Chapter 2 : how to keep waiting without ever getting

49 5 0
                                    

ㅤㅤ
17th January

ㅤㅤMin Yoongi mendudukkan dirinya pada kursi tunggu rumah sakit. Satu tangannya memegang pegangan dari tas tabung yang berada disisi kirinya. Pandangannya mengarah lurus ke depan dengan tatapan kosong. Beberapa orang yang berlalu lalang di lobi rumah sakit menatap sang lelaki dengan penasaran. Tidak hanya karena ketampanannya, Min Yoongi mempunyai kulit seputih salju. Dan pucat yang wajahnya tunjukkan tidak membuat hal itu menjadi lebih baik.

ㅤㅤYoongi termenung dengan pikiran yang penuh akan kepalan awan kebingungan. Sudah seminggu sejak ia bertemu dengan gadis itu di taman. Dan sudah seminggu pula bayangan dari sang gadis tidak kunjung meninggalkan pikirannya. Terlihat sang gadis lebih nyaman berada di pikrannya bukannya berada di sampingnya.

ㅤㅤYoongi kebingungan. Ia tidak mengetahui nama dari gadis itu, ia tidak sempat bertanya. Ia bahkan tidak pernah melihatnya sepanjang hidup sebelum pertemuan di taman pada saat itu. Dengan minimnya informasi akan dirinya, Yoongi tidak habis pikir bagaimana ia bisa begitu mempengaruhi pikirannya?

ㅤㅤHelaan nafas keluar dari kedua mulut Yoongi. Lelaki itu mengerjapkan matanya beberapa kali setelah ia merasakan sedikit perih karena terlalu lama menatap dinding di hadapannya dengan kosong. Yoongi mengalihkan pandanganya dari dinding menuju benda berbentuk lingkaran yang menggantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Yang mana hal itu menunjukkan bahwa ia sudah duduk di kursi tunggu lobi, tanpa sedikitpun menggerakkan tubuhnya kurang lebih 4 jam.

ㅤㅤYoongi menolehkan kepalanya ke arah pintu masuk. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, tak satupun paras sang gadis terlihat. Perasaan kecewa sedikit memeluk tubuh pucat sang lelaki. Maka dengan itu, Yoongi mencengangkan pegangan pada tas tabungnya dan bangkit dari duduk. Dengan begitu ia membalikkan tubuhnya membelakangi pintu masuk rumah sakit dan melangkah menjauh dari lobi.

5th February

ㅤㅤ
ㅤㅤYoongi berdiri dengan punggungnya menyentuh pilar yang dingin. Kedua tangannya berada di dalam saku hoodie yang ia gunakan. Matanya terus tertuju pada pintu masuk rumah sakit yang berada jauh di depannya. Hari ini ia merasa lebih lemah daripada biasanya dan yang seharusnya ia lakukan adalah berbaring di kamarnya, bukannya berdiri di lobi tanpa tau apa yang sedang ia lakukan.

ㅤㅤ"Kau menunggu seseorang?"

ㅤㅤYoongi menolehkan kepalanya ke arah asal suara berada. Melihat seorang lelaki hampir paruh baya menatapnya dengan penasaran. "Tidak," jawab Yoongi singkat dan kembali mengalihkan perhatian ke arah pintu masuk. Lelaki paruh baya tersebut tertawa mendengar jawaban dari Yoongi. Hal itu terlihat jelas bahwa perkataan dan tindakan yang Yoongi lakukan berbanding terbalik. Mendengar suara kekehan di sampingnya Yoongi menolehkan kepalanya dengan satu alis terangkat. Ia menatap lelaki paruh baya itu dengan bertanya.

ㅤㅤ"Jelas sekali kau menunggu seseorang," ujar si lelaki. "Aku tidak," jawab Yoongi kembali mengalihkan perhatiannya ke semula. Lelaki itu menghela nafasnya dan bersandar pada sandaran kursi. Kini ia ikut menunjukkan pandangannya ke arah pintu masuk. "Setidaknya kau beruntung, kid. Setidaknya kau mempunyai seseorang yang bisa kau tunggu," jawab si lelaki dengan pelan. Sedetik Yoongi bisa mendengar tersirat kesedihan disana.

ㅤㅤYoongi terdiam sejenak dan tertegun. Ia yang tadinya bersandar pada pilar dengan kedua tangan berada di saku hoodie, kini berdiri dengan tegak. Ia menolehkan kepalanya ke arah sang lelaki. "Bagaimana denganmu?" tanya Yoongi dengan sedikit keraguan. Lelaki paruh baya itu tersenyum sejenak ke arah Yoongi. "Istriku sudah meninggal sejak lama," jawabnya. Yoongi kembali terdiam. Untuk beberapa saat ia memperhatikan wajah lelaki asing itu.

ㅤㅤSeketika ia merasakan perasaan kasihan kepada lelaki paruh baya itu. Ia mengerti akan apa yang lelaki itu rasakan. Ketika kau tidak mempunyai sebuah tujuan, tidak mempunyai seseorang yang bisa kau panggil rumah untuk tempat kembali pulang, tidak mempunyai seseorang yang kau tunggu. Yoongi berdebat dengan pikirannya untuk tetap diam atau mengatakan sesuatu.

ㅤㅤIa berdehem pelan, "Kau mempunyai anak?" maka ia bertanya dengan ragu. Sesekali dengan malu ia mengalihkan pandangannya dari sang lelaki. "Tidak.. tidak juga," jawab sang lelaki membuat Yoongi kembali bergeming. Dan untuk beberapa saat percakapan kembali tidak terucap. Kedua orang itu hanya terdiam menatap lurus ke depan sebelum akhirnya Yoongi kembali bertanya. "Bagaimana perasaanmu?" tanyanya dengan basa-basi. Meskipun dirinya tau ia tidak begitu membutuhkan jawaban dari si lelaki, ia sudah mengetahui jawabannya.

ㅤㅤHelaan nafas keluar dari mulut lelaki, "Pertama, tentu saja semuanya seakan runtuh. Kau tau.. ketika aku disini sekarat dan berusaha memperjuangkan hidupku untuk kembali pulang, dia juga merasakan sekarat yang sama denganku. Tidak hanya fisiknya yang melelah, akan tetapi jiwa dan raganya pula. Itu menggerogotinya hingga ke tulang.. hingga perlahan rambutnya menipis, hingga tidak ada rambut," ujar si lelaki. Yoongi dengan seksama mendengarkan dalam keheningannya.

ㅤㅤ"Aku disini dengan banyak orang merawatku, dia dirumah menguras nyawanya sembari mengurusku," lanjut yang lelaki dan terkekeh. Yoongi menaikan kedua alis, tidak memahami lelucon apa yang sedang lelaki itu pikirkan. Lelaki itu yang sedari tadi menatap lurus ke depan kini menoleh untuk menatap Yoongi. Ia tersenyum akan tetapi semua kesedihan terpancar jelas di wajahnya. "Kenapa dia sekarat seorang diri? Kita sama-sama sedang memperjuangkan hidup. Apa yang membuatnya berfikir bahwa tidak apa jika ia sekarat sendirian? Tanpa ada orang yang merawat dan menjaganya."

ㅤㅤ"Aku selalu berfikir bahwa dirinya egois. Aku merasa sangat marah saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai menerima apapun alasan kenapa ia melakukan hal itu meskipun aku masih tidak bisa memahaminya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk benar-benar mengikhlaskannya," ujarnya kemudian tersenyum tipis. "Kenapa?" tanya Yoongi membuat si lelaki menaikan satu alis tidak mengerti.

ㅤㅤ"Kenapa kau mau menerima sesuatu yang bahkan tidak kau mengerti? Tidakkah kau ingin sebuah penjelasan?" tanyanya kembali. Mendengar hal itu sang lelaki tertawa pelan dan menatap Yoongi dengan senyum ramahnya. "Kau tau, anak muda.. ada banyak hal di dunia yang tidak memiliki jawaban. Banyak dari kita menuntut untuk mengetahui sebuah jawaban bukan karena kita ingin mengetahui kebenaran di baliknya, terkadang kita hanya ingin mendengarkan apa yang kita inginkan. Dan banyak kerusakan akibat dari itu. Oleh karena itu, daripada merusak apapun yang kamu miliki dan terus menerus menyimpan amarah, aku belajar untuk memahaminya tanpa harus mengetahui apa yang ada dipikirannya. Aku rasa mungkin aku hanya terlalu mencintainya-"

ㅤㅤ"-hingga aku merasa bahwa aku bisa mempercayai apapun yang ia lakukan tanpa harus mengetahui setiap inci pikirannya," lelaki itu menyelesaikan perkataannya dengan tawa. "Aku rasa aku terlalu banyak berbicara itu membuatku pusing. Aku harus segera kembali ke kamarku," lelaki itu terakhir berujar sebelum ia bangkit dari duduknya dan berlenggang pergi. Min Yoongi memperhatikan kemana pria itu pergi sebelum ia kembali melihat ke arah pintu masuk. Ia menghela nafas panjang dan kembali bersandar pada pilar.

ㅤㅤ"Yeah.. setidaknya aku mempunyai seseorang yang aku tunggu."

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
27th February

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤSudah hampir dua bulan Yoongi menghabiskan waktunya setiap hari hanya untuk berdiam diri di lobi. Semua orang mulai terbiasa akan kehadiran sang lelaki berambut hitam itu. Meskipun tidak banyak dari mereka bertanya-tanya apa yang seorang lakukan selama dua bulan di lobi rumah sakit, tidak melakukan apapun, tidak berbicara dengan siapapun, hanya duduk atau berdiri memperhatikan pintu masuk. Kentara sekali bahwa dirinya sedang menunggu kedatangan seseorang.

ㅤㅤSemakin hari berlalu, Yoongi semakin tidak bisa memahami dirinya. Apa yang ia lakukan dan apa yang ia pikirkan. Ia perlahan mulai tidak bisa menemukan alasan kenapa ia harus kembali ke lobi. Dirinya bahkan perlahan mulai melupakan bagaimana birunya mata sang gadis yang sedang ia tunggu. Ia mulai melupakan bagaimana warna rambut sang gadis saat terkena cahaya matahari di taman waktu itu.

ㅤㅤBayangan sang gadis semakin hari semakin memudar di benak Yoongi. Ditambah dengan obat-obatan yang terus masuk ke sistem tubuhnya dan kondisinya yang sudah tidak baik hanyalah memperburuk ingatannya. Salah satu alasan kenapa ia tetap memutuskan untuk menunggu di lobi hanyalah mata dari gadis itu. Yoongi menyukai warna mata gadis itu. Gadis yang memanggilnya orang asing.

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
Bayangin aja lu ketemu Yoongi terus dia nungguin lu setiap hari di tempat lu ketemu karena pengen ketemu sama lu lagi.. KEKKK AKSGSKAGSGS
bayangin aja dulu, hehe

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 06, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CriticalWhere stories live. Discover now