Chapter 34- Libra

Start from the beginning
                                    

"Lo ingin tinggal di sini? Gue punya kebiasaan setiap pagi pergi menjelajah dunia luar."

Fisika terhenyak, dia buru-buru meminum air kemasan dalam botol dalam sekali teguk.

"Gue enggak mau sendirian di sini. Gue akan ikut, barangkali gue juga bisa mencari cara untuk pulang."

"Lo yakin? Di luar rumah ini jauh lebih berbahaya daripada yang lo pikirkan."

Fisika mengganguk yakin. Lebih baik menghadapi zombie daripada ditinggal pergi. Cukup Sagi yang pergi meninggalkannya, jangan Libra.

Sarapan itu selesai 10 menit kemudian. Libra memberikan sebuah topi lusuh berwarna kuning jagung pada Fisika dan sebuah jaket bisbol ukuran XL.

Fisika merogoh isi tas selempangnya. Ia bernapas lega karena buku-buku sihir masih berada di dalam sana. Ini bisa menjadi penyemangatnya. Tentu saja, bicara tentang sihir hal ini harus dirahasiakan dari Libra.

Senjata pamungkas yang dibawa oleh pria pirang ini adalah tombak panjang yang telah dimodifikasi.

"Gue enggak pernah seperti ini. Jantung berdebar dan kecemasan kematian di depan mata. Suasana yang biasa gue baca dan tulis dalam fiksi ada di depan mata."

Alis Libra bertaut bingung mendengar penuturan Fisika.

"Lo membicarakan apa?" tanya Libra yang siap untuk membuka pintu belakang.

"Bukan apa-apa." Fisika terkekeh. Aliran darahnya mendidih.

"Siap?" Libra memastikan sebelum kenop pintu diputar.

"Siap."

Libra mengganguk takzim. Perlahan-lahan kenop diputar tanpa menimbulkan derit suara yang mencurigakan. Pria dengan tindikan di telinga ini melongok keluar memeriksa situasi.

Halaman belakang yang sepi. Pohon mangga berdaun rimbun dan plastik-plastik sampah bertebangan ditiup angin.

"Ayo, Fisika." Libra berbisik pelan dengan terus mewaspadai area sekitar.

Fisika berjalan keluar lalu menutup pintu dengan gerakan yang teramat pelan. Libra meraih pergelangan tangan Fisika dan menggengamnya begitu kuat.

Sarung tangan kulit yang digunakan Libra mencegahnya terkena setrum untuk kesekian kali. Fisika tidak bisa menolak sentuhan fisik ini. Barangkali ini adalah sikap perlindungan yang ditunjukkan Libra agar menjaga dirinya tetap selamat.

Mereka menyebrang melewati halaman belakang. Lalu memutar ke arah depan lewat samping. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun, Libra mengajak Fisika berlari-lari kecil menjauhi zombie yang menyebar di beberapa sudut kompleks perumahan. Ada yang sedang memantung di depan pagar sebuah rumah, yang lain tengah berjalan terseok-seok dan sisanya berjalan mengendus aroma besi karat segar.

Fisika tidak ingin melihat ke belakang. Libra menuntunnya berbelok di sebuah persimpangan dan mendadak, keduanya membeku.

Sekitar enam zombie sedang mengerumuni tubuh seseorang, entah dia pria atau wanita. Darah berceceran, usus keluar dari perut dan bau amis menyerbak di indra penciuman. Tubuh tersebut hancur mengenaskan.

Fisika menahan napas, Libra dengan sangat hati-hati mengambil langkah memutar. Dia seolah tanggap dengan kejadian seperti ini. Tubuh Fisika menegang, kakinya seolah tidak bisa digerakkan saat Libra memaksanya lari.

"Fisika," bisik Libra. Dia menyentak pergelangan Fisika agar wanita itu segera sadar.

"Eh? Apa?"

Libra memberikan gerakan kepala untuk memutar jalan. Para zombie yang telah kenyang menyantap menu sarapan mereka, mendadak mulai membubarkan diri.

Mereka melihat keberadaan Libra dan Fisika. Libra menutup mata dengan isyarat bahwa Fisika tidak boleh bergerak dan ikut memejamkan mata.

Zombie-zombie ini belum terlihat menyerang. Mereka masih sibuk mengendus bau-bau manusia segar yang ada di hadapan mereka. Sebelum yakin, bahwa itu adalah makanan segar.

Libra lebih dahulu menggorok leher para zombie yang mendapat jangkauan tombaknya. Darah hitam muncrat di mana-mana. Aroma busuk amis yang bisa memuntahkan isi perut.

"IKHHH!!!"

Zombie-zombie lain mulai memekik. Satu, dua, tiga zombie dari jauh mulai terpancing. Libra tidak punya pilihan lain. Ditariknya pergelangan tangan Fisika dan mereka pergi melarikan diri.

Bagai semut yang mengerumuni gula. Suara-suara serak nan mendesis seolah mengkomando kawanan lain untuk mendekat dan ikut berburu buruan baru.

Keluar dari area kompleks perumahan. Dari arah gerbang, puluhan zombie berlari mengepung dari depan. Mereka berteriak dan juga mendesis satu sama lain. Semua zombie ingin jadi orang pertama yang menyantap buruan.

Libra terpaksa membawa Fisika melompati pagar-pagar tanaman di depan kompleks perumahan. Palang pintu hancur diserbu para zombie.

Mata cokelat Libra menangkap sebuah pohon jambu air di taman dekat pos satpam. Ia menuntun Fisika ke arah sana dan dengan cepat mengangkat Fisika dari pinggang ke atas dahan terendah.

"NAIK!" titah Libra

"TIDAK!!!" Fisika membalas. Libra pun pergi ke area taman terbuka untuk mengalihkan perhatian zombie-zombie yang kian ramai.

Air mata Fisika tumpah. Dia mencoba memanjat lebih tinggi. Bagai air yang mengalir deras, rombongan pemakan otak berlarian di bawah kaki si penulis dunia orens.

Fisika menggeleng, dia tidak ingin mati akibat zombie. Orang-orang di dunianya tidak akan percaya. Lebih baik belajar fisika dengan teori-teori yang menyesatkan daripada menghadapi kawanan pemakan otak.

Sekonyong-konyong, Fisika teringat sesuatu. Libra telah dikepung oleh pemakan otak. Berkali-kali Libra menebas, memotong dan menghancurkan. Lukai leher, otak dan jantung mereka adalah pilihan terbaik membuat pemakan otak ini mati.

Bunyi dentuman terdengar sangat keras. Tanah bergetar, pepohonan bergerak ganjil dan seberkas cahaya berwarna keemasan meleset dan membakar semua zombie dalam bentuk lingkaran di sekelilingi Libra. Lalu muncul sebuah kubah transparan yang melindungi Libra dari serangan cakar-cakar merah kehitaman yang ingin mengoyak tubuhnya.

Libra terhenyak, lebih terhenyak melihat kilau cahaya keemasan kian mendekatinya membelah lautan pemakan otak. Air mata di sudut kiri pelupuk mata Libra tumpah.

"I-Ibu ... apakah gue mati?"

Libra mengerjab, ia pikir seorang malaikat sedang menjemput nyawanya. Tetapi itu adalah Fisika yang seluruh tubuhnya disinari cahaya sihir pelindung.

"Lo baik-baik saja?"

___/_/_/____
Tbc

Kuanta (End)Where stories live. Discover now