Jealousy jealousy.

Start from the beginning
                                    

Tanpa mendengar balasan Hakken, kamu berlari menuju kerumunan yang semakin padat. Hakken berusaha mengejarmu tapi segera ditahan oleh salah satu panitia event. Kamu bisa mendengar Hakken meneriakkan namamu dan kamu lebih memilih mengabaikannya.

*

Kamu besusah payah menerobos lautan manusia dengan mata yang memburam. Entah sudah berapa kali pundakmu dihantam orang lain atau kaki mu terinjak injak tapi entah kenapa itu tidak terasa sekarang, mungkin sesak di dada lebih mendominasimi dibanding potensi kakimu berubah jadi ungu pucat besok pagi. Semakin dekat dengan pintu mall kumpulan manusia yang entah wibu, sekedar fans para cosplayer ataupun dua-dua nya semakin berkurang.

Kamu membuka aplikasi taksi online, memesan satu lalu terduduk diatas kursi panjang di depan pintu lobby. Gerimis turun tanpa permisi, memperburuk suasana hatimu. Tidak lama, sebuah mobil berwarna putih menepi lalu menurunkan kaca depannya, menampilkan sesosok lelaki paruh baya yang tersenyum ramah.

"Mbak Chérie?"

Kamu mengangguk lalu segera masuk ke kursi penumpang bagian belakang sebelum gerimis membuatmu basah kuyup. Lelaki itu tidak banyak bicara- yang sangat kamu syukuri- selain memastikan tempat tujuan yang sudah sesuai apikasi, mungkin ia paham kalau kamu sedang tidak ingin diajak bicara. Kamu menyenderkan kepala ke jendela mobil, persis seperti sedang membintangi videoklip lagu galau.

*

Hakken mempererat genggaman ya pada kantong plastik berisi satu pact es krim mochi sebelum menekan kartu akses apartemen di gagang pintu. Bunyi pip pelan berbunyi sebagai tanda kalau ia sudah bisa mengakses pintu. Ia sebisa mungkin membuka pintu pelan-pelan padahal bunyi pip tadi sudah cukup memberitahu siapapun yang ada di rumah kalau ia sudah pulang.

Gelap, keseluruhan lampu di unit apartemennya belum dinyalakan. Satu-satunya cahaya yang ia lihat adalah cahaya dari celah pintu kamar utama. Hakken menghela napas panjang. Ia menyalakan lampu, menyimpan es krim mochi di freezer lalu menghampiri pintu kamar utama. Hakken diam sesaat sebelum akhirnya mengetuk.

"Darling?"

Tidak ada jawaban.

"Sayang?"

Nihil.

"Chérie, aku boleh masuk?"

Hening. Hakken menatap sedih pintu kamar. Ia baru mau mengistirahatkan punggungnya di sofa ketika suara kunci pintu yang diputar terdengar. Hakken menarik ujung bibirnya, membentuk senyuman tipis. Hakken membuka pintu perlahan. Sebuah buntalan besar bed cover ada ditengah tengah kasur. Tanpa bicara, ia mengambil tempat di tepi kasur.

"Hey," Hakken mengelus lembut permukaan bed cover. Saking lembutnya, kamu tidak bisa merasakan pergerakan tangannya. "Wanna talk about what happened today?"

Kamu menurunkan bed cover sampai sebatas dagu. Wajahmu merah dan sembab hasil tangisan selama empat jam tanpa henti, matamu masih berkaca-kaca, begitu juga isak yang masih bersisa. Demi Tuhan, tidak ada yang lebih Hakken inginkan daripada menarikmu kedalam pelukan, memberikanmu rasa nyaman dan kehangatan, tapi tentu saja ia tidak bisa melakukan itu sekarang. Jemari Hakken beralih pada helai-helai rambut lepek yang membingkai wajahmu, menyelipkannya kebelakang telinga agar tidak mengganggu.

"Aku- aku gak suka."

"Apa yang kamu gak suka?"

"Abis aku beli minum, aku liat kamu dipeluk. Terus dada aku sesak. I know I'm being very unreasonable, she is your fans. But still, it hurts."

Setetes air mata meluncur jatuh tepat ditelapak tangan Hakken.

"Sorry, I'm so silly."

"You sure are. Mau dipeluk gak?"

Kamu mengangguk sebelum menyibak bed cover lalu menghambur ke dada Hakken. Wangi parfumnya memenuhi indra penciumanmu dan hangat yang kamu rindukan seharian ini mengukung tubuhmu seperti hotpack raksasa. Hakken membenamkan hidungnya di lekukan antara pundak dan lehermu. Napasnya menciptakan sensasi geli dan hangat disaat bersamaan.

"Lucu banget ternyata kalau kamu cemburu."

"Ih."

Kamu memukul dada Hakken. Bisa-bisanya dia malah senang diatas kebimbangan hatimu.

"Ouch."

"You did it yourself."

"Sorry, ini kayaknya pertama kalinya kamu cemburu, kan? And it was over my fans. Ternyata dicemburuin seru juga asal jangan sering se- OUCH! But promise I won't do it on purpose!"

Hakken mengangkat dua jari tinggi-tinggi sebelum serangan cubitan maut berlangsung lebih jauh. Kamu menatap galak Hakken sedangkan yang ditatap malah nyengir dan menarikmu ke dalam pelukan sekali lagi.

"Kamu satu-satunya buat aku and I love you more than you do. Just remember that, okay?"

Kamu mengangguk, membiarkan Rona merah menjalar di sepanjang pipi. Kamu selalu percaya pada Hakken bahkan sejak detik pertama kalian sepakat mengisi ekspektasi masing-masing sebagai pasangan dan kamu harap akan selalu begitu untuk selamanya.

"I got your favorite in the freezer."

"Mochi ice cream? No way!"

Kamu melepas pelukan Hakken, terburu-buru turun dari tempat tidur yang menyebabkan kakimu tidak berpijak dengan benar. Hakken cekatan menangkapmu. Gerutuan panik dan kesalnya berbalas cengiran dan mata yang membentuk dua bulan sabit mini. Hakken memutar mata, pura-pura masih kesal. Kamu lanjut berlari ke dapur.

Sebuah kotak karton berisi es krim mochi benar-benar teronggok di freezer. Kamu menyobek karton, mengambil sebungkus es krim lalu meletakkan sisanya kembali. Hakken bersandar pada kusen pintu, tersenyum melihatmu menyiram es krim dengan tatapan berbinar.

"Thank you!"

Drama percemburuan tadi sempurna terlupakan.

S E R O TO N I NWhere stories live. Discover now