Kunci Loker no. 31

8 1 1
                                    

Pagi datang dan matahari mulai memunculkan rupanya.

Sebuah kotak kecil dengan tulisan digital 05.45 berbunyi tepat saat angka tersebut berganti. Rasanya sangat menyakitkan ditelinga.

Yang sakit bukan hanya fisik namun mental. Masih ada mimpi indah yang harus dilanjutkan. Namun apa daya jika kotak itu terus berbunyi.

"Hotaru!!! Bangun!!"

Ahh... Dia datang... Bunyi yang satunya. Yang selalu muncul setlah kotak itu.

"Hotaru! Cepat bangun!"

Jangan...
Jangan angkat selimutku...

Namun sayang, kali ini dia menang. Dengan perasaan sakit aku membuka perisai terakhirku.

"Aku bangun Sora.."

"Cepat mandi dan sarapan, aku tak bisa antar kau hari ini."

Mendengar perintahnya sudah  menjadi keseharianku.

Tak butuh lama aku selsai mandi dan menyantap sarapan. Aku akui, Sora lebih pandai memasak dari padaku.

Karena Sora tak bisa mengantarku, terpaksa aku naik bus menuju sekolah.

Satu jam lebih 30 menit aku sampai ke SMAku. Teyvat High School. Sebuah sekolah internasional yang memiliki banyak bidang jurusan.

Aku mengambil program SMA, dan sekarang menginjak tahun kedua aku bersekolah. Sora satu tahun diatasku, dan dia mengambil program SMK jurusan Farmasi.

Dengan langkah yang pelan aku berjalan ke arah kelasku. Sungguh aku menyesal kenapa kelasku dilantai 3. Setelah satu tahun aku menyadari kalau eskalator kurang membantu.

"Hotaru....!"

Aku mengenal suara itu.  Seseorang mendekatiku.

"Ohayou, Hotaru"

"Ohayo Barbara.."

"Jangan lesu di pagi hari, tidak baik untuk kesehatan"

Barbara ini adik kelas kakakku, dia selalu mampir ke ruang UKS yang sebenarnya jauh dari kelasku.

"Siang nanti antar aku beli buku"

"Lagi?"

"Ayolah, aku traktir spagetti"

"Sepakat" ucapku sambil mengacungkan jempol.

Dia melambai sambil berlalu pergi.

Jam pelajaran berlangsung seperti biasa. Guru hari ini adalah favoritku. Zhong li.

Dia mengajarkan tentang sejarah. Dari semua guru, mungkin dia yang paling hebat untuk membuatku mengantuk.

Bel pulang berbunyi sangat indah ditelingaku. Sesuai janji, aku menemani Barbara membeli buku. Jaraknya hanya perlu sekali menaikki bus.

Sesampainya disana, aku menunggu di ruang tunggu,sementara Barbara memilih buku.

Setengah jam aku menunggu. Karena bosan, aku mencoba mencari buku juga. Yaa siapa tau ada yang nyantol.

Aku bergerak ke arah komik dan novel. Saat akan masuk ruangan, seseorang menabraku.

BRUKK

Aku terdorong cukup jauh karena postur orang tersebut sangat tinggi.

"Maafkan aku, aku sedang buru-buru"

Tanpa menunggu jawabanku ia langsung pergi. Hatiku hanya bisa meng 'huh' ria saja.

Ingin aku lanjutkan perjalanan ke arah ruangan di depanku. Tapi pria tadi menjatuhkan sebuah kunci dengan nomor 31.

Aku berjalan ke arah kasir untuk menyerahkan kunci tersebut.

"Kak, ini ada kunci hilang"

"Silahkan ke arah penyimpanan barang, simpan saja disana"

Tanpa bertanya, aku meluncur mencari tempat itu. Dan sekali lagi ia muncul di depanku.

"Ahh nona yang tadi, maaf soal sebelumnya.." ucapnya sambil menundukkan kepala.

"Tak apa, aku baik"

Tatapannya langsung tajam pada tangan kiriku.

"Ahh ini..."

"Terimakasih... Ehh...."

Aku melihatnya rumit. Apa yang sedang dia pikirkan.

"Hana"

"Apa?"

"Terimakasih Hana"

"Namaku bukan Hana, aku Hotaru"

"Maaf..."

"Tak apa.."

"Tapi sayangnya, kau lebih indah dari nama yang kusebut.."

"Ehh?"

Apa katanya? Aku? Lebih indah dari bunga? Apa yang orang ini katakan...

Aku melihat kembali raut wajahnya. Tak mungkin....

Ia tersenyum tanpa dosa...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Flower in Snow TimeWhere stories live. Discover now