Additional Part (5.)

Mulai dari awal
                                        

"Wah kamu yeri? Kalo sama aku inget gak? Aku suster dahyun yang waktu temenin kamu sampe pulang. Kamu inget gak?" Tanya suster dahyun antusias.

Yeri sedikit berpikir. Mengingat-ingat yang mana suster dahyun. Karena kalo boleh jujur, yang yeri ingat, maksudnya ingin ingat hanyalah suster irene nya.

"Oh ya inget kok sus", sebetulnya yeri tidak yakin, tapi daripada suster dahyun sakit hati bila tak diingat pikirnya.

"Wah kalian kok bisa deket sampe pacaran gitu, gimana nih ceritanya?" Akhirnya sejumlah pertanyaan serupa membanjiri mereka berdua, lebih tepatnya menuju pada irene.

Irene menceritakan kronologi yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan yeri sampai akhirnya mereka bisa berpacaran.

Mengenai seksualitas irene? Well, rekan-rekan irene terlihat tidak ingin ikut campur lebih jauh tentang bagaimana irene bisa menyukai sesama wanita dan memutuskan untuk berpacaran. Irene hanya menceritakan bagaimana ia bisa dekat dan akhirnya berpacaran dengan yeri layaknya pasangan heteroseksual pada umumnya saja.

Syukurlah mereka semua memiliki pikiran yang cukup terbuka dan tidak mau ribet dengan urusan pribadi irene. Selagi tidak mengganggu ya tidak apa apa kan.

Yeri akhirnya bisa bernafas dengan lega karena sudah merasa di terima di lingkungan rekan kerja irene.

Begitu pula dengan irene yang merasa senang karena bisa go public tentang hubungannya kepada tim kerja nya di rumah sakit. Ia merasa nyaman sekarang.

"Wah irene suka nya sama dedek-dedek gemes ya sekarang" ucap bruder seokjin.

"Hahaha ya gitu deh. Tapi dia gak kayak anak kecil kok tingkahnya, kadang gue merasa dia lebih dewasa dan bijak daripada gue" ucap irene semangat membangga-banggakan kekasihnya.

Yeri yang mendengar itu wajahnya langsung memerah, dan langsung menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

"Lucu banget tuh yeri nya malu begitu hahaha" ucap dr. Wendy sambil menunjuk ke arah yeri gemas.

Yeri sebagai yang termuda seringkali menjadi bahan ceng-cengan disana, namun bukan ke arah yang buruk.

Semua orang sungguh welcome dengan keberadaan yeri.

Mereka melangsungkan makan malam dengan santai dan tenang seperti biasa saja. Yeri juga sudah merasa cukup nyaman di antara mereka. Sesekali ia dan suster dahyun saling berinteraksi dan melontarkan candaan. Baik irene maupun yeri merasa senang.

Akhirnya sesi makan malam sudah selesai dan beberapa suster dan bruder sudah pulang, menyisakan dr. Wendy, irene, dan yeri disana.

"Jagain irene baik baik ya yer, dia kadang suka overwork tuh kerja gakenal waktu sampe suka drop di rumah sakit" ucap dr. Wendy kepada yeri.

Yeri menatap sedikit tajam kepada irene, dan irene hanya tersenyum kikuk.

Mereka bertiga sudah mulai lebih akrab, yeri dan dr. Wendy merasa tidak ada kesenjangan di antara mereka, sudah seperti layaknya teman lama.

Setelah menemani dr. Wendy membayar,akhirnya mereka bertiga berpisah di lobby, supir dr. Wendy sudah menjemputnya.

Yeri dan irene pun berjalan menuju mobil mereka. Mereka duduk di tempat mereka masing masing seperti biasa, yeri yang menyetir karena irene tidak bisa.

"Kak makasih ya udah mau kenalin aku ke temen-temen kakak. Aku bener-bener seneng banget." Ucap yeri tulus dari dalam hatinya sambil tersenyum lebar.

"Makasih juga ya sayang udah mau temenin aku sampe sekarang dan selalu bikin aku bahagia. Aku sayang banget sama kamu. Soon kita ketemu orang tua aku sama orang tua kamu ya. Aku beneran mau serius sama kamu." Irene berkata sambil menggenggam kedua tangan irene, ia sungguh bahagia bisa memiliki kekasih secantik, sebaik, se-gentle, dan sesempurna yeri. Walaupun usianya masih muda namun yeri sama sekali tidak pernah labil dan selalu tetap pada pendiriannya. Irene selalu salut kepada kekasihnya.

"Jangan nikahin aku dulu kak, aku belum jadi apa apa huhu" ucap yeri sambil memberi ekspresi pura pura menangis.

"Ya enggak sekarang lah sayang akuuu, aku pasti bakal tunggu kamu sampe kapanpun, karena aku cuma mau kamu buat hidup aku" irene meraih belakang kepala yeri dan mendekatkan wajah mereka berdua. "I'll promise to be your first and your last yeri", ucap irene dengan suara paling lembut nya. Mendengar itu yeri tersenyum senang dan langsung menempelkan bibirnya kepada milik irene. Mencium dan melumat lembut bibir bawah irene dan disambut oleh sang empunya dengan baik. Saling bertukar nafas dan saling menyalurkan kasih sayang, irene maupun yeri sesekali tersenyum diantara ciuman mereka. Aktivitas mereka berlangsung cukup lama tanpa mempedulikan dimana mereka sedang berada sekarang.

Yang terpenting bagi mereka saat ini hanyalah keberadaan satu sama lain. Bagi irene memiliki yeri di sisinya saja sudah lebih cukup, begitu pula sebaliknya.

🐰🐢

Wendy, irene, dan yeri udah akrab banget nihh

Wendy, irene, dan yeri udah akrab banget nihh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IN BLOOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang