Well, bohong jika Yeonjun tidak tercubit hatinya. Rasanya ingin ia obrak-abrik meja makan, membaliknya dan melemparkan semua yang ada diatasnya lalu mengatakan dengan lantang didepan wajah ayahnya bahwa sang ayah itu egois.

Tapi Yeonjun masih sadar diri. Bagaimanapun orang ini adalah ayahnya.

"Aku bisa membantunya menang, aku populer dan berpengaruh di sekolah. Jika aku berpihak padanya, aku berani bertaruh peluangnya untuk menang sangat tinggi" Ujar Yeonjun, memancing.

"Bagus. Bantulah adikmu kalau begitu"

"Tapi aku punya permintaan" Yeonjun mengedikkan bahu, ia ingin mengajukan kesepakatan juga.

"Katakanlah. Mobil? Uang? Kartu kredit? Liburan ke luar negeri?" Tuan Han bertanya dengan entengnya. Yeonjun takjub. Semudah itu menawarkan semua itu hanya agar ia membantu Taehyun?

Wah, ayahnya sangat terobsesi ternyata.

"Menarik, tapi bukan itu yang aku mau" Yeonjun menaikkan sebelah alisnya. "Aku mau, ayah biarkan Taehyun pergi sekolah denganku, jangan kawatir. Aku tidak akan membawa pengaruh buruk untuknya. Jangan batasi kami karena bagaimanapun dia memerlukan aku selama proses berlangsung. Dan berhenti menguntit Taehyun lewat sopir mu yang menyebalkan itu. Berikan dia kebebasan dan jangan membebaninya lebih dari ini"

Tuan Han terkekeh remeh. "Hanya itu?"

Yeonjun mengangguk.

"Baiklah, asalkan kau jamin dia harus menang. Dengan cara bersih"

≈★≈


Tok tok tok

Taehyun berdecih miris. Bahkan saat ia baru menaikkan kaki ke tempat tidur, pintu kamarnya sudah di ketuk saja. Tidak bisakah sehari saja orang-orang membiarkan dia tenang?

"Taehyun, Hyung tahu kau belum tidur"

Mendengar suara Yeonjun memanggilnya, ia makin malas saja. Taehyun benar-benar sedang tidak ingin bicara dengan Yeonjun. Ia tahu apa yang ingin dibahas kakaknya itu. Taehyun hanya tidak mau emosinya meledak lagi. Ia sudah muak dengan pembahasan tentang hal ini.

"Taehyun, buka baik-baik atau Hyung dobrak"

"Persetan" Gumam Taehyun malas, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Brak!

Oh sial, Yeonjun serius dengan ucapannya. Pintu kamarnya benar-benar di dobrak paksa, untungnya hanya sekali hingga tidak berdampak apa-apa selain keterkejutan Taehyun.

Tidak mau kakaknya berbuat nekad, Taehyun akhirnya bangkit dan membukakan pintu.

"Oh, takut juga kau rupanya" Yeonjun terkekeh begitu disuguhi wajah masam Taehyun.

Taehyun hanya menatap datar, malas menyahut.

"Taehyun, kita harus bicara" Yeonjun menahan handel pintu sebelum Taehyun menutupnya kembali.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan"

"Tapi Hyung harus menjelaskan sesuatu"

"Tidak ada yang harus dijelaskan"

Yeonjun tahu Taehyun keras kepala. Tapi dia juga sama keras kepalanya. Yeonjun tidak akan menyerah dengan mudah. Ia sudah bertekad untuk menyelesaikan masalah ini, bahkan jika harus memaksa.

"Ada yang harus aku jelaskan"

"Aku tidak butuh penjelasan"

"Han Taehyun. Kita harus bicara" Kali ini Yeonjun menekankan kalimatnya. Kesabarannya juga ada batasnya.

Taehyun terkekeh takjub melihat perubahan sikap Yeonjun. "Kau memaksa?" Tanyanya sinis.

"Ya, aku harus memaksa"

Kekehan Taehyun berhenti, kembali memasang wajah datar dan menatap Yeonjun dingin.

"Lihatlah, kau juga sama seperti ayah. Entah dia, entah kau. Kalian sama-sama suka memaksaku. Ch, aku hidup seperti anjing yang harus selalu mendengarkan perintah tuannya"

Entahlah, emosi Yeonjun yang tadinya sudah naik dan siap meledak rasanya luruh begitu saja digantikan perasaan sesak. Jantungnya bergemuruh hebat. Raut wajahnya melunak, pun dengan persendiannya. Rasanya lemas.

Yeonjun tidak pernah suka disamakan dengan sang ayah. Tapi yang lebih menyesakkan adalah ucapan Taehyun yang walaupun begitu sarkas tapi bernada keputusasaan.

Sebegitu frustrasi nya kah dia?

"Bukan begitu maksudku, Taehyun" Yeonjun menggeleng lirih, memegang lengan Taehyun yang langsung ditepis.

"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud seperti itu" Yeonjun merutuki dirinya sendiri. Taehyun semakin sulit disentuh.

"Pergilah" Usir Taehyun, bersiap menutup pintu yang lagi-lagi ditahan Yeonjun.

"Taehyun, aku mohon. Aku tidak bermaksud memaksamu. Tapi Hyung benar-benar memohon. Kita harus bicara Taehyun, kita harus menyelesaikan kesalahpahaman tadi sore"

Taehyun menggeleng, menolak. Tangannya bersiap mendorong pintu, tapi perlakuan Yeonjun lagi-lagi membuatnya urung.

"Hyung mohon, Taehyun" Katanya dengan tangan tertangkup dan kepala tertunduk. "Dengan amat sangat"

Dan, Yeonjun berlutut didepan kakinya.

≈★≈


Huhu, get well soon kak Bam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Huhu, get well soon kak Bam...
🥺


Btw, kangen kembar baday gue 😭

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPWhere stories live. Discover now