[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN

111

"Saat dia menempelimu kau diam saja?" Haechan menghembuskan nafas pelan.

"Kalau aku bisa memukulnya, sudah aku pukul, tapi aku masih menahan diri dan menatapnya tajam." Ujar Haechan.

"Apa tujuannya?" tanya Jaemin.

"Aku masih belum tahu tujuan pastinya." Jawab Haechan.

"Kapan proyekmu akan selesai?" tanya Jaemin.

"Minggu depan sudah selesai, tinggal membicarakannya dengan Jeno sebelum akhirnya peluncuran game survival dengan pengembangan karakter juga system yang sudah diperbarui." Jawab Haechan.

"Apa dia pekerja yang kompeten?" tanya Jaemin.

"Dia pekerja yang kompeten, semua hasil kerjanya bagus, kecuali sikapnya saja yang minus." Jabar Haechan.

"Apa kau bisa mengatasi sikapnya?" tanya Jaemin.

"Aku jarang datang ke ruangan tim pengembangan, biasanya juga ketua tim yang datang dan menjelaskan mengenai kinerja mereka. Aku memang pernah datang ke sana beberapa kali, dan terakhir kali ya saat dia mengatakan jika dia tertarik padaku. Aku sudah mengatakan pada si ketua tim agar dia saja yang melaporkan apapun mengenai tim padaku, jika aku tidak ada aku memintanya untuk melapor pada Ryujin dan Beomgyu." Jaemin mengangguk paham.

"Jaehyun hyung tidak mau menjelaskan Kim Narae ini siapa?" tanya Jaemin yang kini beralih pada Jaehyun, yang terdiam membeku di tempatnya.

"Jaehyun hyung?" Jaehyun mengerjap.

"Dia anak dari klien." Jawab Jaehyun.

"Bukan pekerja?" tanya Jaemin.

"Bukan" jawab Jaehyun, dia meremat celannya sendiri, merasa gugup dan takut karena aura Jaemin yang terlihat mengerikan.

"Lalu kenapa kalau bukan pekerja dia bisa keluar masuk dengan bebas ke dalam ruanganmu? Terakhir kali aku mencuci bajumu, aku mencium parfum wanita dari pakaianmu, tentu saja itu bukan parfummu. Apa dia spesial sehingga bisa keluar masuk dengan bebas ke dalam ruanganmu? Mengajakmu makan siang?" Jaehyun berdiri dari depannya dan tiba-tiba bersimpuh di depan Jaemin.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menolaknya karena ayahnya penanam saham besar di perusahaan, belum lagi aku takut dia membalikkan cerita, maafkan aku karena menyimpannya darimu, aku merasa bisa menyelesaikannya sendiri, maafkan aku." Jaemin menggeleng, dia meminta Jaehyun berdiri.

"Jika dia memaksamu menikahi putrinya apa kau tetap akan mau?" Jaehyun menggeleng.

"Kalau tidak mau kenapa tidak segera bertindak?" tanya Jaemin.

"Dia mengetahui mengenai Yoonhee dan Lin, aku tidak berdaya jika sudah kedua anak itu yang menjadi sasaran." Jaemin bersidekap dan menatap Jaehyun.

"Apa para pengecut tua ini hanya bisa mengancam dengan membawa anak-anak?" tanya Jaemin frontal secara langsung.

"Dear" tegur Mark.

"Kau dan Jeno sama, ayah dari wanita yang mendekati kalian sama-sama mengetahui mengenai Lin dan Yoonhee, mereka tahu keduanya adalah kelemahan kalian, sehingga memanfaatkan itu untuk mengancam kalian. Aku beri kalian waktu untuk membereskan mereka dalam seminggu, jika dalam waktu itu urusan kalian tidak segera selesai dengan mereka, aku sendiri yang akan turun tangan dan kalian tidak akan senang dengan cara yang akan aku gunakan." Keempat suaminya yang 'bermasalah' itu mengangguk.

"Jungwoo hyung dan Haechan, jika wanita-wanita yang mendekati kalian membuat ulah meski kerja mereka bagus, aku harap kalian mengganti mereka. Jungwoo hyung karena kau mengatakan jarang menemuinya dan hanya Minho hyung dan Minju yang menemuinya, jika model itu berulah di luar kontrak segera putuskan, jangan memutuskannya tanpa alasan yang jelas. Dan Haechan, jika pegawai itu memang punya kinerja bagus tetap saja biarkan di perusahaan, tapi jika benar-benar berniat mendekatimu dan tetap bersikeras ingin bertemu denganmu, aku ingin kau memindahkannya ke perusahaan cabang, kau dan Jeno punya perusahaan cabang yang ada di Jepang bukan? Yang dipegang oleh Mijoo noona dan Mina nee-san." Haechan dan Jeno tersentak kaget, mereka tidak tahu darimana Jaemin tahu mengenai ini.

"Tahu- darimana?" tanya Jeno.

"Taeyeon noona, aku bertanya padanya mengenai cabang perusahaan game milik kalian dua hari lalu, dan mengatakan ada cabang di Jepang yang dipegang oleh Mijoo noona dan Mina nee-san, kebetulan aku juga sudah bertukar pesan dengan keduanya." Jawab Jaemin.

"Jeno, Jin Hyunjoon itu bagiana pemasaran kan?" Yangyang bertanya pada Jeno.

"Benar, dia juga putri dari Jin Dongha, ayahnya juga mengetahui mengenai keberadaan Lin dan Yoonhee. Itulah mengapa aku tidak bisa berkutik sama sekali jika pria itu menyinggung anak-anak." Ujar Jeno jujur.

"Jeno-ya, kau juga juga Jaehyun, kalian punya kami, jika kalian bicarakan dengan kami semua, jalan keluar pasti sudah ada. Tidak sampai seperti ini." Ujar Taeyong.

"Aku tertekan hyung dengan sikap pria itu, aku sudah takut duluan saat dia menyinggung Lin dan Yoonhee." Jawab Jeno jujur.

"Sama denganku juga, hyung." Timpal Jaehyun pelan.

"Kalian tidak sendirian, kalian punya kami, punya Jeno, punya Chanyeol hyung, Baekhyun hyung, Sehun hyung, dan Jongin hyung, juga punya orang tua kita semua. Kalian tidak sendirian." Jeno sekali lagi diingatkan ini, yang pertama oleh Jaemin, sekarang oleh Taeil.

"Ingat, tidak ada yang bisa mengontrol kita, bahkan orang tua kita sendiripun tidak bisa. Kita para pemimpin NEO, bukan budak dari para penjilat." Ingat Yuta.

"Jaehyun, Jeno, Jungwoo, dan Haechan, kalian pergi dan dinginkan kepala kalian dulu." Titah Kun. Mereka berempat pergi, saat melihat ke arah Jaemin, suami cantik mereka terlihat tidak ingin memandang mereka.

"Jaeminnie, ayo duduk dan tenang diri." Ten membawa Jaemin duduk di sebelahnya dan menenangkannya.

"Sepertinya memang aku sudah lama sekali tidak keluar mansion." Tutur Jaemin.

"Kau mau apa hyung?" tanya Jisung, mendadak cemas saat mendengar penuturan Jaemin.

"Apalagi? Jalan-jalan, aku sudah lama tidak 'jalan-jalan'." Jawab Jaemin, pandangan mata Jaemin bukanlah pandangan bersahabat, terlihat sekali jika ada amarah dan kekesalan di mata cantik tersebut.

"Apa yang akan kau lakukan Jaemin-ah?" tanya Renjun, Jaemin tidak menjawab, dia menyunggingkan seringai.

"Hanya 'jalan-jalan'."

***

_111_