02

14.8K 991 48
                                    

jaemin mengintip kekamar kakaknya, kamar mereka berdua memang berbeda tapi memiliki satu pintu penghubung. Memudahkan mereka saling mengunjungi kamar satu sama lain.

Jaemin memang sedikit merasa ternganggu, bagaimanapun privasinya jadi sedikit terganggu dengan kedatangan kakaknya tiba tiba, namun dia juga tidak berani menyuruh kakaknya mengunci pintu itu, bahkan Jaemin tidak tahu dimana Jeno menyimpan kunci pintunya.

Jaemin menghampiri Jeno yang tengah belajar di meja belajarnya. Memang kakaknya itu gila belajar.

"Kakak"

"Hem"

"Kakak dapat titipan lagi dari temen Nana" Jaemin mengulurkan satu batang cokelat dari sakunya.

"Buat kamu aja" Jeno menepuk nepuk pahanya pelan, seakan mengerti Jaemin akhirnya duduk dipaha kiri Jeno.

Tangan kiri Jeno melingkar rapi dipinggang ramping sang adik, sesekali mengelusnya. Sementara tangan kanannya masih tetap bekerja pada lembaran kerta didepannya.

Kadang Jaemin berpikir, apakah yang mereka lakukan ini wajar? Bukankah mereka terlalu intim? Namun Jaemin tepis pikirannya itu, kakaknya hanya sekedar memangkunya, memeluknya, bukankah itu cuma ungkapan kasih sayang?

"Kau tidak belajar?"

Jaemin tersentak dari lamunannya, mencoba membuka bungkus cokelat berwana emas itu lalu menggigitnya sedikit.

"kepala Nana sangat pusing, ijinkan Nana tidak belajar kali ini saja ya?" Jaemin mengeluarkan mata puppy nya jurus andalanya ketika memohon.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan ketika kau tidak mau belajar Nana"

"Mencium kakak"

"Lakukan"

Cup

Jaemin mengecup pipi Jeno pelan, perasaannya masih sama tidak karuan padahl mereka sangat sangat sering melakukan kecup pada pipi maupun kening.

.

Jeno merenggangkan tanganya, diliriknya Jaemin sudah tidur, kepalanya bersender pada bahu bidang Jeno. Jeno menggendong Jaemin membawanya kekasurnya.

Jeno menghela nafas pelan memandangi adik semata wayangnya.

"Takdir kita dilahirkan bersama tapi tidak bisa memiliki untuk selamanya"

Tangan kekar Jeno mengelus pelan pucuk kepala sang adik.

"Takdir benar benar sedang mempermainkan kita na"

Jeno mengelus pipi gembil Jaemin dengan jari telunjuknya, menelusuri wajah ayu sang adik yang sedang tertidur lelap.

"Maafkan kakakmu ini Na" Jeno mengecup pelan bibir Jaemin yang masih terlelap dalam mimpinya.

Itu bukan pertama kalinya? Tentu saja bukan, setiap malam Jeno pasti selalu pergi kekamar adiknya, mengecup pelan belahan bibir Jaemin sudah menjadi rutinitasnya 3 tahun belakangan ini.

Jeno kembali merengkung pinggang ramping sang adik, membawanya kedalam pelukanya, tidak lupa ia dan Jaemin masuk kedalam selimut tebal dan hangat milik Jeno.

BrotherWhere stories live. Discover now