Prolog

5 2 1
                                    

Suara rintikan hujan yang sangat deras mengerubungi telingaku. Setiap tetesan hujan yang berulang secara cepat dan bersamaan, kelamaan berdenging ditelingaku. kosong. Semua jas hujan dan payung ini membuat suaranya semakin bising.  Mereka menyukai ini, beberapa dari mereka. Detak jantung. detakannya mulai terburu-buru. Aku merasakan sesuatu dari dalam diriku. ini bergejolak. singa dalam diriku terasa hidup.

Aku bergegas ke arah kanan jalan trotoar. Seseorang sedang berjuang untukku. aku bertarung untuk kehidupanku sendiri. Aku seorang petarung. Rivalku yang tiada henti berkembang pesat yaitu dunia ini.

Berhenti. Ini semua berhenti. Aku hanya melihat keabu-abuan dunia didepanku.

"Hei, jangan berhenti ditengah jalan!" kata seseorang yang menyenggol bahuku.

Aku sedikit menyingkir. Berusaha sekuat tenaga mengangkat kakiku menuju ke arah yang seharusnya.

Kemana?

Arah mana yang harus aku tuju?

Drepp...

Seketika kepalaku terasa lebih ringan, tapi sesuatu bertumpu disana. Tepat bagian belakang .

"Pulang"

Aku harus menuju rumah

Aku harus pulang

Pandanganku mulai mengelilingi sekitar dengan rasa malu. Harus sekeras inikah kau berjalan menuju rumahmu? Yang selalu kau tuju setelah pergi kemana pun tempat kau pergi?

Rumah.

Ingatanku muncul seketika bak google map. Memberi gambar-gambar sekitar yang setidaknya memiliki kemiripan. Pemandangan yang berulang-ulang. Gambar-gambar itu seperti lukisan yang pasti akan indah dan menjadi mahakaryaku jika aku melukisnya. tapi aku tidak bisa mengingatnya. Setiap kali mencoba menggambar sesuatu disuatu lembaran, kepala berpindah berat ke arah depan.

Aku tidak melihat apa-apa.

Aku jago dalam menggambar tapi keahlian itu hilang. Pensil yang seharusnya digunakan untuk menggambar sketsa pun tak berguna. Berat di ketiga jariku.

Seharusnya aku membuat tulisan yang logis dan memiliki makna, ataupun angka-angka hitungan...

...bukan garis-garis abstrak.

Ga guna. ngapain juga?

Aku berusaha melepas kelakuan toxic yang satu ini. Tapi setelah aku melihat, mengamati dan menyentunhnya, kurasa hanyabitu yang aku miliki dalam hidupku. Itu sangat besar sampai memenuhi jarak pandang ekor mataku.
"Wah"

Aku berada didepan pintu rumah dengan tangan kanan yang sudah berada di depan gagang pintu. Perjalanan pulang hari ini terasa cepat.

Harus mempersiapkan diri yang sesuai seperti biasa. Identitas yang seharusnya digunakan di tempat ini. Seketika segala hal yang baru saja kunikmati "sendiri" menguap keluar dari "diriku"

Butiran hujan yang menempel di jas hujanku menyentuh kulitku. Dingin. Mungkin lebih tepatnya menusuk. Sensasi dingin ini memanggil sesuatu yang lain.

Aku masuk ke rumah sambil memberi isyarat kedatanganku.

Mau mandi.

Aku ingin sensasi dingin itu menyelimuti seluruh tubuhku.

Zrett...

Kurang lebih terdengar seperti itu. Nyeri. Tapi dingin.

"Habis hujan-hujan kok mandi?"

Suara itu terdengar dari lantai bawah. entah kenapa aku sangat membencinya. terasa seperti intimidasi sehari-hari. Meneriakkan seberapa anehnya aku. berbeda dan sangat kucil. aku ingin mengunyah es batu. semakin lama semakin ramai kebiasaan-kebiasaan "lumrah" secara aktifitas sehari-hari muncul.

"Mulai sudah"

Slice of life penokohanku.

Aku.
Usia 18 tahun menuju 19 tahun.
Lulusan smk, belum cari kerja.
Zodiak Virgo sun, Scorpio moon, Cancer rising, Virgo mercury, virgo venus, pisces mars.
Tipe MBTI adalah INTP-T.

Sisi perkenalan identitas diriku mulai berkuasa.

"Sifat lebay yang satu ini gak hilang-hilang" ucapku.

Apa namanya ya?

Aku meraih smartphone yang selalu kubawa kemana pun. Menuju ke mesin pencarian dan mengetikkan sekumpulan kata berupa pertanyaan dengan harapan dapat menjawab rasa penasaranku.

Ah, ini dia krisis identitas.

"oh"

Setelah mengetahui hal itu, diriku menggebu-gebu karena satu hal misterius telah aku dapatkan dan selangkah lagi dapat keluar dari masalah "jati diri" ku. Selangkah lagi aku dapat menaklukkan dunia. Selangkah lagi aku dapat mempersiapkan diri yang lebih ber-"Komitmen" dan ber-"tanggung jawab" atas segala hal.

STOP!

Seseorang menghampiri. Menarik semuanya. memberi penolakan tegas yang berakhir dengan pemecatan visi dan misiku. Seakan ia memerintah kami semua untuk diam dan membiarkannya mengambil alih.

"Mimpi-mimpi itu tak berguna! Lakukan hal ini sekarang!" perintahnya.

Kembali damai. Ia selalu menjadi yang terbaik dalam urusan kepemimpinan bobrok ini.

"Oh iya. Aku masih punya itu"

Aku bergegas menyelesaikan mandiku dan meraih smartphone yang sedang aku charge di meja toilet menggunakan power bank. Baterainya masih 18%.
Astaga, ini tak akan berlangsung lama.

Kehidupanku yang satu ini adalah bagian yang sangat kunikmati sepanjang waktu yang telah berlalu. Kuraih earphoneku. Lagu pertama telah diputar. Dalam posisi yang "sangat nyaman" seperti biasanya. Euphoria seketika menyembur.

"Yo!"

"Yo!"

Sahutnya.

Bocah lelaki berambut putih kelabu kontras dengan kulit gelap eksotisnya menatap balik.

Aku. Seorang anak perempuan kecil berambut hitam pendek dominan ke kiri mengenakan hoodie dan celana tidur tertawa kecil.

"kamu ngapain?!" aku menghampirinya dengan ceria.

-Tbc-

Music On, World OffWo Geschichten leben. Entdecke jetzt