"Chanyeol?" Gumam Jungkook begitu menyadari pemuda itu tak asing dalam ingatannya.

"Wow kau masih ingat aku ternyata? Apa kabar sobat? Lama tak jumpa?"

"Kau bisa mengenaliku?"

Pemuda bernama Chanyeol itu terlihat menyunggingkan senyum seringai remeh sebelum menjawab. "Bagaimana pun penyamaranmu, Park Chanyeol akan tetap mengenalimu dalam wujud apapun dirimu Jungkook. Bocah ceroboh, aku sudah sangat percaya menitipkannya padamu. Tapi kau menghancurkan kepercayaanku."

"Ini sudah takdir, kau harus bisa menerima kepergiannya Chanyeol."

"Kau saja yang tak becus menjaganya. Kau memang berniat ingin melenyapkan dia kan?"

"Bukan hanya kau yang kehilangannya, tapi aku juga. Ikatanku dengannya jauh lebih dekat dan jauh lebih erat darimu."

"Tapi apa buktinya sekarang? Dia mati, Jungkook. Dia pergi entah ke dunia mana dan kau penyebabnya."

Jungkook sudah mengepal kuat kedua telapak tangan. Seakan sudah sangat siap untuk menghantam habis apapun atau siapapun disekitarnya. Angkaranya memuncak, pemuda dihadapannya lah penyebabnya. Mengungkit masa lalu yang bahkan Jungkook pun tak ingin hal itu terjadi adalah kesalahan besar.

"Brengsek!" Umpat Jungkook dengan langsung menghantam rahang Chanyeol tanpa aba-aba. Namun detik selanjutnya, dua pria kekar yang dibelakang Chanyeol justru balik menghajar, tanpa sempat Jungkook bersiap untuk melawan.

Jungkook sedikit limbung oleh tinju dadakan dari salah satu anak buah Chanyeol, namun disaat Jungkook hampir bangkit dan siap menyerang balik, pria kekar satu lagi yang tidak Jungkook sadari sosoknya sudah ada dibelakangnya seraya menahan kedua tangannya, menahannya dibelakang punggung, sementara pria kekar yang lain bersiap akan memberikan Jungkook bogeman mentah lagi.

Perut, rahang dan wajah dipukul dengan brutal berkali-kali. Dan Jungkook tak berdaya karena cengkraman yang menahan tangannya lebih kuat dari tenaganya yang sudah lemas menahan sakit akibat tinjuan seperti orang kerasukan dari pria kekar di hadapannya.

Jungkook dapat melihat seringai Chanyeol yang lebih lebar dari sebelumnya, samar-samar ia juga mendengar Chanyeol berkata 'matilah kau JK!' secara berulang-ulang lalu ketiganya pergi begitu saja.

Lewat sisa kesadarannya yang mulai mengabur, Jungkook seperti melihat kehadiran Yoongi yang tergesa menghampirinya dengan satu umpatan kecil yang berhasil Jungkook dengar. Dan di detik setelahnya, kesadarannya hilang.

.

Taehyung tak sadar sejak kapan air matanya mengalir. Ia menangis. Dan itu karena melihat Jungkook yang terkapar lemah dihadapannya kini.

Persetan dengan kenyataan yang meneriaki dirinya kalau Jeon Jungkook bukanlah siapa-siapa, bahkan pemuda itu yang telah menjatuhkan dirinya pada dunia berbahaya seperti sekarang.

Taehyung tak peduli lagi. Perasaannya merasa sakit melihat Jungkook tak sadarkan diri dengan luka lebam menghiasi wajahnya. Dan Taehyung tak bisa bohong bahwa ia memang khawatir ketika melihat Jungkook dalam keadaan seperti ini.

"Jungkook hyung baik-baik saja, Tae. Dia akan sadar secepatnya, Hoseok hyung sudah memeriksanya dan kami percaya padanya. Kau tak perlu cemas oke?" Ucap Lucas menangkan seraya mengusap sabar punggung Taehyung.

"Setelah ini kau harus terbiasa pada hal-hal semacam ini. Atau mungkin lebih parah." Jimin ikut bersuara, menghampiri Taehyung.

Semua anggota berkumpul di sebuah tempat yang sebelumnya tak pernah Taehyung datangi, terlihat seperti markas guna untuk menunggu Jungkook sadar. Sebagian duduk disamping Jungkook seperti Taehyung kini dan sebagian lainnya menyebar dipersudut ruangan yang tak seberapa besar luasnya.

"Apa Jungkook pernah terluka lebih parah dari ini sebelumnya?" Tanya Taehyung lirih, sedikit mendongak pada Jimin yang tanpa sadar sudah berdiri disampingnya. Lucas pergi menghampiri Bangchan yang sibuk dengan laptopnya di sofa panjang sudut ruangan.

"Sering. Bahkan pernah kehilangan nyawa." Jawaban Jimin membuat Taehyung membulatkan mata terkejut, lalu setelahnya Jimin kembali melanjutkan kata. "Itu terjadi sekitar lima bulan yang lalu, di Brazil. Kuasa Tuhan turun malam itu, tiga puluh menit saat Jungkook dinyatakan tiada dan kami semua kacau karena kehilangannya, detik itu pula kami mendengar suaranya. Sungguh, Itu adalah keajaiban terhebat yang pernah ku lihat."

Taehyung terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Dalam hatinya ia merasa tersentuh akan kisah Jungkook yang diceritakan Jimin. Tentang bagaimana baiknya Tuhan memberikan kesempatan hidup kedua untuk Jungkook. Namun disisi lain, ia juga tak bisa menapik kenyataan yang memperjelas bahwa Jungkook tak lebih dari seorang pembunuh.

Menjadi pembunuh. Lagi. Yang pasti bukan menjadi alasan Tuhan untuk memberi kesempatan hidup kedua pada Jungkook, bukan?

Jungkook telah salah jalan. Dalam setiap sorot mata tajam itu juga Taehyung tak pernah menemukan ketenangan yang sesungguhnya. Jungkook terluka dan kesepian.

Bagaimana masa lalunya? Apa yang membuat Jungkook terjerumus dunia gelap berbahaya?

"Apa Jungkook memiliki keluarga?" tanya Taehyung ragu-ragu. Ia tak yakin Jimin mau menjawab pertanyaannya.

"Ya. Seorang ibu dengan satu adik perempuan." Sahut Jimin dengan masih memasang ekspresi tenang.

"Lalu dimana mereka?"

"Mereka tinggal di negara terpencil, cukup jauh dari keramaian kota. Jungkook selalu mengatakan mimpinya adalah pulang ke rumah. Tinggal sebagai orang normal seperti dulu, tapi ia tak bisa." Jimin terdiam sejenak, menatap miris Jungkook yang terbaring disana.

"Meski usia kami tak sama, tapi akulah yang paling dekat dengannya dari anggota yang lain. Jungkook selalu menceritakan segalanya padaku, membagi masalahnya padaku, dan berani menangis dihadapan ku. Dan aku tahu betul, hasratnya untuk pulang ke rumah impiannya begitu besar."

Taehyung dapat mengerti bagaimana perasaan Jungkook ketika menahan kerinduan pada keluarganya, namun ia tak mampu menjangkaunya dan meluapkan kerinduan itu.

Sesak rasanya, mengingatkan Taehyung pada hari-hari kesepiannya tanpa sosok orang tua. Mereka sama. Namun setidaknya, Jungkook sedikit lebih beruntung darinya.

"Apa dunia tahu soal keluarga Jungkook? Maksudku, Jungkook kan buronan internasional."

Jimin tersenyum. "Kau tanyakan saja itu padanya saja nanti. Aku tak bisa menceritakan banyak padamu tanpa—Jungkook?!"

Belum sempat Jimin menyelesaikan ucapannya, pekikannya lebih mengalihkan Taehyung pada sosok terbaring yang kini mulai siuman.

"Jungkook kau sadar?" Ujar Taehyung begitu mata itu terbuka.

Jungkook meringis kecil lantas bola matanya memutari sekitar dan berhenti ketika ia mendapati siluet Taehyung yang menyambut kesadarannya dengan senyuman.

"Taehyung?"

ILY from 195 CountriesWhere stories live. Discover now