Prolog

2.3K 63 2
                                    

Pukul lima pagi, dering ponsel memenuhi salah satu kamar di sebuah rumah minimalis yang mungil. Sang penghuni tunggal rumah tersebut melangkah keluar dengan tergesa dari kamar mandi, sambil mengomel mempertanyakan, "Siapa sih telepon pagi-pagi buta gini?!"

Salshabila, wanita berkacamata itu mempercepat langkah dan berseru, "lya, iya, sebentar!" meski tahu ponselnya tak bisa menanggapi. Salshabila meraih ponsel dari atas nakas dan melihat nama ibunya tertera di layar.

"Mau apa ibu telepon jam segini?"
Ia pun menggeser simbol telepon berwarna hijau dan menempelkan benda persegi itu di telinga.

"Halo bu, ada apa?"

"Rencananya siang ini aku baru mau telepon ibu", lanjutnya.

"Acaramu gimana persiapannya Sa?" di ujung sana Anneke –sang ibu terdengar penasaran.

"Ah, kebetulan, aku baru mau bilang sama ibu", Salsha menyahut seraya berjalan mendekati kasur, lalu duduk.

"Hm? Bilang apa?"

"Aku gak jadi menikah bu" sahutnya enteng. 

Kalimat singkat itu sontak membuat Anneke kaget bukan kepalang, dengan nada tinggi ia bertanya, "Apa kamu bilang?"

"Jangan bercanda Sa, gak lucu" sambungnya masih tak percaya.

"Aku gak bercanda."

"Astaga Sa", Anneke mendesah frustrasi.

"Kenapa?" perasaan Salsha mulai tak enak.

"Ibu udah undang saudara-saudara kita."

"Apа?! Aku kan udah bilang gak usah" omel Salshabila.

Anneke berusaha membela diri dan berkata, "Kalau gak ngundang, nanti jadi bahan gunjingan. Kamu tau sendiri orang di sini seperti apa."

Salsha mengembuskan napas berat, sungguh ia tidak peduli sama sekali dengan penilaian orang lain. Namun, sayangnya sang ibu berbanding terbalik darinya. Beliau sangat memedulikan penilaian orang, bahkan sering kali kepikiran.

"Sekarang semua malah jadi kacau" keluh Salsha seraya mengusap wajah.

"Terus gimana? Memangnya kenapa bisa batal sih Sa?" tanya Anneke bingung sekaligus penasaran.

Salsha menghela napas panjang sebelum bercerita.

"Dia selingkuh bu. Diam-diam dia merencanakan pernikahan lain sama perempuan lain" cerita wanita berpipi chubby tersebut.

"Dia juga bawa kabur uangku bu..." sambungnya yang mulai terisak.

Anneke tersentak mendengarnya, "Aра?! Kenapa kamu gak cerita sama ibu?"

Salsha menjawab apa adanya dan bilang bahwa dirinya tak mau masalah tersebut menambah beban pikiran sang ibu. Dengan kebiasaan Anneke yang suka overthinking, mustahil wanita itu tidak kepikiran.

"Karena itu aku baru akan cerita setelah semua urusan di sini beres, tapi yang aku bingung sekarang gimana soal kabar pernikahanku yang udah terlanjur kesebar?" tambahnya.

"Maafin ibu Sa, ibu–"

Salsha segera memotong kalimat Anneke, ia mengembuskan napas berat, lalu berkata, "Gakpapa bu. Nanti aku pikirin jalan keluarnya."

Di ujung sana Anneke hanya mengangguk, meski ia tahu putrinya tak melihat.

"Ya udah aku tutup dulu teleponnya."

"Tunggu!" Sergah Anneke yang kemudian lanjut bertanya, "Kamu masih kerja sebagai–" 

Namun, belum sempat kalimatnya selesai, lagi-lagi Salsha memotong dan berkata, "Bu, please. Jangan itu lagi yang dibahas." Nada bicaranya terdengar lelah dan bosan dengan topik yang satu itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Fall For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang