BONUS CHAPTER: Birthday

1.1K 132 31
                                    

Aku terus menerus menatap cincin emas putih berbentuk hati dengan safir merah muda yang menghiasinya.

$1,850.

Lumayan sih harganya. Tapi untuk Autumn apa sih yang tidak ku korbankan? Ulang tahun Autumn harus menjadi spesial nan sempurna.

"I'll get this one," aku mengangguk kepada wanita muda penjaga toko emas yang aku datangi.

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

Aku menunggu Autumn di depan taman kanak-kanak luar biasa tempat dia bekerja menjadi guru kelas kategori B.

Angin berhembus kencang dan awan kelabu mulai merapat. Untung saja aku memakai jaket dan di dalam jaket ini ada kotak cincin yang ingin aku berikan pada Autumn besok.

Sebaiknya ku jaga jaket ini agar tidak hilang atau tertinggal.

Sebuah tepukan terasa di pundakku, aku mendapatkan Autumn tersenyum manis padaku.

'Hi,' gerak tangannya dengan lihai.

Aku membalas dengan gerakan yang sama, 'Hi.'

'Hold on,' Autumn menyuruhku untuk menunggu dan memasang hearing-aidsnya, "Kau sudah menunggu lama?" tanyanya.

"Not really," aku mengangkat bahuku, "Now, gimmie a kiss," aku tersenyum dan mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Autumn.

Tanganku merangkul leher Autumn dari samping, "Rem mobilku rusak, kau mau naik taksi atau bis?"

"Bus is okay," jawabnya singkat.

Kami berjalan menuju halte terdekat, aku memperhatikan Autumn yang memeluk dirinya sendiri.

"Kau kedinginan? Kau mau memakai jaketku?" tawarku sambil melepas jaket.

Autumn menghela napas lega, "Akhirnya kau peka, untung saja aku belum mati karena hipotermia."

Aku tertawa kecil sambil membantunya memakai jaketku.

"Dasar perempuan, beraninya main kode," godaku seraya mengacak rambut pirangnya.

"Bilang saja kau iri," tawanya renyah, sementara kedua tangannya terkait pada lenganku.

God, I love having her close to me. Aku juga menyukai kalau Autumn memakai barangku, seperti memakai jaketku saat ini.

Sebentar, bukankah tadi aku menyimpan cincin itu di dalam kantung jaketku?

Shit! Shit! Shit! Aku bodoh sekali.

"Eh, Autumn," panggilku dengan sangat canggung.

Autumn menatapku dengan bola matanya yang bulat, "Hm?"

"Aku kedinginan juga, aku saja ya yang memakai jaketnya?"

"No, kau kan laki-laki, Louis. Mengalahlah dengan perempuan," cibirnya.

Bloody hell, apa yang harus aku lakukan?

"Ayolah, itu kan jaketku," aku berusaha membujuknya.

Autumn mendecak kesal, "Kau ini pelit sekali sih, aku kan pacarmu."

"I don't care, I just want my jacket back," kataku dengan nada yang mungkin terlalu kasar untuk perempuan karena Autumn langsung melepas lenganku.

Dengan wajah yang selalu muncul saat dia marah, Autumn menghentikan langkahnya dan mendelik menatapku.

"You know what? Forget about it," ujarnya saat melempat jaketku ke wajahku, "Don't contact me until you learn how to treat a girl without being such an ass."

British Accent // l. tomlinson [A.U]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang