TOK TOK TOK

"Ne?" ketiganya menoleh dan menemukan Chenle dan Jisung melongokkan kepala mereka dari celah pintu yang memang tidak tertutup sempurna.

"Masuklah!" keduanya melangkah masuk ke dalam kamar Jaemin dan duduk di kanan dan kiri Jaemin, Ten ada di belakang dan Sungchan ada di bawah.

"Ada apa?" tanya Jaemin.

"Hyung, kalau memang marah dan kesal, lebih baik hyung benar-benar marah, jangan bersikap tennag yang membuat kami kebingungan harus bagaimana bersikap. Hyung kalau sudah berwajah dan bersikap sangat tenang malah membuat kami ketakutan, jujur saja." Aku Chenle, dia yang tidak biasanya mengatakan hal-hal seperti itu pada Jaemin, mengaku jika dia takut akan wajah tenang Jaemin.

"Ne, hyung sangat mengerikan beberapa hari terakhir ini." Ujar Jisung, Jaemin terkekeh pelan.

"Maaf ya, lain kali tidak lagi, tapi tidak janji juga sih, kita lihat ke depannya saja bagaimana ya?" para suami itu mengangguk.

"Sungchannie sudah" Sungchan membereskan baskom dan handuk lembut tersebut. Ten juga sudah selesai memijat Jaemin, membuat tubuh Jaemin lebih rileks dari sebelumnya.

"Tapi, kami boleh tahu apa rencanamu? Kenapa kau meminta Jaehyun dan Jeno menerima permintaan pernikahan itu?" tanya Ten penasaran.

"Ada lah, rahasia, jika sudah waktunya nanti kalian juga tahu." Jawab Jaemin, membuat Ten, Suncghan, Chenle, dan Jisung merasa tidak puas.

"Dan kapan waktu yang tepat itu?" tanya Jisung, Jaemin tidak menjawab.

"Tunggu saja dengan manis."

***

Esoknya Jaehyun dan Jeno sudah ada di kamar Jaemin, membangukan pasangan mereka tersebut yang masih betah tidur. Lin dan Yoonhee sudah diurus Jungwoo dan Renjun, triplets pertama sudah diurus oleh Johnny, Taeyong, dan Mark, sedangkan triplets kedua masih lelap.

"Bangun sayang, sudah siang loh ini?" Jaemin mengerang malas dan menarik selimutnya.

"Nana? Queen? Tidak mau bangun?" pertanyaan Jaehyun diabaikan oleh si manis, Jaemin masih ingin menikmati waktu tidurnya.

"Sayangg?" tidak ada sahutan lagi. Hanya gumaman pelan sebelum dengkuran halus mulai terdengar.

"Sudahlah, bangunkan nanti saja, ayo keluar dulu." Jeno mengangguk dan mengikuti langkah Jaehyun, mereka tidak menutup pintu kamar Jaemin, hanya dibiarkan terbuka separuh.

Jaemin sendiri tidak peduli, dia masih mau tidur, waktu tidurnya banyak terpotong untuk mengurus anak dan novelnya, belum juga akhir-akhir ini dia merasa sulit tidur, kepikiran dengan segala tingkah laku para suaminya.

Sedangkan di luar, para suami Jaemin sudah rapi dengan pakaian santai mereka. Lin dan Yoonhee sudah duduk di ruang makan, meminum air putih di pagi hari. Tidak lama muncul Luca, Areum, dan Aquila digendongan ayah mereka.

"Jaemin?" tanya Dejun saat tak menemukan sosok manis tersebut.

"Masih tidur, biarkan saja lah dulu." Mereka pun segera duduk di ruang makan, pelayan sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Saat semua sarapan sudah siap, Taeil yang memimpin doa, Yuta dan Kun mengajari triplets yang duduk diantara mereka, tidak dengan ayah mereka, untuk mengatupkan tangan, berdoa.

Mereka sarapan dengan tenang, tidak jarang diselingi perbincangan ringan, hingga tidak sadar jika semua menu sarapan pagi itu telah habis. Tepat saat mereka selesai sarapan, Jaemin baru masuk ke ruang makan.

"Maaa!!!" sapa anak-anaknya ceria, Jaemin tersenyum dan mencium pipi anak-anaknya yang sudah penuh bedak bayi ulah tangan ayah-ayahnya.

"Ah benar, Leeteuk appa kenapa tidak kita bangunkan?" tanya Hendery saat ingat ada mertuanya di mansion.

"Tadi aku sudah mengetuk pintu kamarnya, beliau tadi sudah bangun dan mengatakan akan pergi jalan-jalan sebentar, dan nanti akan makan di luar, tidak di rumah begitu. Mungkin nanti jam delapan sudah kembali, begitu katanya." Jelas Yangyang yang memang tadi membangunkan Leeteuk.

"Ah benar, kemarin kalau tidak salah appa bilang ingin bicara denganmu, apa appa sudah bicara denganmu?" tanya Shotaro pada Jaemin yang dijawab gelengan.

"Sepertinya kami sama-sama kelelahan, nanti aku akan bertanya padanya. Bawa anak-anak bermain, aku akan makan." Namun ternyata anak-anak itu lebih memilih menemani mama mereka makan.

***

Jaemin dan Leeteuk kini duduk berhadapan di ruang baca, tidak ada satu pun yang masuk karena Leeteuk mengatakan ingin bicara serius berdua dengan Jaemin, dan untuk menghormati itu para suami Jaemin membawa anak-anak jalan-jalan keluar mansion, hanya jalan-jalan di kawasan residen.

Kembali pada keadaan Leeteuk dan Jaemin, pelayan memberikan minum dan kudapan lalu pamit undur diri.

"Apa yang ingin appa bicarakan?" tanya Jaemin pada Leeteuk.

"Apa kau sekarang bahagia?" tanya Leeteuk.

"Ne appa, ada sesuatu?" Leeteuk menggeleng.

"Appa hanya ingin menanyakan apa yang sebenarnya kau rencanakan untuk mengatasi wanita yang mengganggu rumah tanggamu?" tanya Leeteuk.

"Kenapa appa bertanya?" tanya Jaemin balik.

"Appa cemas padamu, appa takut rencanamu malah justru balik menyerangmu." Jawab Leeteuk.

"Aku tidak bisa menjelaskannya pada appa sekarang, tapi aku pastikan, aku tidak akan terluka, karena aku sudah memikirkan semuanya dengan matang." Jawab Jaemin.

"Kau yakin?" Jaemin mengangguk.

"Tuan Jin dan Tuan Kim adalah dua orang yang tidak bisa ditentang saat sudah ingin sesuatu." Ujar Leeteuk, Jaemin diam mendengarkan dengan baik.

"Mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Berita Jaehyun yang meniduri putri Tuan Kim telah tersebar, pernikahan tanpa pertunangan Jeno juga sudah tersebar." Jaemin mengangguk.

"Lalu?" Leeteuk mengernyit.

"Jaemin-ah, appa khawatir padamu, bukannya appa ingin merendahkanmu, mungkin kau memang istri dari para penguasa NEO, tapi tetap kau- tidak berada di tingkat yang sama dengan Tuan Jin dan Tuan Kim, salah sedikit kau hancur." Jaemin menatap ayah asuhnya.

"Lalu appa memintaku untuk diam saja saat ada dua orang yang berusaha mengambil suamiku, begitu?" tanya Jaemin.

"Jaemin-" Jaemin meletakkan cangkir kembali pada tatakannya.

"Aku tahu appa khawatir, aku tahu appa takut aku terluka, tapi ada saat dimana aku tidak bisa diam saja saat suami-suami, bahkan salah satunya adalah ayah dari anakku, hendak direbut oleh orang asing, yang tujuan mereka adalah harta dan kekayaan milik kedua suamiku. Dan kupastikan, aku tidak akan hancur, bahkan aku akan menjaga nama suamiku." Leeteuk menatap kilat di mata Jaemin.

"Appa seperti tidak mengenalimu." Jaemin menggelengkan kepala dan tertawa kecil.

"Tidak, appa bukannya tidak mengenaliku, tapi appa belum berkenalan dengan baik denganku." Jawab Jaemin.

"Aku tetap anak manis appa, aku tetap anak penurut appa, tapi untuk saat ini, aku tidak bisa menjadi anak penurut, ada hal yang harus aku pertahankan." Ujar Jaemin.

"Baiklah, baiklah, lalu- bisakah kau katakan pada appa rencanamu?" tanya Leeteuk sekali lagi.

"Take them to the hell"

***

_118_ 

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINWhere stories live. Discover now