"Benarkan kalimat itu, masih banyak typo bertebaran di sana." katanya tepat di telingaku, hampir saja pipi kami bersentuhan. Jika dirinya bertahan cukup lama seperti itu, dapat dipastikan aku akan membutuhkan oksigen setelahnya.

"Fokus. Apa yang kamu ketik?" Jaehyun menoleh ke arahku hingga tatapan mata kami bertemu. Jarak wajah kami hanya beberapa centi. Untungnya aku bisa menahan diri untuk tidak mencium bibirnya terlebih dahulu.

Bisa gila aku!

"Baca ulang! Kirimkan ke saya terlebih dahulu sebelum saya meminta kamu untuk mengirimkan ke mereka."

"Haruskah saya membiayai kamu untuk ikut kursus?" tanyanya seakan sedang menyindirku. Dia melenggang pergi, melangkah kembali ke ruangannya.

"Kenapa nggak dari tadi. Bikin huru hara jantung gue aja."


❧❧❧



"Pak, Pak saya ijin pulang."

"Kenapa pulang? Masih banyak kamar di rumah ini. Lagi pula ini sudah jam dua pagi. Kamu yakin mau pulang jam segini? Tidak takut?"

Jujur saja, aku terlalu kebingungan dengan kalimatnya barusan. Mengapa dia sebegitu khawatir terhadapku? Padahal yang dia tahu aku adalah seorang pria.

"Iya Pak, saya harus pulang."

"Yasudah kalau begitu. Padahal saya sedang berbaik hati hari ini. Kalau memang kamu mau pulang jangan lupa acak kunci gembok pagar dari depan."

"Iya Pak."

Salah sekali aku memiliki pemikiran jika dirinya akan menahanku dan memintaku untuk tidur di kamarnya.

Oh tidak, saat ini kamu sedang berkamuflase sebagai Yosa bukan dirimu yang asli Y/N. Tahanlah. Jangan bertindak gegabah.

"Saya permisi Pak." Kataku berpamitan tapi dengan mudahnya Jaehyun menarik rambut palsuku hingga rambut panjangku berhasil terurai.

"Mau sampai kapan?" tanyanya terkesan santai tapi raut wajahnya terlihat sedang marah.

"Pa-Pak."

"Pemalsuan identitas. Haruskah saya melaporkan kamu ke petugas yang berwajib? Kamu pikir saya bodoh membiarkan kamu mengelabui pekerja lain khususnya saya."

"P-pak Jaehyun, sa-saya...."

"Yourname, right?" Mataku melebar saat dirinya menyebut namaku. Seharusnya aku bahagia saat ini tapi justru kebalikannya, aku sangat takut saat dirinya menyebut namaku dengan mudah.

"Apa motifmu melakukan ini?"

"Sa-saya...."

"Cepat katakan atau saya akan menghubungi polisi."

Aku memohon padanya, menyatukan kedua tanganku dan mengusapnya berkali-kali. Memohon ampun agar dia mau memaafkanku. Aku telah membohonginya selama setahun ini, kesalahanku sepertinya tidak bisa dimaafkan.

"Setahun, cukup hebat kamu merahasiakan ini."

"Pak, saya tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja—"

JAEHYUN AS (COMPLETED)Where stories live. Discover now