1* 🦊Bersamaku🐶

54 10 0
                                    

Malam hari pukul 22.38 Jagadipa masih terjaga. Jagadipa tidak bisa tidur karena kakaknya pergi untuk bekerja. Jagadipa takut kakaknya kenapa-kenapa, maka dari itu Jagadipa selalu terjaga karena kalau kakaknya butuh pertolongan ia bisa segera menolongnya.

Jagadipa hanya mempunyai seorang kakak. Kedua orang tuanya sudah bercerai empat tahun yang lalu, mereka tidak mau merawat Jagadipa dan kakaknya sehingga sang kakak harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Jagadipa sangat menyayangi kakaknya, Jagadipa ingin membalas kebaikannya suatu hari nanti.

Empat tahun kedua orang tua Jagadipa bercerai, Jagadipa mengalami somniphobia. Jagadipa hanya bisa tertidur saat ia sedang memeluk kakaknya. Pada waktu itu Jagadipa merasa tenang walaupun ia masih sedikit takut jika kakaknya kenapa-kenapa. Jagadipa akan terbangun pada waktu tertentu untuk mengecek apakah kakaknya masih ada disisinya atau tidak. Jagadipa tidak bisa hidup sendiri.

Pada pukul 00.00 tepat, Jagadipa mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya. Jagadipa bangkit lalu berjalan menuju pintu depan. Awalnya Jagadipa mengintip dari jendela. Saat Jagadipa tahu siapa yang mengetuk, ia segera membukakan pintunya.

"Kak Rizal ngapain kesini malam-malam?"

Tubuh Syahrizal bergetar hebat.

"Kak?"

Jagadipa mengelusi pundak Syahrizal, berharap Syahrizal merasa sedikit tenang.

"A-aku takut Dipa."

"Takut kenapa? Cerita sama aku."

"Mereka mengusirku, a-aku ketakutan. Aku mendengar suara-suara itu lagi. Tolong aku Dipa."

"Kak Rizal masuk dulu yuk, sudah malam."

Syahrizal pun menuruti perkataan Jagadipa.

"Kak Rizal duduk disini dulu, aku mau ambil minum buat kakak."

Syahrizal menggeleng.

"Aku ikut."

"Yaudah."

Mereka berdua pun ke dapur.

"Nih kak minum dulu."

"Makasih Dipa."

Syahrizal meraih gelas yang berada ditangan Jagadipa. Syahrizal meneguk air itu sampai habis.

"Kak Rizal bisa cerita apapun padaku, apa yang terjadi?"

"Kamu tahu pasti hidupku sulit. Awalnya aku hidup berkecukupan, namun saat umurku 7 tahun aku dibuang. Keluargaku membuangku, mereka bilang aku ini aib. Aku ditelantarkan. Aku ketakutan, Dipa. Aku tidak tahu bagaimana caraku untuk bertahan hidup, sampai seseorang datang membawaku pergi. Aku dirawat bersama anak-anak lain, tapi aku harus bekerja sebagai pengamen. Mereka bilang padaku jika ingin tinggal, aku harus bisa menghasilkan uang.

Syahrizal menjeda ucapannya.

"Aku tidak masalah untuk itu, asalkan aku tidak sendirian. Aku punya orang lain disisiku, tapi kali ini kejadian itu terulang. Aku dibuang, mereka menganggap aku sudah tidak berguna lagi. Kejadian saat umurku 7 tahun sudah membuatku trauma. Aku tidak tahu harus pergi kemana, dengan tubuhku yang bergetar aku berjalan ke rumahmu. Karena hanya kamu yang aku kenal selain mereka."

Jagadipa mengelus pundak Syahrizal. Ternyata hidup Syahrizal lebih sulit dibandingkan dirinya.

"Kak Rizal mau temani aku?"

"Temani apa?"

"Ayo tidur bersamaku."

Wajah Syahrizal bersemu merah.

"B-bersamamu?"

Jagadipa mengangguk.

"Kak Rizal mau kan? Aku tidak bisa tertidur kalau sendirian."

"Aku mau, tapi apakah tidak apa-apa? Maksudku aku kotor Dipa, aku tidak enak."

"Kak Rizal mau mandi jam segini?"

"Kalau aku mandi, nanti aku pakai pakaian apa?"

"Pakai pakaianku, mau?"

"Aku terlalu merepotkanmu Dipa."

"Aku tidak merasa direpotkan, kakak mau ya?"

"Iya aku mau."

"Nanti aku masak airnya dulu, dilap-lap aja ya kak. Takutnya kakak masuk angin."

"Siap Dipa!"

Jagadipa tersenyum senang.

Setelah selesai mandi, Jagadipa menarik tangan Syahrizal menuju kamarnya.

"Oh ya ngomong-ngomong kak Rizal orangnya gampang kebangun gak? Walau sama hal kecil?"

"Gampang sih, tapi tetep aku usahain buat kembali tidur kalau gak penting."

Jagadipa mengangguk.

"Ayo kak tidur."

Jagadipa berbaring diranjangnya disusul Syahrizal. Jantung Syahrizal berdegup kencang.

"Dipa," ucap Syahrizal tanpa menatap Jagadipa.

"Iya kak?"

"Maaf sudah merepotkanmu"

"Tidak, tidak sama sekali. Aku senang kak Rizal ada disini, kakak bisa menemaniku saat aku membutuhkannya."

Syahrizal tersenyum.

"Yaudah tidur sana."

"Peluk?," cicit Jagadipa.

"Hah?"

"Enggak."

Jagadipa membalikkan tubuhnya ke sisi ranjang. Syahrizal menatap punggung Jagadipa heran. Syahrizal mendengarnya,  jarak mereka kan cuma beberapa sentimeter. Syahrizal sedang mengumpulkan keberanian untuk memeluk Jagadipa. Untungnya mereka berdua sama-sama laki-laki. Jadi menurut Syahrizal ini tidak masalah, hanya pelukan biasa.

Syahrizal mendekatkan dirinya dengan Jagadipa lalu memeluknya. Jagadipa yang belum tertidur pun mengembangkan senyuman.

"Good night Dipa."
























TBC

Salam dari author kembarannya Irene

Phobia [Jeongmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang