Chapter 32- Aplikasi AIR

Mulai dari awal
                                    

"Buahahahahah." Tawa Gareen meledak. Dia tidak menduga ada laki-laki yang begitu sejati mencintai satu wanita demi membuat sihir seperti itu.

Fisika berpikir cepat. Jika Sagi pergi, artinya ada Izar yang ikut bersamanya dan kemungkinan besar mereka akan singgah selama 10 menit di hyperspace. Golden time yang dimiliki Fisika terus berjalan. Mendadak, sebuah lampu pijar menyala di kepalanya.

Fisika merogoh ponsel yang tersimpan dari dalam mana. Ia menekan layar ke arah aplikasi AIR. Fisika menekan tombol restart. Dia punya rencana dan rencana tersebut hanya akan berhasil dalam satu kali percobaan. Lalu dia pun berdoa di dalam hati.

Kepada Dewa yang menghuni dunia ini. Gue enggak tahu, bahwa Anda ini Dewa  jenis apa. Tapi kumohon bantu gue.

Teruntuk Dewa Naga, tolong bantu calon mantu mu ini. Walau kita berbeda paralel. Tapi gue suka banget sama naga dan gue pacaran dengan manusia naga. Plis bantu gue, plisss.

"Apa yang kau lakukan?"

Onna menatap heran pada ponsel yang dipegang Fisika. Jenis benda sihir asing yang menampilkan layar yang begitu menarik.

Ada sesuatu yang bergerak seperti kurva dalam garis berwarna hijau. Radar AIR bekerja. Dengan kemampuan yang baru ia dapatkan tadi.

Fisika menangkap gelombang elektromagnetik milik Gareen dan Onna dari kemampuan mengendalikan mana. Lalu ia masukkan ke dalam sistem pencarian aplikasi AIR. Terdengar aneh memang, tetapi gelombang elektromagnetik yang ditangkap Fisika berhasil.

Tampilan layar mencoba menganalisis gelombang tersebut. Fisika tersenyum lebar.

"Berhasil?" Ia bertanya pada dirinya sendiri.

Onna bergerak ingin mengambil ponsel tersebut dari tangan Fisika. Ia menyadari bahwa benda tersebut mulai menghisap energi sihir dirinya dan sang Pangeran.

Fisika pun bergerak mundur sekuat tenaga. Ia menyembunyikan ponsel dalam dekapan erat-erat. Onna memaksa, dia tahu bahwa Fisika cukup lemah untuk bertindak dan sekonyong-konyong. Wanita tersebut terbelalak melihat Fisika lenyap ke dalam udara kosong.

.
.
.

"Aerglo!"

Seorang wanita beruban dengan gaun sutra bertipe maxi dress berwarna hijau tosca dengan lapisan renda berwarna putih. Berlari-lari cemas menyusuri ruang perawatan kekaisaran.

Di depan pintu, hampir dua puluh Kesatria Sihir berjaga. Mereka memberi hormat pada sang Ibu Suri. Wanita itu terus berlari mengacuhkan keberadaan mereka.

"Oh, putraku!"

Di atas ranjang seukuran king size. Berbaring Sagi dengan tangan dialiri selang infus. Di sisi tempat tidur, berdiri menunduk Izar dengan wajah pucat pasi.

"Mannal!"

"Ibu!"

Seorang wanita mendadak menghalangi pandangan Ibu Suri. Dia mengenakan dress bertipe A-line. Jenis busana yang memiliki potongan sempit di bagian atas dan melebar di bagian bawah hingga mencapai bawah lutut. Rambutnya disanggul rapi ke atas.

"Dia sedang beristirahat. Jangan ganggu Aerglo."

"Minggir, Alora! Ibu ingin melihat Aerglo."

Alora yang merupakan kakak perempuan Sagi tidak bergeming dari tempatnya. Ia menghadang Ibu Suri dan mendorongnya paksa untuk keluar dari kamar.

"Mannal!" Dia menunjuk Izar. "Apa yang kubilang waktu itu, huh? Jaga Baginda dengan baik. Sedikit goresan di tubuhnya. Nyawamu akan kuhabisi."

Izar hanya bisa berlutut dengan satu kaki sebagai penumpu. Tidak ada satu kata pun yang keluar. Dia tidak ingin membela diri. Apa yang terjadi pada Sagi adalah salahnya.

"Ibu! Tenangkan dirimu. Aerglo akan segera siuman. Dia baik-baik saja. Sekarang, kembalilah ke kamar. Elf akan menemani, Ibu. Aku dan Izar akan mengurusnya. Apakah Ibu bisa melakukannya? Aerglo butuh istirahat."

Ibu Suri menghela napas panjang. Ia melirik sangar pada Izar dan melembut saat melihat Sagi yang terbaring lemah. Alora pun menuntun Ibu Suri ke luar kamar. Ia memangill pelayan dan meminta pelayan tersebut untuk mengantar Ibu Suri.

"Jadi," tanya Alora saat hanya ia dan Izar yang kehilangan semangat hidup.
"Gadis itu terpental ke dunia paralel lain?"

Izar mengganguk pasrah. Setelah diamuk Ibu Suri. Saat Sagi terbangun, Sagi akan mencincangnya menjadi kornet dan memberikan potongan tubuhnya pada Eletron, Proton dan Neutron yang berada di kandang.

"Benar Yang Mulia," jawab Izar dengan nada suara yang cukup terpukul. "Hamba tidak bisa melakukan apapun demi menyelamatkannya. Entah di paralel berapa Fisika berada. Hamba yakin, saat Baginda terbangun. Dia akan berusaha menyelamatkan Fisika. Wanita yang telah Baginda klaim sebagai belahan jiwanya."

____///_/___
Tbc

Kuanta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang