CH - 2

175 17 12
                                    

Happy Reading

.
.
.















___///___

Tubuhnya letih setelah bekerja seharian penuh. Sooyeon berjalan lesu dengan tangan yang memijit tengkuknya karena pegal sementara satu tangannya menjinjing sebuah kantong plastik yang berisi beberapa bungkus Ramen dan minuman dingin bersoda. Ia harus lebih berhemat lagi, karena tahun depan ia berniat untuk menyelesaikan kuliahnya yang sempat ia tunda karena keuangannya yang tidak cukup.

Bunyi klik ketika password pintunya terbuka. Sooyeon lantas memasuki tempat tinggal mininya meletakan kantong plastik diatas meja lalu berjalan kekamar dan keluar lagi untuk pergi kekamar mandi. Mungkin dengan mandi bisa sedikit menghilangkan rasa lelahnya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Sooyeon keluar kamar mandi yang sudah terbalut piyama dengan rambut basah yang terbungkus handuk. Ia memanaskan air untuk memasak ramen, sembari menunggu air mendidih, Sooyeon membuka kaleng soda yang tadi juga dibelinya dengan tangan yang juga memainkan ponselnya.

Ada tiga pesan dan dua panggilan dari sang kekasih. Sooyeon membuka pesan terakhir yang terkirim sekitar tiga jam yang lalu

“Kau tidak menjawab panggilanku, apa kau masih bekerja? Sudah kukatakan bekerja hanya disatu tempat. Kabari aku jika kau sudah kembali dan maaf hari ini belum sempat menemuimu”. Sooyeon tersenyum, membaca begitu perhatian sang kekasihnya.

Sebelum memutuskan untuk menghubungi kembali nomor Taeyeon, ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan hampir jam sebelas malam. Sooyeon mengurungkan niatnya, karena takut jika Taeyeon sudah beristirahat maka ia hanya membalas pesan kekasihnya.

“Selamat malam sayang, selamat beristirahat, maaf membuatmu khawatir. Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Saranghae”. Sooyeon meletakan kembali ponselnya dan beralih pada airnya yang sudah mendidih.



__

Taeyeon membelai wajah Sooyeon yang tertidur disisinya. Gadis berwajah seperti barbie itu memang terlihat dingin, namun siapa yang tahu jika sebenarnya, gadisnya adalah pribadi yang sangat hangat nan lembut. Hanya saja dia memang kurang baik dalam mengatur senyumnya.

Hubungan Taeyeon memang memiliki rintangan besar. Dimana keluarganya tidak bisa menerima kondisi kehidupan sang kekasih yang sebatang kara tanpa harta yang cukup. Ia tahu jika Ayahnya sering menenumui Sooyeon untuk memberinya peringatan, ia tidak diam saja, ia akan selalu menghampiri sang Ayah untuk kembali memperingati Ayahnya agar tidak pernah menganggu gadisnya. Namun buruknya, ia tidak pernah tahu seberapa terluka nan pedih hati kekasihnya ketika menerima berbagai macam cacian dan hujatan dari penguasa Jaesoon Group, Kim Jeong Woo yang merupakan Ayahnya.

“Mianhae”. Lirih Taeyeon penuh rasa bersalah.

“Karenaku kau menjadi menderita. Sebagai kekasihmu, aku tidak bisa melindungimu, maafkan aku sayang”. Sebelum melepas mata terjaganya ia mengecup lama kening Sooyeon lantas ikut menggapai alam mimpinya yang berharap memberinya kebahagian.

Deru teratur dari sampingnya membuat mata Sooyeon perlahan terbuka. Ia tidak merubah posisi apapun selain kepalanya yang sengaja ia tolehkan pada wajah damai kekasihnya ketika sedang tidur. Tanpa permisi, cairan hangat keluar deras dari sudut matanya hingga membasahi bantalnya. Semua, semua pengakuan Taeyeon terdengar jelas akan pendengarannya.

Tangan yang hampir terangkat pada wajah Taeyeon, kembali terjatuh tidak sanggup menangkup pipi Taeyeon. Ia menggigit bibirnya untuk meredam suara tangisannya. Semakin deras ketika ingatannya bersama Taeyeon semakin menekan memorinya. Tubuhnya bergetar akibat tangisan yang ditahannya

Choose YouWhere stories live. Discover now