Chapter 3 : Afterlife

Start from the beginning
                                    

Kalimat terakhir yang diingat Woori dan masih membekas di ingatannya adalah;

"Jika ingin ditangani dokter, pergi saja dan temui orang tuamu sekalian."

Lalu kesadaran Woori hilang seketika.









Hingga dia terbangun malam harinya. Berada di kamar asing. Ruangan dengan tempat tidur, meja rias serta pintu yang sepertinya berisi kamar mandi. Hanya ada satu jendela dengan teralis besi yang terpasang. Lalu dinding yang terlalu putih serta pintu berwarna perak.

Itu bukan hanya warna, tapi perak sungguhan.

Begitu Woori terduduk, dia langsung merasakan baju yang dia pakai. Sebuah gaun tidur dengan warna biru langit. Persis seperti yang mereka gunakan pada rumah sakit.

Beberapa perban juga ditemukan Woori. Salah satunya di leher, mengingatkannya kembali dengan pisau dingin yang ditempelkan Ten pada tragedi itu.

Ada lagi di lengannya, bukan perban hanya selotip yang terasa ketika Woori menggerakan tangan. Sudah pasti menutupi bekas suntikan perawat bodoh tadi. Woori tentu masih mengingat dengan jelas kalimat yang sudah menyakiti hatinya. Dia akan menemukan petugas itu dan memberinya pelajaran.

Mengingat dia langsung tidak sadarkan diri setelah disuntik, bukankah itu artinya dia baru saja diberi obat bius? Untuk apa mereka melakukannya? Kamar ini juga begitu janggal. Tidak, Woori tidak seharusnya berada di sini. Dia harus pergi secepatnya!

Begitu Woori keluar, dahinya mengerut lebih dalam. Kamarnya langsung menuju ke lorong balkon, dia berada di lantai dua. Di seberangnya puluhan pintu yang sama berjejer rapi. Serius, benar-benar pintu yang sama. Bukan lagi seperti komplek, tapi lebih mirip penjara. Bahkan ketika Woori mendongak, hingga lantai kelima pun hanya berisi kamar-kamar yang sama persis seperti miliknya.

Woori yakin kamar-kamar itu berisikan para mantan pendonor seperti dirinya. Terkurung dalam ruangan dengan pintu perak.

Tempat macam apa ini?

Kaki Woori yang telanjang tidak berhenti menelusuri. Napasnya memburu, jantungnya berdetak lebih kencang. Ini salah. Mereka bukan tahanan. Mungkin salah jika para pendonor itu memilih kehidupan ini, tapi bukan berarti mereka bisa memperlakukan pendonor dengan seenaknya.

Woori sudah sampai di lantai dasar, matanya mulai basah. Merasa sesak karena sepanjang mata memandang yang dia lihat masih sebatas pintu perak. Hingga matanya menemukan sebuah pintu utama di ujung lorong. Woori yakin itu adalah pintu keluar.

Benar, bukan? Woori harus berlari secepat mungkin. Seolah pintu itu akan mengunci sendiri seiringnya waktu. Napas yang memburu diiringi dengan isakan tangis membuat pelarian itu sangat dramatis. Bagaimana Woori menarik kenop pintu yang bahkan lebih besar darinya.

Pintu itu tidak terkunci, langsung terbuka lebar begitu diayun bahkan oleh tangan kecil Woori. Apakah semudah itu dia bisa pergi?

Tentu saja tidak. Karena di luar pintu itu, mata Woori hanya melihat hamparan kebun luas mirip seperti lapangan golf. Tanpa ada pohon satu pun, menjadikan pandangannya sebatas rerumputan yang gelap. Ada beberapa bangunan yang berdiri berjauhan, tapi sepertinya itu hanya gedung yang sama seperti yang dia tempati sekarang.

Mata Woori menyipit, menyeka air mata dengan kasar. Berusaha menerka-nerka sejauh apa kebun ini. Tapi matanya hanya akan jatuh pada sudut gelap yang tidak berujung. Jika dia berlari kesana apakah dia bisa keluar?

Berapa jauh?

"Jaraknya sekitar satu setengah jam, biasanya aku menghitungnya dengan lagu yang kudengarkan ketika akan keluar. Bisa delapan sampai sembilan belas lagu. Itu kalau pakai mobil. Jika jalan kaki-ah tidak. Aku tidak bisa membayangkannya. Jika kau berjalan saat siang hari, kau akan sampai dengan keringat bercucuran karena disengat matahari terik. Tapi jika berjalan di malam hari, kau tidak akan sanggup ketika keheningan mulai merenggut kewarasanmu. Rasanya seolah kau berada di luar angkasa. Sendirian, kosong. Mau coba? Silakan saja berlari di atas rumput itu. Setidaknya ambil sepatumu dulu di kamar daripada telanjang kaki. Tapi aku tidak yakin kau akan sanggup. Jadi lebih baik kau masuk dan tidur saja. Tidak akan lama, kami akan mengantarmu pulang sekitar dua hari lagi."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 29, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[2] BREATHLESS [NCT FanFiction]Where stories live. Discover now