Plakkk

Reflek Renjun memukul seseorang di belakangnya menggunakan pakaian yang hendak ia lipat.

"Aduh, yang. Kok lo mukul gue sih?"

Renjun melebarkan matanya ketika tau ternyata itu adalah Guanlin.

"Eh, sorry. Lo sih ah, tiba tiba meluk gue dari belakang. Kan gue kira orang mesum yang lagi masuk rumah. Eh Taunya laki gue yang mesum" Renjun mengusap pipi Guanlin yang terkena sambitan pakaian yang ia lipat tadi.

"Lo kok udah pulang aja sih lin? Makan gaji buta ya lo?"

Guanlin mencubit hidung Renjun, "Sembarangan aja kalau ngomong. Gue emang udah ijin libur hari ini"

"Libur tapi kok tadi berangkat kerja? Kemana lo? Ketemu si Meisya ya? Wah, gue aduin Papa ya? Ayo! Ngaku gak lo?!"

Guanlin langsung membungkam bibir Renjun menggunakan bibirnya. Suami mungilnya ini kenapa selalu saja overthinking seperti ini. Guanlin menarik pinggang Renjun, merapatkan diri mereka hingga tidak ada jarak.

Renjun mencengkram pinggang Guanlin, bahkan pakaian yang hendak ia lipat itu kini jatuh ke lantai. Matanya terpejam, Guanlin melumat pelan bibir berwarna peach yang selalu menjadi candu baginya itu.

"Astaga!"

Seketika dua orang yang tengah melakukan ciuman panas itu terjingkat dan menyudahi acara mereka. Mereka berdua seketika menoleh dan tersenyum canggung ketika melihat Bibi Jum berdiri di ambang pintu sembari menutup matanya menggunakan telapak tangannya.

"Eh, maaf den. Saya gak lihat apa apa kok, maaf tadi saya cuma mau mengantar pakaian yang sudah saya ambil dari jemuran. Maaf den Guanlin, maaf den Renjun" ucap Bibi Jum sembari sedikit membungkuk

Hawa canggung mengisi ruangan tersebut, Renjun dan Guanlin saling pandang. Guanlin mengusap bibir Renjun yang basah, kemudian ia menegakan tubuhnya.

"Gapapa, Bi. Maaf juga kami gak tau tempat" ucap Guanlin

Bibi Jum tersenyum canggung kemudian masuk dan memberikan satu keranjang yang berisi pakaian baru ia angkat dari jemuran itu.

"Bibi bisa pulang saja sekarang, soalnya saya mau ajak Renjun pergi. Rumah sudah bersih semua kan bi?" tanya Guanlin

"Sudah, den"

"Ya sudah, bibi bisa pulang lebih awal hari ini" Guanlin mengeluarkan dompetnya dan mengambil dua lembar uang kertas pecahan seratus ribu dan ia berikan kepada bibi Jum. "Bonus buat bibi"

Bibi Jum menggeleng, tidak mau menerima uang tersebut. Karena baginya gaji yang di berikan Guanlin perbulan sudah lebih dari cukup.

"Ndak usah, den. Gaji saya yang biasanya sudah lebih dari cukup kok"

"Bibi, saya gak suka penolakan. Ambil saja ya, hitung hitung buat beli mainan atau makanan buat cucu bibi"

Bibi jum dengan ragu menerima uang tersebut. "Terimakasih, den. Kalau begitu saya pamit pulang ya"

"Iya bi"

Bibi Jum pun segera meninggalkan ruangan tersebut. Guanlin kembali berbalik menatap Renjun, Renjun berdecak kemudian memukul lengan Guanlin.

"Lo sih, ah!"

"Salah gue?"

"Iya lah!"

Guanlin kembali mendekat

"Mau apa lo?"

"Mau kiss lagi"

Renjun meraup bibir Guanlin dengan tangannya. "Otak lo gak pernah bener! Udah ah gue mau ngelipat ini baju dulu"

Kisah Papa Papi - GuanrenWhere stories live. Discover now