jaehyun bersemangat membuat Mingyu terkekeh melihatnya.

Mingyu sebenarnya tidak terlalu memikirkan tentang pasangan untuk saat ini, karena memang dia tidak terlalu terburu-buru soal pasangan. Tapi melihat sepupunya ini begitu bersemangat memikirkan pasangan untuknya, dirinya menjadi sedikit tergerak dan mencoba merespon Jaehyun dengan baik. Ya, kalau dapat syukur, dan kalau tidak pun tidak jadi masalah. Dia tidak akan menjadi lelaki menyedihkan hanya karena masih hidup sendiri.

"Lupakan dulu soal calon pasanganku. Jadi bagaimana soal aku yang membantumu di perusahaan? Ya, setidaknya aku ingin mengisi kekosongan saja."

Jaehyun menepuk pundak adik sepupunya dengan sayang, "Perusahaan ini milik keluarga kita, mereka sudah menunggumu untuk bergabung di sini. Kau diterima dengan tangan terbuka."

***

Renjun sedang duduk di cafe Jaehyun sambil menatap laptopnya dengan serius. Saat ini dia sedang melanjutkan bab dari novel terbarunya yang harus segera terbit. Jaemin selaku editor terbaik dengan setia menemani Renjun untuk merevisi bab yang masih belum rampung. Bukan karena keinginan Jaemin sih, ya karena Jaemin juga sudah dituntut oleh penerbit untuk segera memberikan tulisan Renjun. Sedangkan Renjunnya sendiri masih berleha-leha, maklum orang yang sedang kasmaran.

"Kau ini kenapa susah sekali dihubungi akhir-akhir ini sih? Aku lelah memberikan alasan palsu pada penerbit, Renjun." Jaemin menggerutu sambil cemberut.

Renjun terkekeh mendengar gerutuan Jaemin, lucu sekali, "Aku sibuk."

Renjun memang belum memberi tahu Jaemin perihal rencana pernikahannya dengan Jaehyun. Ya tahu sendiri semua serba mendadak, bahkan orang tuanya sendiri sangat terkejut saking mendadaknya.

"Sibuk apa? Kerjaanmu kan hanya menulis, so sibuk sekali" Jaemin mencibir.

"Mengurus pernikahanku."

You've Got Me From Hello [Jaeren Ver.] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang