prolog

27 5 1
                                    

"satu tragedi yang membuat hidupku gelap, segelap malam."

8 Years ago.......

Sore itu hujan deras, deras sekali. Disaat yang bersamaan ada seorang gadis yang berumur 8 tahun yang sedang bercermin sembari menyisir rambut panjangnya seraya bersenandung kecil.

"Raaaa! Cepetan nak. Itu paman sama nenek udah mau berangkat" ucap sang bibi sedikit berteriak

"Iyaa aku bentar lagi selesai kok tinggal pake sepatu inii" Zara membalas sambil mengambil sepatunya yang berada di sudut kamar sepupunya.

Sepupunya? Yaa. Anak itu sedang berada di rumah bibi nya karena ayah dan ibunya berada di kota kelahiran sang ibu. Alasan mengapa ayah dan ibunya kesana adalah karena sang ibu sakit keras setelah sebulan melahirkan adik Zara yang kedua. Mengapa Zara ditinggal dirumah bibi nya? Karena kemarin adalah ujian kenaikan kelas yang tidak bisa ditinggal.

Zara bergegas keluar dari kamar sambil menenteng tas kecil berwarna kuning yang ibunya belikan bulan lalu. Tanpa sadar Zara mendengar percakapan antara bibi nya dan seorang wanita yang seumuran dengan bibinya.

"Yang bener? Kasian ya mana anaknya masi pada kecil kecil, tapi itu beneran udah gabisa diselamatin lagi?" Ucap wanita yang diketahui bernama Mirna itu.

"Aku gatau katanya mas Dani -paman zara- begitu, udah parah dianya. Kemungkinan besar ga bisa deselamatin" ucap diah -bibi Zara

Mengucek matanya yang sedari tadi meneteskan cairan bening tanpa sadar. Zara kemudian mendekat ke ruang tamu diamana disana ada bi Mirna dan bi Diah. Zara pun bertanya sambil menangis sesegukan seraya menggoyang-goyang kan tubuh bibinya.

"GAK GAK MUNGKIN KAN ITU IBU!!! GA MUNGKIN" Zara teriak sembari menangis kemudian jatuh kelantai sambil menekuk kakinya dan menangis lebih kencang.

Diah pun menenangkan Zara dan memeluknya.
"Ngga kok itu bukan ibu, ibu mah saih sehat gamungkin lah ibu Zara begitu" ucapnya seraya memeluk Zara yang menangis. Dan Zara pun membalas pelukan bibinya dengan hidung merah dan masih sesegukan karena habis menangis.

"Udah gih sana paman sama nenek udah nungguin didepan, katanya mau ke ibu" ucap diah sambil mengambil tas kecil Yang sempat Zara buang tadi.

"Nih tas nya, ayok kedepan bibi anterin" bibi Mirna pun menyahut "ayokkkk bibi anterin sampe depan" kemudian Zara dan kedua orang tua itu pun menuju kedepan rumah yang disana sudah ada paman dan nenek nya.

"Yokk cepetan Udah mau Maghrib ini" sang Paman berucap setelah memakai helm dan menaikan zara ke jok motor belakang. "Naik Buu" sang ibu membalas "sudah nak"

Mengapa mereka memakai motor? Karena Zara dan keluarga nya bukan berasal dari keluarga berada. Mereka hanya sekedar petani yang hidup dengan pas-pasan dan hemat.

"Jas hujan nya pake Bu, deres banget ini hujannya" ucap sang Paman kepada ibunya. "Yaudah ya , kita berangkat takut kemaleman sampe sananya" pamit paman kepada bi Diah dan bi Mirna.

"Iyaaa hati-hati" bi Diah dan bi Mirna menjawab serempak. "Aku berangkat assalamualaikum" "waalaikumsalam" jawab mereka -diah&mirna- serempak.

Tak terasa sudah hampir setengah perjalanan menuju kesana, air dari langit jatuh dengan curah yang banyak sedari tadi tanpa henti. Tiga orang diatas motor matic itu berhenti ketika suara dering telpon berbunyi dari balik jaket sang Paman. Tampa basa-basi lagi Dani langsung meminggirkan motornya ke depan rumah warga.

LIFEΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα