Deep Affection 2

427 38 3
                                    

"If tomorrow never comes, I want you to know that I keep you close in my heart, and that I have faith in you, love."

- Xiao Zhan-

"I don't wish to stop time, because with each time passing minute, it brings me closer to you, sweetheart. And as long as you're mine, I don't need beautiful date or luxury place to make something beautiful with you."

- Wang Yibo-

[CHAPTER 2]

Kota Beijing begitu dingin semenjak butiran-butiran putih itu, berjatuhan dari langit dan memenuhi hampir seluruh permukaan kota. Meski begitu, tetap tak mampu menghalangi segala aktifitas para penghuni kota. Padahal, waktu sudah akan menjelang malam. Namun masih banyak orang yang berlalu lalang di tiap sudut kota. Mungkin mereka yang baru pulang dari kerjanya, sekolahnya dan banyak hal lagi.

Tak terkecuali dengan si pemuda manis. Xiao Zhan yang entah sejak kapan berdiri di atas hamparan salju, mengamati banyak orang yang melaluinya. Sesekali ia lihat keadaan ponselnya, berharap layar pada ponsel itu dapat memberinya kabar mengenai seseorang yang tengah dinantinya. Namun, berulang kali pula ia mengeluh-melenguh kecewa. Sudah terlalu lama ia berdiri di sana. Dingin semakin menjalari kakinya, karena terlalu lama ia berdiri di atas hamparan salju itu.

Namun dingin itu, tak mampu mematahkan tekadnya. Menunggu, menanti di bawah payung berwarna biru, tepat di depan gerbang menuju sebuah bangunan sederhana. Kediamannya..

Bibirnya mulai menggigil, meski tak pernah ia urungkan senyum di wajahnya. Nampak manis! Siapapun akan menjadi berdebar jika melihatnya..

Terlalu lama, hampir menginjak enam puluh menit, hingga sebuah taksi berhenti. Tepat di hadapannya.

"Hh," hembusan nafas tercipta, dengan senyum manis yang sedang Zhan berikan pada dia. Penumpang taksi yang baru saja turun dan kini berdiri di hadapannya. "Wangyie!" sapa Zhan setelahnya..

Yibo memandang lekat Zhannya yang rupawan. Ia hampiri Zhan lantas, "mengapa kau menungguku di sini, Zhan? Mengapa tak menungguku di dalam?" tanyanya agak panik, setelah merasakan kulit di punggung tangan Zhan yang terasa dingin.

"Saljunya lebat sejak tadi.." jawab Zhan, sambil turut melindungi Yibo dari butiran salju itu dengan payungnya. Ia nampak tengah menjemput Yibo di sana..

"Tapi kau bisa sakit!" decak Yibo. "Jarak dari gerbang ini hingga depan pintu rumahmu hanya beberapa meter saja!" kesal Yibo.

Zhan tak peduli akan wajah masam Yibo. Ia berikan payung di tangannya pada Yibo, agar dirinya dapat memeluk Yibo erat. "Aku merindukanmu Wangyie!" ucap Zhan riang. Memekik pelan di bahu Yibo. "Kau datang terlambat bulan ini.."

Yibo luluh. Mendengar suara Zhan yang riang, ia menjadi tenang. "Maaf, Zhan. Kemarin.."

"Hatchim.."

Yibo menarik diri. Mengakhiri pelukan hangat tersebut setelah di dengarnya Zhan yang bersin cukup keras. Ia tatap Zhan, yang tengah mengusap hidungnya yang mulai memerah.

"Kau baik-baik saja?" tanya Yibo hawatir. Ia tahu Zhan kedingingan meski senyum nakal terpatri di bibir kekasihnya itu. Yibo tak peduli, jikapun Zhan tengah bertingkah nakal padanya. Ia buka resleting jaketnya, lantas dipeluknya Zhan. Dia sembunyikan tubuh mungil itu di balik tubuhnya, dalam lindungan jaket tebalnya. "Sebaiknya kita segera masuk ke dalam.."

Deep AffectionWhere stories live. Discover now